Chapter Satu

947 134 10
                                    

"Apa lagi?" Kiba bertanya dengan kedua tangan yang penuh berisi cola. Keranjang merah yang ia bawa diletakkan sembarangan di lantai mini market. Selesai memasukkan kedua botol cola ke dalam keranjang, ia berjalan ke jajaran keripik.

"Beberapa keripik kentang mungkin?" tanya Chouji. Lelaki itu juga membawa sebuah keranjang berisi berbagai macam snack. Kiba mengangguk lalu mengambil beberapa macam bungkus keripik. Keranjangnya sudah penuh dengan berbagai macam minuman dan makanan, saat hendak menyerahkan keripik, Chouji sudah lebih dulu menjauh sambil menunjukkan keranjangnya yang juga penuh.

Oke, Kiba akan berbaik hati dengan membawanya di tangan.

Mereka berdua segera membayar ke kasir dan keluar. Totalnya empat keresek besar berwarna putih. Kiba dengan seenak jidatnya menyerahkan dua keresek yang dibawanya pada Shikamaru, membuat lelaki itu mendelik sebelum berkata, "Mendokusai." Berulang kali.

"Si Sasuke itu, padahal malam minggu, harusnya sesama orang single seperti kita menghabiskan waktu bersama. Itulah gunanya teman, betapa baiknya aku membawa kalian semua dan membawa makanan untuk pesta malam minggu." Kiba berujar bangga. Dadanya membusung dan cengirannya membuat Neji berpura-pura muntah.

"Terserah omong kosongmu saja. Setelah ini kita benar-benar akan ke rumah Sasuke? Biasanya dia tidak akan suka kalau kita mengunjunginya tiba-tiba seperti ini."

"Neji, tenang saja. Di keresek itu aku membawa beberapa kaleng jus tomat. Aku juga membelikannya dua kaleng sarden saus tomat, dia pasti tidak akan marah."

Chouji memberikan satu keresek penuh pada Neji. Sisa tangannya yang bebas mulai membuka bungkusan keripik kentang dan memakannya. "Pokoknya, aku tidak mau ditendang seperti bulan lalu. Padahal aku hanya ingin bersenang-senang, tapi katanya aku mengganggu karena aku hanya datang kalau minta makan. Aku akan membuktikan pada Sasuke kalau aku juga bisa membawa makanan."

"Mendokusai."

Keempat lelaki itu sampai di sebuah gerbang. Kiba dengan lihainya membuka gerbang dan mempersilahkan ketiga temannya masuk seperti dialah yang memiliki rumah. Efek terlalu sering kemari sampai tidak tahu diri.

"Tapi, bukankah Sasuke mulai aneh ketika dekat dengan Naruto? Padahal sebelumnya mereka sudah seperti anjing dan kucing kepanasan, saling melihat saja hampir saling memukul, kenapa sekarang rasanya dunia terbalik? Aku curiga Sasuke memiliki hubungan dengan Naruto."

"Maksudmu Kiba?"

"Begini, Chouji. Apa yang kau pikirkan ketika melihat dua orang yang sebelumnya selalu tidak akur tiba-tiba berubah lengket seperti permen karet? Aku tidak akan terkejut kalau sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih."

"Tapi aku pernah dengar untuk yang kesekian kalinya ketika Sakura bertanya, Naruto bilang mereka hanya teman. Walaupun agak menggelikan karena Naruto bilang 'teman sehidup semati'."

Kiba tertawa kencang. "Sehidup semati? Astaga, lucu sekali."

"Oy, Kiba. Cepat pencet belnya. Kau terlalu banyak membeli makanan sampai tanganku hampir putus. Mendokusai."

Kiba memencet bel.

Sekali.

Tidak ada jawaban.

Dua kali.

Masih tidak ada jawaban.

Tiga kali. Dan berulang kali.

Sebuah suara perempuan muda menyahut dari dalam.

"Sebentar!"

Keempat lelaki di depan pintu membeku. Mereka saling pandang dan berakhir dengan menatap Kiba. Ucapannya yang tadi tiba-tiba terngiang. Aku tidak akan terkejut kalau sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih. Apakah itu Naruto? Atau perempuan lain yang ternyata kekasih Sasuke?

Kedua pertanyaan itu terjawab ketika pintu terbuka. Seorang perempuan. Berambut kuning dengan bola mata biru. Dengan sebuah spatula di tangannya. Dan juga... apron pink.

"Ada yang bisa aku ban—"

"GYAAAAAAA!"

oOo

"Apa ini apa ini apa ini apa ini, Sasuke?! Jawab aku sekarang juga!"

Kiba berjalan mondar-mandir seperti orang kesetanan. Sedari tadi dia tidak berhenti mengusak rambutnya sampai berantakan dan memandang horor Sasuke selaku tuan rumah yang terlihat tidak peduli sama sekali.

"Aku sudah bilang bukan? Naruto datang ke sini untuk menginap."

"Jangan bercanda!" Mata Kiba hampir saja keluar. Lidahnya bisa saja tergigit karena dia begitu kaget dan berteriak kencang sebelum mengeluarkan pertanyaan beruntun.

"Kalian sepasang kekasih?" Neji angkat bicara. Otaknya terlalu panas mendapati temannya yang anti perempuan tiba-tiba ditemukan berduaan di satu atap. Menginap katanya? Omong kosong macam apa itu?

"Aku dan Sasuke hanya teman—"

"Sehidup semati? Mendokusai. Aku tidak mengerti dengan kalian berdua."

Sasuke dengan tampang malasnya mengedikkan bahu. ia beralih pada Naruto, tatapan matanya berubah hangat dan itu jelas memancing rasa curiga bagi keempat temannya. "Naruto, kau bisa kembali ke dapur. Para manusia tidak tahu diri ini biar aku yang urus."

"Kami temanmu, sialan!"

"Oke, teman-temanku," tatapan Sasuke kembali mendingin. "Chouji, tolong jangan kotori sofa dengan keripik kentangmu."

"Hei!"

"Apa yang ingin kalian ketahui?"

"Sejak kapan kalian menjadi sepasang kekasih?"

"Aku bukan kekasihnya."

"Bohong!"

"Itu benar."

Kiba menggertakkan giginya. "Kalau begitu, kenapa Naruto bisa ada di sini? Dia perempuan, bodoh! Kalian hanya berdua di bawah atap yang sama!"

Sasuke dengan tenangnya menjawab pertanyaan Kiba. "Kami tidak berdua."

"Jadi kalian bertiga? Bersama setan maksudnya?" Neji tiba-tiba berubah sinis. Mereka sudah berteman selama bertahun-tahun, tetapi Sasuke tidak mau membuka diri dan menyembunyikan fakta yang ada. Mengingatnya membuat Neji kesal luar biasa.

Sasuke mengambil telepon genggamnya dari saku. Gerakannya membuat keempat temannya tercengang. Mereka diabaikan?

Rupanya Sasuke menelpon seseorang. Ia hanya bilang, "Bisa keluar dari kamarmu sebentar?" lalu Sasuke menutup kembali teleponnya. Tiba-tiba dari lantai dua terdengar pintu terbuka, lalu Itachi selaku kakak dari Sasuke keluar dan berdiri di ujung tangga.

"Kau menggangguku, Sasuke!"

Pria itu terlihat kesal. Sebuah headset tergantung di lehernya. Sasuke memandang keempat temannya secara bergantian. "Teman-temanku datang, mereka mau bertemu denganmu."

"Oh, hai!" riak wajah Itachi berubah sepersekian detik. "Kalian bisa minta tolong Naruto di bawah untuk menyiapkan makan malam untuk kalian. Aku rasa Naruto tidak akan keberatan." Kemudian Itachi kembali masuk ke dalam kamarnya.

Keempat teman Sasuke tercengang. Kepalanya berputar menuju dapur yang hanya dibatasi kitchen set. Di sana sosok Naruto yang tengah mondar mandir terlihat jelas. Kenapa sekarang Naruto terlihat seperti seorang pelayan dibandingkan 'teman sehidup semati'?[]

TBC

Tangan saya kepeleset, jadinya update lagi :v

YukiAsahy,

13/05/2019

Friendship? Bullshit!Where stories live. Discover now