"Hati-hati, ini masih hangat." Sasuke memberikan kopi padaku. Mata hitamnya berbinar seakan-akan bangga memberikan kopi itu. Aku tersenyum padanya dan menghirup asap yang mengebul dari atas gelas.
Udara berubah menjadi lebih dingin padahal ini musim semi. Perasaanku mengatakan hujan akan turun. Kedua tanganku memegang gelas kopi, agar panasnya mengalir ke tubuhku. Lalu sedikit demi sedikit aku meminumnya.
Sasuke memperhatikanku dan kami saling menatap tanpa bicara. Dia tampan dengan rambut hitam tebal. Bola matanya sangat gelap mengingatkanku pada batu onyx yang pernah kulihat diinternet. Bukan berarti itu jelek, warna hitamnya mendukung wajahnya yang putih bersinar. Saat dia tersenyum, lesung pipitnya muncul dan ada beberapa noda freckles di hidungnya. Sepertinya semakin banyak dan nyatanya aku semakin suka. Tidak akan pernah membuatku bosan. Meskipun sudah dua tahun kami berkencan.
Terkadang perasaan ragu muncul pada diriku, kenapa lelaki tampan seperti dia mau mengencaniku. Sasuke banyak penggemar di kampus. Tidak hanya wanita, ada beberapa pria. Dan aku bersyukur dia tidak pernah terpengaruh akan hal itu. Tidak sudi membayangkan Sasuke berada di beberapa pria.
"Ada yang melamun." Suara Sasuke menarik pikiranku kembali. Aku terkejut, berusaha sadar jika aku sedang bersamanya.
"Maaf." Dari dulu Sasuke selalu membuatku gugup dan kenapa aku meminta maaf?
Dia tertawa lagi. Suaranya parau dan aku menyukai itu. Apa pun yang ada di Sasuke, aku menyukainya. "Kau tak perlu meminta maaf, Sakura."
Aku mengabaikan perkataannya dan memilih untuk meminum kopiku. Ketika tanganku berada di meja, Sasuke memegangnya. Caranya dia memegang sudah membuatku yakin jika dia benar-benar mencintaiku. Di mana pun, kapan pun, Sasuke akan memegang tanganku, entah untuk memastikan aku masih hidup atau bukan, yang jelas aku menyukai tindakannya.
Mataku melirik jam tangan yang kubelikan untuk Sasuke saat Natal. "Kau tidak menghadiri kelas?"
Ini jadwalnya dia kelas. Aku tahu karena kami saling menukar jadwal kuliah. Namun, akhir-akhir ini Sasuke jarang memasuki kelas, aku memperhatikan itu. Tapi aku tidak tahu pasti alasannya. Setiap aku menanyakan hal ini atau menyuruhnya untuk pergi kelas, dia akan selalu mengatakan hal yang sama.
"Aku hanya ingin bersamamu, Sakura." Aku sudah menduga. Aku mengerang, dan tatapan Sasuke berubah dan melepaskan genggamannya. Meski secara pelan, tapi itu sedikit menyakitiku. Apa dia marah? Kenapa marah? Aku hanya menanyakan hal yang wajar.
"Sasuke, aku tahu kau ingin bersamaku. Kumohon, pikirkan kuliahmu." Aku memohon padanya, mengulurkan tangan untuk memegang tangannya. Sasuke menolak dan memilih untuk mengusap rambutnya lalu berdecak. Aku tahu dia sedang kesal. Dia tidak suka dipaksa. Dua tahun bersama sudah membuatku cukup mengenalnya.
"Setelah kelas, kau boleh datang ke asramaku, oke?" Entah berapa kali aku memberi saran ini dan Sasuke selalu mengangguk patuh padaku.
Kami satu universitas, hanya berbeda jurusan. Sasuke dan aku bertemu di saat kita memasuki kampus ini. Ya, saat kami masih polos-polosnya. Sekarang? Tidak. Bukan, maksudku, sekarang Sasuke tidak polos. Dia telah bergabung dengan klub Baseball Universitas Konoha, maka dia selalu berkumpul dengan anak-anak yang terbilang terkenal. Aku merasa senang Sasuke mempunyai teman, tapi terkadang teman-temannya cukup keterlaluan dalam bergaul.
Aku berdiri dan Sasuke mengikuti. Setelah keluar dari Kedai Kopi di Kampus, kami berpisah. Sebelum pergi dia memberiku kecupan ala Sasuke dan aku memeluknya. Aku menghirup aroma cologne yang dipakainya dan ini sangat menenangkan.
"Kita bertemu jam tiga, oke?" katanya dan aku mengangguk.
"Jam tiga," aku mengulanginya. Semoga dia benar-benar pergi ke kelasnya, bukan ke rumah persaudaraan-Icharaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAL
FanfictionA SASUSAKU FANFINCTION 21+ MATURE CONTENT Sasuke dan Sakura menjalin hubungan selama dua tahun. Suka dan duka telah mereka melewati bersama. Suatu ketika masalah lebih besar muncul dalam hubungan mereka. Dan menurut Sakura masalah ini merupakan yang...