Part 3

545 5 1
                                    

Agil menjalankan saran Niko tadi. Pertama, ia menarik napas dalam beberapa kali. Ia ingat bagaimana Nayya mengajarinya kalau menarik napas dalam dengan cara yang benar dapat membuat lebih tenang. Lalu, ia mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya. Dipilihnya kontak ibunya dan menekan tombol panggil. Ia pun mengabari ibunya tentang kondisi Nayya dengan tenang. Setelah berbincang cukup lama, ia kini mengabari ibu mertuanya tentang kondisi anaknya. Ia mendengar kedua orang tua mereka mengatakan kalau mereka akan segera ke rumah sakit. Ketiga, ia memakan roti isi yang tadi diberi Niko. Sambil melirik jam yang menunjukkan waktu istirahat, ia menelpon Doni. Ia membutuhkan seseorang di sampingnya. Doni adalah satu-satunya yang terpikir olehnya. Ternyata Doni pun sedang menuju ruang tunggu sambil membawa makan siang untuk mereka berdua. Ia kini merasa menyesal, ternyata ia punya banyak orang yang peduli padanya dan bisa membantunya dalam kondisi seperti ini.



Kini ia berpikir pada satu yang ia lupakan sedari tadi, yaitu Tuhan. Ia sempat lupa kalau ia memiliki Tuhan yang bisa membantunya apapun. Agil pun segera meninggalkan ruang tunggu itu dan menuju muholla dirumah sakit ini. Ia menunaikan sholat dan berdoa dengan khuyuk pada Tuhan agar Nayya dan anaknya selamat. Air matanya pun tumpah ruah. Ia memohon dengan sangat pada Sang Maha Pencipta agar mengabulkan doanya.



Agil kembali ke ruang tunggu ketika ibunya menelpon, mengabarkan kalau sudah sampai dan hanya melihat Doni. Ketika ia sampai disana, ternyata keluarganya dan keluarga Nayya sudah berkumpul. Ia pun diserbu berbagai pertanyaan yang ia pun tidak mampu untuk menjawabnya. Namun, ia berusaha menjawab apa yang ia tahu dari penjelasan Dokter Bayu, dokter yang menangani Nayya saat ini.



"Agil" baru saja di ceritakan, kini Agil mendengar Dokter Bayu memanggilnya. Dari tampilan lelaki itu, Agil menduga kalau operasinya telah selesai. Agil mendekati lelaki yang sudah memasuki usia 40 tahun itu.



"Bagaimana dokter dengan Nayya? Dan anak kami?" tanya Agil. Dengan was-was, Agil menunggu jawaban dari Dokter Bayu. Agil merasakan ibunya menggenggam erat tangannya. Secercah kekuatan kembali mengisi Agil.



"Ayo, Agil masuk" kata Dokter Bayu. Dengan langkah mantap Agil mengikuti langkah Dokter Bayu. Benar ternyata, ia harus bertahan untuk kuat dan membuang semua pikiran buruknya. Ia tidak tahu apakah hal baik atau buruk yang terjadi, tetapi ia harus berjuang untuk siap dengan apapun kondisinya itu. Ia tidak boleh kalah dengan keadaan.

Bukan AkhirWhere stories live. Discover now