Sang surya tersenyum bahagia diatas sana. Beda dengan sosok yang melamun diruangan itu sendirian, entah kemana pikirannya berpacu seakan ia mencari jawaban.
Jauh di depan pintu ada sepasang mata yang mengawasi sosok itu. Ia mendekati sosok itu dengan hati hati agar tak ketahuan. Semakin dekat semakin dekat dan...
"BHAAAAAA!" Kejut Kibo.
Sosok itu sontak saja membulatkan matanya dan mendelik tajam ke arah Kibo.
"Apaan sih bo? Gue lagi nggak mau digangguin." Ucap sosok itu.
"Udahlah dhaf, nggak usah mikirin kata kata batu ulekan itu." Tenang Kibo.
"Lo nggak tahu gimana rasanya di posisi gue! Gue udah berusaha melawan nyatanya apa? Gue tetap kalah telak." Bentak Dhafa tapi tak menatap Kibo.
"Lo nggak usah kayak gini terus! Nggak ada gunanya juga lo ngelawan mereka, mereka akan tetep aja gangguin lo." Kata Kibo.
"Percuma... udahlah bo gue nggak mau ngomongin ini lagi. Bentar lagi bel pulang." Kata Dhafa sambil keluar kelas yang sepi itu.
Kibo hanya bisa menatap punggung Dhafa sesaat. Dan bergegas pulang kerumahnya.
***
Gue pulang lebih awal dari jam pulang. Sampainya gue dirumah, gue hanya nemuin puntungan rokok dan botol minuman keras berserakan di ruang tamu. Dan ini pemandangan biasa bagi gue, pelakunya hanya tidur dan santai santai aja.
Gue masuk ke kamar gue,dan menghempaskan badan ke kasur sambil gue ingat ingat gimana bisa gue ada di dunia ini. Ini semua kesalahan 2 orang itu. Andai dia tak menggoda CEO perusahaan Wijaya, maka gue nggak akan ada didunia ini.
Semuanya bermula dari Ibu gue yang berprofesi sebagai PSK jalanan bertemu CEO itu atau bisa dibilang Papa gue mungkin? Entahlah.
Mereka bertemu dan janjian.Papa gue menyewa Ibu gue disebuah hotel. Dan ya beberapa bulan kedepannya Ibu gue hamil. Dan kalian tau apa yang paling tragis? Papa gue nggak mau tanggung jawab karena dia sudah punya Istri yang juga sedang hamil.BRENGSEK!!!
Ibu gue melahirkan bayi laki laki dan bernama Dhafa Nuridan. Dan ya itu gue.
Oh ya saat gue lahir Ibu gue nggak peduli sama bayinya setelah melahirkan gue ia masih saja menekuni pekerjaan menjual dirinya itu bahkan sampai sekarang. Gue dari Balita sampai jadi remaja diasuh Tetangga kontrakan.
Masalah finansial gue sama sekali nggak pernah nyentuh duit hasil pekerjaan Ibu gue. Dan Papa gue, udahlah dia nggak peduli sama gue. Gue ngeliat muka matanya aja nggak pernah apalagi dia ngebiayain gue, boro boro. Gue semenjak masuk SD udah jualan kue dari tetangga yang ngasuh gue, dari itulah gue dapat duit buat ngebiayain sekolah dan keperluan lainnya. Parahnya gue tahu cerita ini dari Ibu gue sendiri.
Aku fikir banyak yang akan simpati sama gue, nyatanya semenjak gue masuk SMP dan semua siswa tau kisah gue. Mereka malah ngatain gue ANAK HARAM. Ya mungkin gelar itu pantas gue dapatkan.
Gue nggak dianggap sama Orang tua gue, Ibu gue malem malem ke klub malam untuk cari Duit, pulang tau tau udah pagi. Papa gue, nggak usah dibahas tentang laki laki Brengsek itu, gue aja nggak pernah liat wajahnya.
'Malang sekali nasibmu Dhaf' nggak akan ada yang bilang kayak gitu. Gue malah dikatain. Dan tetangga kontrakan yang ngasuh gue udah pindah dan gue nggak pernah ketemu sama mereka sampai sekarang.
Gue ingat kejadian siang tadi. Yang mana Idun dan gengnya ngajak gue berantem dan terus ngatain gue.
Flashback On
Istirahat kedua telah tiba. Dhafa dan Kibo menuju ke perpustakaan tempat mereka nongkrong berdua.Tiba tiba 3 orang menghadang jalan mereka. 3 orang itu adalah komplotan preman teri SMA itu. Idun and the Genk, mereka menamai gengnye seperti itu.
"Oii dua kadal, mau kemana? Dan lo Kibo ngapain lo mau temenan sama Anak diluar nikah ini." Kata Idun sinis.
"Oh ya bukannya Emak lo nggak pernah dinikahin ya, kashiaann, berarti lo anak Haram dong." Caci Yowe anak buah Idun.
"Hahahahahahahaahhaha." Tawa Odeng diikuti Idun dan Yowe.
"Lo kalo ngomong hati hati ya!" Peringat Dhafa dengan kepalan tangan.
"Hati hati gimana? Emang itukan kenyataannya lo ditelantarin dan nggak ada yang tahu siapa bapak lo saking banyaknya laki laki yang nyewa emak lo. Cuihhh murahan." Kata Idun mengompor.
"BANGSAT!!!" Dhafa sudah tak dapat menahan amarahnya dan ia meninju muka Idun sampai Hidung Idun mengeluarkan darah segar.
"Wah Kampret lo! Yowe, Odeng serang Kampret ini!" Kata Idun memerintah dengan tangan yang masih menahan darah dari hidungnya agar tak banyak keluar.
Untuk sementara Kibo menepi dan mencari bantuan. Sementara Siswa lain menjadikan perkelahian ini tontonan gratis.
Yowe dan Odeng mengeroyoki Dhafa habis habisan dan Dhafa hanya melawan seadanya. Karena di 1 lawan 2 tentu saja Dhafa kalah. Siswa lain masih menyoraki seakan akan ini pertandingan gulat.
Dan terakhir saat Dhafa tampak melemah, Idun melayangkan tinjuan dari arah bawah dagu Dhafa dan samping bibir Dhafa mengeluarkan cairan merah segar.
"Rasain loe kampret! Makanya jangan main main sama Idun and the Genk." Kata Idun meninggal Dhafa yang terduduk lemah, di ikuti Yowe dan Odeng dibelakangnya. Kerumunan siswa pun bubar seiring kepergian Geng Idun
Kibo datang telat dengan membawa seorang satpam.
"Lo nggak apa apa Dhaf?" Tanya Kibo.
"Nggak papa gimana? Lo liat ni! Udah gue mau kekelas aja." Kata Dhafa beranjak pergi.
Kibo hanya tampak kebingungan dan satpam tadi hanya memasang muka tanda tanya.
"Jadi ini gimana dek?" Kata pak Satpam itu.
"Nggak gimana gimana Pak, udah ya saya mau nyusul temen saya kekelas dulu. Permisi." Kata Kibo menyusul Dhafa. Begitupun pak Satpam kembali ke tempatnya.
Flashback Off.
Naas nasib gue, gue tinggal sama seorang Ibu yang tak menyatangi gue sama sekali. Kenapa ini semua terjadi? Aku lelah dengan semua ini. Bagaimanapun gue juga manusia. Gue capek, capek banget.
Gue hanya bisa memejamkan mata istirahat sejenak dari drama yang tak berkesudahan ini. Aku butuh istirahat.
✏Cattyteen64
📌DHAFAJangan lupa tinggalkan jejak, Vote, Komen, Saran dan Kritik ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
DHAFA
Teen FictionBanyak hal yang ditutupi didunia ini. Termasuk gue. Semuanya dimulai dari 2 sosok yang menghadirkan gue di muka bumi. Benci, Benci kalo bisa sampe setengah mati gue benci sama mereka. Gelar anak haram melekat dibadan gue. Tapi sekarang semua berubah...