2

152 18 1
                                    

Hari menjelang siang ketika Keyla bangun dari tidurnya, dengan perlahan ia bergegas untuk mandi, membersihkan tubuh seorang wanita yang hina.

Dalam lubuk hati terdalam Keyla tak ingin hidup seperti ini, ia ingin hidup normal seperti orang diluar sana, membagikan kehangatan hanya untuk suaminya seorang.

Suami?
Apakah ada lelaki yang mau meminangku menjadi istri?
Mana ada lelaki yang mau menjadikan jalang sepertiku ini seorang istri?
Mustahil!

Keyla berjalan keluar rumah untuk membelikan ibunya bubur setelah selesai membersihkan tubuh serta ibunya. Meski nyeri di seluruh tubuh menghambat pergerakannya, dengan sekuat tenaga ia harus tetap berjalan. Ia tau ibunya sedang menunggu dirumah dengan kondisi tengah lapar, ini memang sudah lewat waktu sarapannya.

Entah mengapa disepanjang jalan ia melihat begitu banyak wanita berpakaian serta menggunakan kerudung besar hingga menutupi bagian paha mereka, Keyla berhenti berjalan dan terus memperhatikan wanita-wanita itu.

Memangnya ga panas apa siang-siang gini pakai baju seperti itu?

Batin Keyla selalu berbicara ketika ia melihat ke arah kumpulan itu.

Aku saja yang memakai baju seperti ini merasa panas ketika siang hari, tapi kenapa mereka senang sekali memakai baju seperti itu?

Ia terus membatin sembari berjalan, hingga ia tak menyadari bahwa di depannya ada gerobak yang tengah terparkir untuk berjualan di trotoar.

"Mbak awas!" teriak seorang lelaki dari arah belakang Keyla.

Seketika ia sadar dari lamunan dan menyadari jika ia akan menabrak, hanya tinggal berapa jengkal saja jaraknya dengan gerobak itu. Untungnya ada seseorang yang memberi tahu, jika tidak malu yang akan Keyla rasakan selanjutnya.

"Hati-hati mbak kalau jalan, jangan bengong."
"Iya maaf mas, terima kasih sudah mengingatkan."

Lelaki itu hanya membalas dengan senyum kemudian berlalu menjauhi Keyla,

"Tampan sekali lelaki itu," batinya berucap

Keyla memperhatikan kemana lelaki itu pergi, matanya tak ingin berhenti memandangi sosok lelaki yang sudah menolongnya itu. Meskipun lelaki itu tak menyentuhnya sama sekali tapi bagi Keyla ia sudah menjadi penyelamat untuk dirinya.

"Astaga, aku sampai lupa!" Keyla berlari dan melupakan lelaki itu sejenak, dan segera kembali kerumah untuk memberikan ibunya makan.

Keyla begitu menyayangi ibunya, didunia ini hanya ibunyalah yang ia miliki. Ia tak tau seperti apa wajah ayah kandungnya, yang ia tau ayahnya seorang pengusaha keturunan Eropa yang pernah menjadikan ibunya sebagai simpanan.

Jakarta itu sungguh keras bagi Keyla. Hidup di lingkungan tempat prostitusi membuatnya tumbuh menjadi seorang pelacur. Kala itu usianya baru menginjak 15 tahun, ketika pertama kali ayah tirinya mengambil mahkota terindah miliknya.

Ia begitu hancur, takut dan putus asa. Masa remaja yang sungguh menyedihkan untuk dikenang Keyla.

"Ibu maaf Key terlambat, ibu makan dulu ya," ucap Keyla sembari menyuapi sesendok bubur ke mulut ibunya.

"Bu, kapan ya kita bisa pergi dari tempat ini? Key sudah ga kuat bu, Key capek jika setiap hari harus melayani om om hidung belang yang berbeda, Apa kita mati saja bu? Biar bapak tidak lagi menyiksa ibu dan menjualku?" Dengan cekatan Keyla terus saja menyuapi ibunya sembari mengajak berbicara, Keyla tahu jika ibunya itu tidak akan memberikan jawaban apapun tapi dengan cara ia berbicara dengan ibunya saja hatinya sudah merasa tenang.

"APA KAU BILANG!" Keyla tersentak kaget mendengar suara ayah tirinya itu yang tiba-tiba saja muncul dari belakang.

Jaka menjambak rambut Keyla dan membenturkan kepalanya berkali kali keujung tempat tidur ibunya.

Pilihan HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang