Jihoon baru sampai dirumahnya saat matahari hampir terbenam, terima kasih kepada pak Jaeseung yang dengan baik hatinya memberikan hukuman tambahan pada Jihoon dan Hyungseob sehingga keduanya baru bisa pulang sampai rumput liar yang ada di kebun samping bersih.Saat masuk ke rumahnya, Jihoon mendapati lampu ruang utama tidak menyala, alias gelap gulita. "Mamah lupa nyalain lampu lagi ya?" gumam Jihoon sambil memencet saklar lampu.
Seraya berjalan, Jihoon melirik sekitar, penasaran dengan keadaan rumahnya yang tumben-tumben nya sepi, padahal setiap kali ia pulang pasti suara heboh keluarganya yang pertama kali ia dengar.
Namun, saat ini rumahnya benar-benar terasa seperti kuburan, sepi dan suram, membuat Jihoon buru-buru menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
"Serem gila, bangsat. Jangan-jangan tuh hantu kebun sebelah ngikutin gue, lagi?! Aduh! Amit-amit jabang bayi!!!! Jangan sampe anjir!!" ucap Jihoon menduga-duga seraya bergidik ngeri.
Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya, Jihoon memilih untuk mandi dan langsung beranjak ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, tak lupa membawa baju ganti untuk ia pakai nanti.
Butuh waktu 30 menit hingga Jihoon selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih fresh dan rambut yang setengah kering, lalu duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponsel.
Tak ada yang menarik dari isi ponselnya, membuat Jihoon merasa bosan dan memilih untuk berbaring sambil memasang earphone ke telinganya, lalu menyetel sebuah lagu.
Someone to you milik Banners mengalun dengan indahnya di telinga Jihoon. Dalam beberapa bagian, bibir ranum itu menggumamkan lagu yang ia dengarkan diiringi dengan tepukan tangannya di kasur.
"And if the sun's upset and the sky goes cold, then if the clouds get heavy and start to fall. I really need somebody to call my own. I wanna be somebody to someone—someone to you."
Sedetik setelahnya sebuah suara nyaring mengagetkan Jihoon dan membuatnya terlonjak sampai berdiri dari posisi berbaringnya. Earphone dan ponselnya sudah jatuh entah kemana, namun Jihoon tidak perduli.
Lelaki itu menatap ngeri pada pintu kamarnya, perlahan namun pasti Jihoon membuka pintu kamarnya dan mengintip. Lantai dua terlihat gelap, padahal seingat Jihoon, ia sudah menyalakan lampu.
Hal itu semakin membuatnya merinding, akan tetapi kakinya seakan menghianati tubuhnya sendiri dan berjalan keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga.
"Halo?" ucap Jihoon pelan sambil memasang posisi siaganya.
Tidak ada yang mencurigakan dari lantai bawah, kecuali sebuah pecahan kaca yang Jihoon yakini sebagai vas bunga milik Mamahnya, buru-buru ia memungut pecahan tersebut dengan tisu yang ada di atas meja.
"Ini siapa coba yang pecahin?" ucap Jihoon heran sekaligus kesal. Jika nanti Mamahnya tahu kalau vas bunga kesayangannya pecah, Mamahnya sudah pasti akan membunuh Jihoon.
Saat hendak membuang pecahan kaca tersebut ke dapur, sebuah siluet seseorang muncul tiba-tiba selayaknya di film-film horor, dan sialnya Jihoon bukanlah penggemar film yang berisikan jumpscare serta mahkluk-mahkluk berbagai macam bentuk itu.
"Ya Tuhan, semoga bukan setan," gumam Jihoon sepelan mungkin, berusaha agar siapapun pemilik siluet itu tidak akan mendengarnya, lalu dalam hati ia sudah berencana akan melemparkan pecahan kaca ditangannya ke si pemilik siluet kalau dia adalah manusia, jika bukan, ia....ia tidak tahu harus apa!!
"Siapapun lo, kalo lo setan, mending pergi. Dan kalau lo perampok, mending lo pergi juga. Pokoknya siapapun lo, pergi!" bisik Jihoon percaya diri, namun pastinya tidak akan ada yang bisa mendengar bisikkannya itu karena bisikkannya terlalu pelan sampai-sampai ia sendiri mungkin tidak bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
N o t a v a i l a b l e ; p a n w i n k
FanfictionTentang Jihoon dengan kebiasaan bangun paginya. Tentang Jihoon dengan kecintaannya pada musik. Tentang Jihoon dengan mata heterochromia iridum parsialnya. Dan tentang Jihoon dengan segala rahasia yang ia sembunyikan rapat-rapat dari dunia. Semuan...