satu

151 26 9
                                    


Jihoon melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolahnya yang cukup sepi mengingat bahwa jarum pendek masih berada di angka enam, dan bel masuk baru akan berbunyi satu setengah jam kemudian.

Bangun di pagi buta dan berangkat sekolah saat matahari belum benar-benar terbit merupakan kebiasaan yang sering Jihoon lakukan, ia hanya ingin menjadi disiplin dan berusaha sekeras mungkin untuk mematuhi peraturan sekolahnya.

Saat sampai di kelasnya, Jihoon langsung masuk dan mendapati sebuah ruang kelas kosong tanpa satupun manusia di dalamnya. Ia berjalan melewati beberapa meja untuk sampai di mejanya dan duduk di sana sambil memasang earphone.

Suatu kebiasaan lainnya yang dilakukan Jihoon saat pagi adalah mendengarkan lagu dan lagu kesukaannya adalah Iris dari The Goo Goo Dolls.

Menurut Jihoon, lagu itu dibuat untuk menyalurkan rasa yang tidak pernah terungkap oleh si penulis lagu, dan dari lirik, si penulis mampu mengungkapkan semuanya. Maka dari itu, Jihoon selalu mendengarkan lagu dari dua sisi, menikmati juga memahami.

Seramai apapun musik pengantarnya, lirik tetap memiliki arti dan makna dibaliknya.

Namun, tiba-tiba saja seseorang datang dan menarik sebelah earphone milik Jihoon dan memasangkan di telinganya sendiri. Melihat itu Jihoon lantas mendelik dan berdecak sebal.

"Ngapain sih, lo?!" tanya Jihoon kesal membuat orang di sampingnya terkekeh, namun tidak menghiraukannya sambil tetap membaca novel.

Jihoon mendengus seraya menjatuhkan kepalanya ke atas lipatan tangannya dan memilih untuk tidur sebentar setelah melepas kaca mata yang melindungi mata heterocromianya. Pagi masih panjang dan bel masukan juga baru akan berbunyi satu jam lagi.

Sedangkan orang disampingnya hanya melirik pada Jihoon sambil menggeleng pelan. Ia heran pada Jihoon, jika kebanyakan orang akan lebih memilih untuk tidur lebih lama, maka Jihoon tidak, lelaki itu mempunyai kebiasaan aneh yang tidak semua orang sukai.

Bangun di pagi buta itu sungguh tidak enak bukan? Apalagi bagi seorang pelajar sepertinya. Ia hanya akan bangun pagi saat hari sekolah saja, kalau hari libur atau tanggal merah, ia pasti akan bangun lewat jam 9, tetapi sekali lagi Jihoon berbeda. Meskipun hari libur, Jihoon tetap akan bangun pagi dan sudah berada di luar rumah sebelum jam enam, entah mengapa.

Sementara ia sedang bergelung dengan pikirannya, Jihoon sedari tadi memperhatikannya dengan alis bertaut, bingung dengan sahabatnya yang tiba-tiba saja memandanginya sambil bengong.

Jihoon melambaikan telapak tangannya di depan wajah Hyungseob, sahabatnya, beberapa kali, namun tidak ada respon sama sekali darinya, Jihoon mulai panik. Buru-buru ia mengangkat kepalanya dan mengguncang kuat tubuh Hyungseob.

"WOY! LO GAK KENAPA-NAPA KAN, CUP? UCUP LO GAK KESAMBET SETAN KEBUN SAMPING KAN?!" teriak Jihoon histeris, takut jika sahabatnya itu kerasukan setan yang sering dirumorkan berada di kebun samping sekolahnya.

Beberapa saat kemudian Hyungseob tiba-tiba saja melotot membuat Jihoon semakin mengguncangnya kuat sembari berucap tidak jelas mengenai setan kebun samping sekolah.

"CK! WOY, PUSING GOBLOK. UDAHAN!" ucap Hyungseob sambil mendorong kuat tubuh Jihoon hingga sahabatnya itu jatuh terduduk di kursinya.

"Hwae?" gumam Jihoon heran dengan wajah tololnya.

"Hwa, hwe, hwa, hwe! Pusing goblok! Gue kaga kerasukan setan, oke?!" ucap Hyungseob kesal sambil memungut earphone serta ponsel milik Jihoon yang jatuh kelantai akibat goncangan yang Jihoon berikan padanya.

Sedangkan Jihoon hanya menyengir lebar sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya maap Cup, lo nya bengong terus gue panggil-panggil gak nyaut. Ya gue pikir lo kerasukan. Hehe," ucap Jihoon menjelaskan.

N o t  a v a i l a b l e  ;  p a n w i n kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang