Sekali waktu, aku, Chuang Chou, bermimpi aku adalah seekor kupu-kupu, berkibar di sana-sini, untuk semua maksud dan tujuan seekor kupu-kupu. Aku hanya sadar akan kebahagiaanku sebagai kupu-kupu, tidak menyadari bahwa aku adalah Chou. Segera saya terbangun, dan di sanalah saya, benar-benar menjadi diri saya lagi. Sekarang saya tidak tahu apakah saya dulu laki-laki bermimpi saya kupu-kupu, atau apakah saya sekarang kupu-kupu, bermimpi saya laki-laki.
-Butterfly Dream-Hmm, baiklah. Kesan pertamaku, ini gelap. Dimana ini? Aku tak bisa melihat apapun disini. Dan, kenapa aku bisa ada disini? Aku masih berusaha mendapat petunjuk, mataku terus berputar – putar dan tanganku meraba-raba dengan gelisah sampai tiba-tiba aku melihat sebuah titik yang memancarkan cahaya. Tanpa sadar kakiku mulai berlari ke arah titik tersebut. Titik itu semakin lama semakin besar, tampaknya itu adalah pintu untuk keluar dari hal ini. Setelah aku keluar dari kegelapan itu, kesan berikutnya yang kudapatkan adalah kabur. Apa-apaan ini? Rasanya seperti sedang menonton televisi yang rusak. Semuanya yang kulihat kabur sampai aku sendiri tidak tahu aku sedang berdiri dimana saat ini.
Aku berusaha untuk mendapat gambaran tentang keadaan di sekitarku. Aku mulai melihat sesuatu. Oh, itu ada jalan. Oh, ada rumah. Ada warung juga. Mungkin televisinya sudah diperbaiki. Aku juga melihat orang-orang berjalan di sekitarku, tapi sepertinya mereka tidak peduli denganku. “Hei, bisakah kau beritahu padaku ini dimana? Heii!! Aku tahu kau mendengarku. Hei, jangan pergi begitu saja seperti itu! Aku bicara padamu!” Daaan, aku diacuhkan orang orang ini begitu saja, ada apa sebenarnya dengan mereka? Ya sudahlah, akan ku cari tahu sendiri.
Setelah beberapa menit aku berjalan, ada sesuatu yang menghantui pikiranku. Tempat ini sangat mirip dengan daerah tempat tinggalku tapi ada beberapa bengunan yang berbeda tetapi sebagian besar bangunannya sangat mirip. Mungkin ini sebenarnya daerah tempat tinggalku dan mungkin saja rumahku ada, jadi aku mengikuti jalan ini menuju lokasi yang seharusnya menjadi rumahku. Dan, yah, sepertinya aku salah, yang kutemui disini adalah rumah besar yang indah dan bukan rumahku yang kecil dan sederhana. Ayah tidak mungkin bisa mendapat uang untuk merenovasi rumah menjadi seperti ini. Tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka dan tanpa sadar bersembunyi dengan cepat. Eh, kok? Kenapa aku sembunyi? Memangnya aku penjahat? Tapi yasudahlah. Aku melihat seorang perempuan keluar dari rumah itu menggunakan kemeja putih dan rok hitam. Wajahnya terlihat dewasa, mungkin itu seragam kerja. Wuah, barusan aku tidak terlalu memperhatikan tapi ternyata wajahnya sangat cantik, matanya terlihat ramah dan rambutnya juga terlihat indah. Tapi aku harus menghampirinya, kenapa rumah kami jadi seperti itu dan kenapa dia keluar dari rumah itu. “Hai, boleh aku menanyakan sesuatu? Apa kau penghuni rumah ini? Bisakah kau beritahu tentang pemilik rumah sebelumnya?”. Dan sama seperti orang orang tadi, aku diacuhkan begitu saja. Mereka sebenarnya kenapa? Memangnya aku ini hantu yang tak terlihat? Lagipula, kenapa aku jadi seperti ini? Aku tetap memperhatikan perempuan itu berjalan sampai tiba-tiba berbalik dan menatap ke arahku. Mulutnya bergerak, mungkin dia mengatakan sesuatu tapi aku tidak bisa mendengar apa yang ia katakan. “Apa yang kau katakan? Aku tak bisa mendengarnya!”. Dia tetap menatapku, tapi kali ini sepertinya ia menatapku sambil kebingungan. Kemudian ia tersenyum dan kelihatannya dia bersiap untuk teriak. Aku berusaha untuk fokus agar bisa mendengar apa yang ia katakan. Dia teriak,“Hei, bangun!! Sudah jam berapa ini, hari ini kamu sekolah kan?”
***
Setelah dua detik, aku sadar kalau itu semua hanya mimpi. Dan setelah mendengar teriakan ayahku serta melihat jam dinding kamarku, lima detik kemudian aku sadar jika aku tidak bergegas maka aku akan terlambat datang ke sekolah. Siall!!!!! Aku segera melompat dari tempat tidurku, mengganti baju, mengambil tas kemudian berlari menuju sekolah. “Heii, sarapan dulu!!”
“Tidak usah, nanti aku beli roti di kantin saja”
Dan begitulah hari yang indah ini dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arlena
Fiksi RemajaEntah sampai kapan waktu berputar, gerak kaki pun terus melangkah menjauh. apapun yang kulakukan tidak ada gunanya, sampai berapa kali lagi aku harus mengulang ini semua? cara apa lagi yang harus ku lakukan untuk menghindar? Apakah tak ada cara...