Limit 11

23 4 6
                                    



SELAMAT ULANG TAHUN   DEDEK GEMESHQUE  SEMOGA SEGALA KEINGINANNYA TERCAPAI, AAMIIN.   🍰😍 *meski agak telat ngucapinnya. :v

Tengkiu, Bella-kuu udah pantengin Limit Album sejak pertama kali lahir ke wp. Wkwk.😍


-Limit 11

Teya merasakan tubuhnya melayang, kemudian kepalanya sakit, dan setiap kali dia mencoba membuka mata, dia merasa berputar diantara cahaya-cahaya samar namun menyilaukan. Perutnya sakit, mau muntah akibat bau besi dan mawar. Teya merasakan air matanya asin di lidah. Pipinya diusap seseorang, menghilangkan jejak air matanya.

Teya merasakan tubuhnya di tempatkan pada sebuah sofa lembut. Setelah itu, gelap.

***

Sebuah papan nama bertuliskan "Rumah Anak-Anak Forest City" menggantung di depan pintu masuk gedung berarsitektur Belanda tersebut.

"Anak aneh itu,"

Anak-anak di rumah penampungan itu selalu menatapnya takut. Sedangkan orang dewasa akan menatap sedih kepadanya.

"Jangan dekat-dekat,"

Mereka berbisik, tapi dia bisa mendengarnya.

"Kasihan sekali."

Orang dewasa dengan segala asumsi tidak masuk akal yang mereka benarkan.

'Aku tidak ingin dikasihani!' jerit batinnya.

"Pergi sana, kau tidak pantas di sini!"

Dia menatap garang kepada mereka. Beberapa anak yang sedang berkumpul di koridor, membuka jalan. Dia seperti preman di sini.

Di luar, dia menemukan dua orang dewasa berdiri di samping mobil. Mereka melemparkan senyuman ke arahnya. Yang wanita datang kemudian memeluknya erat dan hangat.

"Halo, Sayangku! Oh, kau sangat manis dan tampan! Pekik girang si wanita.

Dia harus mengakuinya, dan pria dewasa tadi juga datang ikut memeluk. "Tampan seperti aku, bukan, Honey?

Oke, dia hampir tertawa mendapati kenyataan bahwa pria ini sepertinya seorang tipe pemeluk. Maksudnya, seseorang yang sangat senang memeluk orang lain.

"Sekarang, panggil aku ibu, dan pria pemeluk ini, panggil dia ayah."

"Baik, Zero ... kenapa, apakah nama itu tidak keren?" si pria menatap ragu ke arah anak kecil itu dan istrinya.

"Tentu saja, itu nama yang keren, jika anak kita juga menyetujuinya, 'kan?" jawab si wanita.

Anak kecil bersurai merah itu mengangguk kecil. Dia menerima pemberian namanya. Dia telah mengakui jati dirinya sebagai Zero. Setelah selama hampir delapan tahun hidup tanpa nama, hanya embel-embel 'anak aneh' dan 'preman'.

Dalam perjalanan pulang mereka, dia tidak mencampuri obrolan pasangan suami-istri itu, kepalanya sedang memikirkan bagaimana caranya kabur. Keluar dari kota terkutuk ini.

Pasangan itu sangat ceria. Mereka bercerita tentang apa saja, tapi ada satu hal yang membuatnya merasa tertarik yaitu ketika si wanita menyebutkan dia punya seorang kakak yang mana adalah anak mereka. Lalu mengapa masih mengadopsi kalau sudah punya anak?

"Sayangku, abangmu itu seorang penggila criminal. Dia ingin menjadi seorang detektif!" si pria megusap lengan istrinya, "oh, Ibu harap, kau hanya akan menjadi seorang pegawai biasa agar bisa selalu menemani Ibu, bagaimana menurutmu?"

LIMIT ALBUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang