"Noona, aku pulang."
Guanlin membuka pintu rumahnya dan masuk, menyapa kakak perempuannya yang sedang memasak di dapur. Miyawaki Sakura, kakak dari Guanlin, berbalik dan tersenyum pada adik angkatnya.
"Selamat datang Guanlin. Tumben kamu pulang malam begini? Ada kegiatan ekskul lagi?" Tanya Sakura sambil membolak-balik daging di atas penggorengan.
"...Begitulah." Jawab Guanlin. Itu tidak sepenuhnya benar, dia memang ada kegiatan ekskul siang itu, tapi jam pulang mereka tidak malam-malam amat. Dia masih harus memastikan bahwa Nako sudah sampai ke rumahnya dengan selamat sebelum beranjak pulang. Jarak rumah Nako dan rumahnya ternyata tidak begitu jauh, namun Guanlin masih kepikiran dengan ekspresi Nako begitu mereka sampai di depan rumah gadis itu.
Flashback
"...Kenapa tidak masuk?" Guanlin memutuskan untuk mengantarkan Nako ke rumahnya. Sudah beberapa hari ini mereka bertemu setiap malam dan malam ini pula Guanlin membelikan Nako makanan walaupun gadis bertubuh pendek itu mengatakan bahwa dia sudah makan. Guanlin berani bersumpah jika ada kontes pembohong terburuk, Nako pasti akan memenangkannya. Gadis itu bahkan tidak bisa berbohong untuk menyelamatkan dirinya. Kini kedua pasangan dengan perbedaan tinggi yang kelewat jauh itu telah berdiri di depan rumah Nako, namun sedaritadi gadis pendek itu bolak-balik menatap rumahnya dan Guanlin seakan sedang memutuskan yang mana yang harus dia prioritaskan terlebih dahulu.
"...Jangan bilang kau tidak bawa kunci rumah." Kata Guanlin sambil menatap Nako dengan pandangan penuh selidik.
"A-Aku bawa kunci rumah kok. Erm, kamu tidak pulang?" Tanya Nako.
Pertanyaan itu lagi. Setiap Guanlin mengantar Nako ke rumahnya, Nako pasti tidak akan langsung masuk rumah. Ia pasti akan bertanya apakah Guanlin pulang atau tidak atau mungkin lebih kasarnya, ia akan menyuruh Guanlin pulang seakan ia tidak bisa masuk ke dalam rumahnya jika Guanlin masih ada di sini. Awalnya Guanlin tidak mau terlalu perduli tapi lama-lama, kebisuan dan kebohongan gadis itu agak membuatnya lelah. Sebenarnya apa yang gadis itu takutkan dari rumahnya?
Guanlin punya beberapa tebakan, ia hanya berharap bahwa tebakannya tidak benar.
"Kau masuk rumah dulu baru aku pulang. Kalau kau diculik saat aku meninggalkanmu, aku bisa kena masalah dari orang tuamu." Jawabnya acuh tak acuh.
Guanlin tak melewatkan tatapan gugup Nako padanya, seakan jawaban yang ia berikan barusan bukanlah sesuatu yang ia ingin dengar, namun Guanlin tidak perduli bahkan jika Nako membencinya karena kali ini ia menjadi keras kepala.
Oke, mungkin dia sedikit perduli dan tidak mau Nako membencinya, tapi tetap saja...
"...A-Aku akan masuk rumah... Jadi sekarang lebih baik kamu pulang, yah?" Pinta Nako.
Kadang kala, Guanlin mengutuk dirinya yang tidak bisa menolak permintaan Nako. Apalagi jika gadis mungil imut itu sudah memasang wajah memelas yang kelihatan sangat lucu. Bahkan orang yang dingin dan tidak perdulian sepertinya juga akan bertekuk lutut karena wajah imut yang ia tunjukkan itu dan benar saja, sekarang ia merasa agak tidak tegaan menolak permintaan Nako.
"... Kau benar-benar akan masuk rumah jika kutinggal?"
Ini konyol. Guanlin tahu dia tidak akan masuk ke dalam rumah. Walau Guanlin baru beberapa kali mengantar Nako pulang dan hubungan mereka belum bisa dibilang akrab-akrab amat, tapi Guanlin, entah kenapa, selalu memperhatikan Nako. Ia tahu ada saatnya gadis itu tidak masuk rumah jika Guanlin tinggalkan. Awalnya Guanlin tidak mau begitu ambil pusing karena, walaupun ia entah bagaimana tertarik dengan gadis polos dan murah senyum itu, kehidupan rumah Nako bukanlah urusannya tapi lama-kelamaan, mau tidak mau, ia mulai perduli.
YOU ARE READING
Scars (Lai Guanlin x Yabuki Nako)
General Fiction"Segalanya akan baik-baik saja." - Nako "Lukamu, penderitaanmu, biarkan aku yang menanggung semuanya." - Guanlin Pertemuannya dengan gadis itu pada malam musim dingin merubah segalanya. Luka yang tak bisa hilang dan senyum yang menyembunyikan segala...