maaf ayah

25 4 1
                                    


Senja kini menyapa, sinar jingga itu menerpa lembut wajah melta.

Kini gadis itu sedang diam termenung di bawah pohon rindang yang setia menghiburnya bersama semilir angin yang memainkan rambut ikalnya.

Ia sedang duduk disebuah taman kota yang tak jauh dari perumahannya

Matanya yang sembab menerawang jauh kedepan

Ingatanya melayang jauh akan pristiwa yang baru saja dilaluinya tadi pagi

"Permisi! Tante ngapain dikamar ayah ku?"

Wanita yang dipanggil hanya terdiam kaku dengan sejumlah berkas penting ditangannya.

"Tante! Aku nanya Tante ngapain disini"
Ulang melta dengan suara yang sedikit tinggi dan penuh penegasan.

"Kamu sendiri ngapain disini"
Tatapan sinis itu didaratkannya ke melta, seakan kehadirannya tak lagi diinginkan.

"Cih, seharusnya melta yang nanya, Tante gak mau maling kamar ayah aku kan"

Melta melangkah maju dan merampas semua berkas ditangan clara.

"Pencuri!" tegas melta seraya menatap clara jijik

"Apa kau bilang! Dasar anak haram!"

Clara melayangkan tamparannya kepipi melta yang dengan mudahnya ditangkis oleh gadis itu.

"Agh.. Lepas" erang clara saat melta meraih tangannya dan diplintir kebelakang dengan mudahnya

"Wanita jalang kaya tante gak pantas jadi bagian keluarga ini"melta semakin menguatkan kekangannya

" MELTA!" Suara barinton itu memenuhi seluruh ruangan membuat melta tersentak dan melepaskan tangan clara.

"Hiks.. Maafkan saya melta, maafkan tante yang lancang masuk kekamar ayahmu, tante hanya... Hiks hiks" wanita itu menangis sesegukan memegang tangannya yang terasa nyeri.

"Melta apa yang kamu lakukan"

Joe- ayah melta merampas dokumen yang digengam melta.

"Ayah, wanita ini yang salah, dia masuk kekamar ayah dan mencuri aset-aset itu''

Melta berusaha membela diri, tak ingin disalahkan oleh ayahnya, sedangkan clara hanya menangis sesegukan membuat Melta muak dengan semua sandiwaranya,

padahal wanita itu yang mulai duluan, kalau saja ia tak mau menampar Melta pasti ia juga tak akan disakiti oleh Melta

" Apa ayah pernah mengajarimu menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah"

"Tidak" kini melta hanya tertunduk diam menahan tangisnya

"Lalu kenapa kau melakukannya tanpa bertanya terlebih dahulu" suara joe meninggi dan penuh penekanan

Kini ia merasa tersudutkan, perkataan ayahnya seakan menudingnya sebagai pelaku kejahatan.

"JAWAB!" teriak Joe

"Ayah. Kenapa sih ayah selalu membela perumpuan nakal itu, Melta anak ayah, sedangkan dia hanya selingkuhan ayah yang membuat Melta harus berpisah dari mama disaat Melta masih membutuhkan kasih sayang mama, hiks..." air mata kini luruh berjatuhan tak tertahankan

"Apa sih manfaat yang ayah ambil dari wanita JALANG kaya dia"

PLAK....

"KELUAR" teriak Joe setelah berhasil mendaratkan tamparan dipipi mulusnya.

~Berjalan Bersamamu~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang