Ade nyebelin

34 4 1
                                    

Melta menghela nafas lega setelah berhasil menginjakkan kakinya kembali dikota kelahirannya.

Kalau dipikir kota ini banyak berubah dan terlihat asing baginya, tapi tak apa lah toh dia akan mulai terbiasa dengan tempat ini

Kakinya mulai melangkah keluar dari stasiun kereta mencari seseorang yang akan menjemputnya

Sebenarnya melta tak terlalu mengenal wajah Reza-adiknya yang menjemputnya

pasalnya ia bertemu terakhirkali disaat Reza masih berusia 8 tahun dan pasti adik kecilnya itu sudah menjadi pria dewasa yang gagah.

Melta terdiam sejenak, satu alisnya terangkat, ia menatap sebuah tulisan yang terukir di kertas Hvs.

Sedang mencari anak hilang
       'Melta Permatasari'

Melta menutup matanya lalu menghela nafas kasar, kakinya dengan sigap melangkah ke arah Pria yang sedang memegang kertas itu.

"Reza" panggilnya langsung menjitak keras kepala pria itu.

''Agh..." keluh pria itu

"Ih kamu nih kenapa sih dek bikin malu kakak aja, kurang ker-"

"Dokter adhnan gak papa? Lah kak Melta kok senior aku dijitak sih"

Mendengar penjelasan Reza membuatnya bingung

"Saya gak papa kok, jitakan kakakmu kuat juga, kayaknya terbiasa ngulek sambel ya mba''

canda adhnan walau kepalanya masih terasa nyut nyut

''Eh ini bukan Reza?"

Melta menunjuk adhnan bingung

"Bukan kak"

Reza mengarahkan tunjukkan Melta kearahnya

"Reza tuh yang ini" jelasnya sangat mudah dipahami dan ampuh menghilangkan kebingungan Melta.

"Ck Reza" tanpa menunggu Melta kembali melayangkan jitakannya, tapi kali ini untuk Reza.

"Loh kak, kok Reza kena jitak sih"

matanya menyalakan protes sedang tangannya mengelus kepalanya

"Biarin, kan kakak sudah bilang yang megang nama kakak itu kamu, kok malah temen yang dikasih"

Melta menyerahkan kopernya ke Reza dan berjalan mendahului

"Maafin kakak aku ya bang adhnan, dia kalau salah emang gak pernah minta maaf"

ujar Reza sedikit berbisik seraya mengikuti langkah Melta

"Reza kakak denger tau omongan kamu"

Reza dan adhnan hanya terkekeh kecil seraya menyamakan langkahnya dengan Melta.

"Kak Melta"

"Hm..." Melta tak terlalu menghiraukan ia asik dengan ponselnya.

"Ini kenalin senior aku namanya adhnan"

Reza menunjuk  adhnan yang berjalan disampingnya yang sesekali mencuri pandang ke melta

"Oh"

"Ih kak kok jawabnya gitu sih, gak sopan" protes Reza lalu mengambil ponsel kakaknya.

"Terus kakak harus ngapain? jabat tangan? Paling temen kamu gak mau jabat tangan ama kakak, orang tampang sudah kayak pak ustadz"

Melta kembali merampas ponselnya, cukup membuat Reza geleng-geleng dengan tingkah kakaknya.

"Maaf ya bang, emang suka gitu dia" jelas Reza merasa tak enak.

"Gak papa" jawab adhnan lalu membuka bagasi mobil, membantu Reza memasukkan koper yang dibawanya, sedang Melta tanpa dipersilahkan langsung dudul diKursi penumpang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~Berjalan Bersamamu~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang