Jangan mengulangi kesalahan yang sama.
Karena masih banyak
kesalahan-kesalahan lain yang perlu dicoba.________________________
Pagi yang sejuk di negara Kincir Angin, Belanda. Suasana pagi di kota Amsterdam ini terbilang cukup dingin, dikarenakan sudah memasuki akhir musim semi, yang artinya sebentar lagi akan masuk ke musim salju.Di sebuah rumah mewah yang seperti rumah-rumah pada umumnya yang ada di Belanda, terlihat penghuni rumah itu sedang sibuk menyiapkan barang-barang yang akan di bawanya untuk kembali ke tanah air.
Seperti yang terlihat sekarang. Dimana seorang pemuda tampan dengan perawakan tinggi, berkulit putih bersih, hidung yang cukup terbilang mancung, dengan sedikit rambut-rambut halus yang menutupi sebagian dahinya, lengkap dengan wajahnya yang terlihat begitu dingin & sedikit angkuh, tetapi tulus. Ia sedang memasukkan beberapa pakaian dan berbagai jenis barang kecil ke dalam suit case big-size-nya, atau koper berukuran besar miliknya yang berwarna dongker.
"Huh... Akhirnya kelar juga." Kata pemuda tadi sambil menghembuskan nafasnya pelan.
Ia mendaratkan bokongnya di kasur big-size-nya. Sedikit mengelap butiran-butiran peluh yang menetes di pelipisnya dengan jari-jari panjangnya.
Bintang. Bintang Pradipta, tepatnya.
Ya, pemuda tampan tadi bernama Bintang Pradipta.
Putra tunggal Tn. Bagas Pradipta & Ny. Faras Meiritha.
Tapi perlu diketahui, bahwa Bintang tak mengetahui bahwa ia bukanlah Putra Kandung dari orang yang ia panggil mama-papa itu.Ya, Bagas & Faras memang sengaja tak memberitahu Bintang yang sebenernya. Dan itu mereka lakukan untuk kepentingan Bintang.
"...Bintang..." Teriak seseorang dari balik pintu kamar Bintang.
Sepertinya Bintang sudah tahu bahwa seseorang yang baru saja memanggil namanya itu adalah Faras - mamanya. "Iya ma, masuk aja! Gak di kunci kok!" Teriak Bintang dari balik kamar.Cklek....
Setelah mendapat persetujuan Bintang untuk masuk, Faras pun membuka pintu berwarna cokelat gelap itu dengan perlahan."Bintang, udah selesai pigking barangnya?!" Tanya Faras sambil berjalan menuju ke arah sang anak.
"Udah, ma. Ini baru selesai!" Jawab Bintang sambil menutup resleting suit-case-nya, tak lupa dengan senyuman kecil di bibirnya.
Setelahnya, ia mengetikkan 6 digit sandi untuk mengunci suit-case-nya."Kalo gitu, yuk turun! Papa udah nunggu di bawah, kita sarapan!" Ujar Faras sambil mengelus surai hitam putra kesayangannya itu.
"Iya, ma." Seru Bintang meng-iya kan ajakan mama-nya itu.
〽〽〽
Di meja makan, "Nanti di Jakarta, kamu harus sebisa mungkin sembunyi-in kemampuan kamu itu, Bintang!" Suara berat Bagas memecah keheningan di meja makan pagi ini.
"Iya, Bintang. Mama gak mau kalo orang lain tau tentang kelebihan kamu. Mama takut, mereka malah jadi ancaman buat keselamatan kamu." Tambah Faras menimpali ucapan Bagas tadi.
"Iya, ma. Papa sama mama gak usah khawatir! Aku bisa jaga diri kok." Sahut Bintang sambil menyuapkan roti panggang yang sudah di-olesi selai cokelat kesukaannya.
"Lagian siapa sih yang mau mamerin keanehan ini?" Lanjut Bintang dengan tersenyum simpul.
"Bintang! Kamu gak boleh ngomong gitu. Kelebihan yang kamu punya itu adalah karunia dari Tuhan." Jelas Faras menyangga ucapan sang anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Novela JuvenilDia.... Yang hadirnya, tak pernah disangka. Dengan tawanya, menerangkan angkasa. Dan tangisnya, yang menabur luka. Dia.... Putra Angkasa,, Yang seyumnya.... Harus dijaga! Dia.... "Bintang Pradipta"