06: statement of love

1K 270 52
                                    

Kecepatan penuh menuju XXIV Bubble Tea. Mobil milik Minkyu menyusul di belakang.

Yunseong mendapat pesan dari Hangyul bahwa ahli perang mereka sudah sampai di Macau, dan menunggu perintah.

Yunseong segera mengetik pesan agar mereka segera berkumpul di XXIV Bubble Tea.

XXIV Bubble Tea adalah toko bubble tea besar dengan gedung dua lantai yang dikelola oleh Wang Yireon, salah satu ahli bisnis keluarga Hwang yang menjadi mata-mata di Macau.

Orang-orang yang dihubungi sudah menunggu disana. Han Seungwoo, Geum Donghyun, dan tiga puluh ahli perang keluarga Hwang, tujuh puluhnya lagi tersebar empat sampai lima kilometer sekitar Dionysus Tower.

Mereka ada di lapangan basket, toko buku, taman bunga, toko barang antik, jalanan, minimarket, bioskop, gym, halte, hingga stasiun yang luput dari pengawasan Keluarga Lin.

"Ah, here comes Mr. Hwang," ujar Seungwoo dengan senyumnya.

Mereka semua memenuhi lantai dua, Yireon menyajikan bubble tea untuk mereka. "Terimakasih, Yireon," ujar Yunseong.

Setelah menyeruput sedikit brown sugar milk tea ( read: cendol ) nya, Yunseong berdiri.

"Oke, waktunya briefing. Cepat saja. Donghyun, aku membutuhkanmu untuk memblokir akses internet, tiga kilometer dari Dionysus Tower, agar tidak seorang pun bisa menghubungi aparat keamanan.

Lalu, di area Dionysus Tower, alihkan nomor hotline perusaan listrik Macau agar tersambung dengan telepon milik kita.

Chaewon, aku butuh kamu untuk masuk sebagai pelanggan klub malam, ini kartu identitas palsumu, lalu kamu harus mencari sumber listrik Dionysus Tower yang ada di lantai tiga, ini petanya. Lalu padamkan listrik mereka.

Ahli perang, aku butuh kalian untuk berpakaian seperti petugas perusahaan listrik.

Pihak Keluarga Lin akan menelepon perusahan listrik, namun tersambung ke telepon kita. Saat telepon tersambung, kalian akan pura-pura ke sana sebagai petugas perusahaan listrik.

Saat mereka masuk, Chaewon akan menyalakan listrik dan— boom! Serbu.

Seungwoo-hyung dan mantan angkatan udaranya akan mendarat di atas Dionysus Tower dengan helikopter.

Kalau ada security yang menghadang, lindas saja. Turun ke lantai sembilan, ambil senjata. Dan tunggu aba-aba.

Aku, Donghyun dan Yohan akan menyeludup lewat 'pintu belakang' saat keadaan ricuh.

Lalu aku menyusul Chaewon ke lantai tiga, dan kami akan bersama ke lantai delapan, dan Seungwoo-hyung akan turun.

Lalu kita menyerang basecamp Keluarga Lin. Dan, yang paling penting,

TIDAK ADA YANG MENINGGALKAN DIONYSUS TOWER SAMPAI KERTAS HIJAU DAN MHA-001 ITU DITEMUKAN.

Yohan dan Donghyun akan ke ruangan akuntansi keuangan, mengecek semua komputer dan menghapus file yang kemungkinan memiliki hubungan dengan kertas hijau dan MHA-001 itu.

Mengerti? Oke, kuanggap kalian mengerti."

Yunseong menyeruput cendol lagi.

"Kita akan menunggu hingga malam hari, karena yang akan kita serang adalah klub malam. Sekarang kumpulkan kekuatan dan senjata kalian," ujar Yunseong.

Senja sudah mulai menyambut tim Yunseong. Ia tengah berada di restoran China, berdua dengam Chaewon.

Yang lain sedang bersiap-siap dan Yohan tengah pergi memotret. Lelaki itu, selain seorang penasihat yang cerdas, ia juga fotografer handal.

"Maaf banyak merepotkanmu, Chaewon."

Yunseong menatap gadis di seberangnya. Sang gadis tersenyum.

"Tidak masalah. Entah mengapa, aku malah senang. Biasanya aku hanya membunuh dan membunuh dalam sekejap. Tapi denganmu aku merasa lebih dibutuhkan dari sekedar menjadi seorang pembunuh," ujar Chaewon.

"Jangan seperti itu, aku malu. Omong-omong, kalau kau membutuhkan bayaran lebih, bilang saja. Aku rasa aku sudah melibatkanmu terlalu jauh," kata Yunseong.

Chaewon menggeleng.

"Tidak sama sekali, Tuan. Bahkan untuk semua ini sudah seperti bayaran untukku," katanya.

"Chaewon ... Aku tahu kita baru kenal sebentar," kata Yunseong.

Ia mendadak gugup. Chaewon menatap penasaran.

"Awalnya ini biasa saja seperti antara aku dengan ahli perang, ahli bisnis, atau agen yang ku bayar, tapi—"

Yunseong berhenti sejenak.

"Chaewon, kurasa aku menyukaimu."

Suasana lengang sejenak. Dua bibir yang terkelu. Sepasang netra beradu.

Kali ini sang gadis menelan ludah.

"Tuan Hwang, sebenarnya ...."

Lidahnya terasa tercekat.

"Aku berencana mengatakan hal itu juga malam ini."

Senyum tersungging di wajah keduanya.

Ah, pernyataan cinta di kala senja memang kombinasi yang memgagumkan.

sinners | yunseong × chaewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang