13✴

3K 326 27
                                    

Haechan memandang rumah asri dihadapannya dengan tatapan lembut dan perasaan senang. Bukan, itu bukan rumahnya. Melainkan milik keluarga Huang.

"Halo, pak Kang." sapa Haechan ramah kepada satpam penjaga rumah Renjun.

"Eh, halo juga, Nak Haechan." sahut pak Kang tak kalah ramah.

"Renjun-nya ada?" tanya Haechan.

"Kebetulan, ini kan hari libur. Tuan besar sedang nggak ada jadwal di rumah sakit, jadi semuanya berkumpul." jawab pak Kang.

Haechan mengangguk tanda mengerti. "Yaudah, makasih ya, Pak Kang."

"Iya, sama-sama, Nak."

Haechan berjalan masuk dengan motor sportnya, setelah dirasa sudah selesai membenahi diri, ia melangkahkan tungkainya menuju teras rumah keluarga Huang.

Ting tong~ ting tong~

Cklek!

Terpampanglah sosok wanita cantik paruh baya dihadapan Haechan. Beliau tersenyum hangat nan ramah untuk menyambut kedatangan Haechan.

"Pagi menjelang siang, Bunda." sapa Haechan.

"Pagi juga, Chan-ie~. Ayo masuk!"

Haechan mengangguk, ia langkahkan kakinya memasuki rumah keduanya itu dengan perasaan senang bercampur was-was. Takut jika Renjun masih marah soal kemarin lalu bercerita pada keluarganya, dan berakhir Haechan di usir secara kasar dari sana.

Please, Chan. Itu berlebihan tahu! Nyatanya nyonya Huang menyambut dengan penuh binar kasih sayang.

"Bang!" tegur Haechan ketika sudah duduk di ruang keluarga setelah nyonya Huang pergi untuk memanggil Renjun.

"Hn." sahut Jeno dengan mata terfokus pada handphonenya.

Haechan menatap datar Jeno. "Ga jadi." katanya ketus.

"Ngomong tinggal ngomong sih, gue dengerin dah. Buruan!"

"Halah palingan juga kaga lo gubris."

"Kalo gue nggak gubris, lah ini gue ngapain? BAB gitu?"

"Kemaren gue curhat, lo malah nganggap gue transparan." sindir Haechan.

"Hantu dong?"

Haechan menatap Jeno datar dan malas. Inilah alasan ia tidak memiliki kesan bagus saat pertama kali bertemu dengan pemuda bermata bulan sabit di dekatnya ini. Tak pernah akur.

"Sayiton." Umpat Haechan.

"Apa? Gue nggak denger? Lo ngomong apa ndesis sih?"

Haechan memilih mengganti topik. "Renjun sama ayah kemana bang?" tanyanya.

"Baba lagi nyantai di taman belakang rumah. Kalo Renjun dari tadi kagak keluar kamar tuh bocah. Hibernasi kali." jawab Jeno masih fokus pada video game di handphonenya.

Duh, Haechan jadi was-was. "Bang!"

"Apaan?" sahut Jeno.

"Renjun ada cerita nggak ke lo?" tanya Haechan ragu.

"Ada." jawab Jeno misterius. Ia hentikan video gamenya, dan memilih menghadap Haechan.

Haechan menegak ludahnya kasar. Nafasnya tercekat, jantungnya berdemo ingin keluar saking takutnya pada Jeno. Kalau masalah seperti ini dia bisa takut, tapi kalau sepele? Dia tantang.

"A-apa?"

"Lo nyium Renjun'kan?" Jeno tersenyum miring penuh arti.

Skak! Tepat sasaran kau Huang Jeno!

"Ayah sam-"

"-lo boleh pergi dari sini. Pintu di sana!" potong Jeno cepat.

Nada serius yang dibuat-buat olehnya mampu membuat Haechan gelagapan. Jeno seketika merasa berhasil mengerjai Haechan, ia ingin tertawa melihat ekspresi ketakutan Haechan.

"I-iya.." Haechan hendak bangkit. Namu Jaehyun menegur dirinya.

"Loh, Haechan. Kok udah mau pulang aja? Biasanya cuddle sama Renjun."

Haechan menengok patah-patah. Ia takut. Sungguh.

"NGIAHAHAHAHAHAHA!"

Tawa Jeno meledak saat itu juga. Haechan dibuat bingung dengan tingkah Jeno yang ajaib serta absurd itu. Apanya yang lucu di tengah situasi yang tegang dan serius begini?

"Jen! Awas Haechan ikut kesurupan. Ketawanya dikontrol dong." tegur Jaehyun.

"Ha?" Haechan linglung sumpah.

"Udah, jangan dihirauin si Jeno. Kamu ke kamar Renjun aja, bunda kewalahan ngurus anak perawannya lagi malu-malu kucing." ujar Jaehyun juga menahan tawa.

Haechan menatap datar ke arah Jeno ketika ia sudah paham bahwa dirinya sedang dikerjai. "Awas lo. Gue bales!"

Haechan buru-buru bangkit untuk menghampiri Renjun. Setelah sampai didepan kamar Renjun. Ia ketuk pintunya,

"Renjun~" panggilnya lembut.

Tak lama, munculah nyonya Huang.

"Sana masuk! Renjun ngerengek mulu, bunda kewalahan." kata nyonya Huang dengan senyuman jenaka.

Haechan mengangguk. Ia berjalan masuk ke kamar Renjun dan pemandangan pertamanya adalah, Renjun tengah bersembunyi di gundukan selimut tebalnya. Haechan terkekeh geli melihat tingkah laku Renjun. Ia berjalan semakin mendekat ke kasur Renjun.

Renjun merasakan beban berat di sebelah kiri kasurnya, apa itu mamanya? Atau abangnya? Karena penasaran kenapa sosok yang ada di sebelahnya hanya diam, Renjun dengan sigap menyibakkan selimutnya.

Oke, ia merasa menyesal karena sudah penasaran. Dirinya terkejut bukan main saat disuguhi Haechan berbaring menghadap padanya dengan senyuman tampan. Jantung Renjun terus bertempo cepat. Pipinya memanas.

"Hey.." panggil Haechan. Suaranya rendah.

Bulu kuduk Renjun meremang. Perutnya terasa geli, seperti ada sesuatu didalamnya. Tergelitik namun rasa nyaman mendominasi. Jantungnya terus saja meronta keluar.

"Ayo cuddling! Gue mau minta maaf."

Tubuh Renjun langsung Haechan rengkuh kedalam pelukannya. Lantas kenapa kamu minta izin Haechan? Bahkan Renjun belum memberi izin, dia masih sibuk terhenyak akan sikap Haechan.

"Chan.."

"Hmm? Kenapa, Njun?"

"Aku belum mandi tadi."

"Nggak masalah, lo'kan udah wangi."

"Kamu mau gembelin saya?"

"Nggak. Gue cuma mengatakan yang sebenarnya, lo emang wangi karena nggak mandi."

Renjun mencubit perut Haechan, membuat pemuda itu meringis namun tetap mempertahankan rengkuhannya. Renjun melepaskan diri dari rengkuhan Haechan, duduk di kasur dengan pipi menggembung dan tangan terlipat di depan dada.

Haechan mengikuti pergerakan Renjun. Ugh! Menggemaskan sekali sosok didepannya ini! Kedua tangan Haechan terangkat untuk mencubit dan menguyel-uyel pipi Renjun yang berisi seperti squishy yang terbuat dari sutra.

"Gemesnya~"

"Iiwwh!! Swakwit Hwaecwan!" protes Renjun.

Haechan menarik tangannya, ia genggam tangan Renjun. Lalu netra gelapnya menatap lurus secara dalam ke milik Renjun yang mengerjap polos namun tersirat kekesalan juga. Haechan terkekeh.

"Maaf ya."

"Nggak!"

Haechan yang gemas langsung menerjang tubuh Renjun dan membawanya kedalam pelukan, mereka berbaring lagi dengan posisi berhadapan. Renjun tak bisa berkutik, ia hanya mampu mengalir saja mengikuti arus Haechan.


Tbc!

Vote and komen.

Angst ending(:

Aku ga pndai sbenernya. Ah udahlah.
(:

-kdywifeu.

Fireflies|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang