13| Bitter

30 9 0
                                    

당신의 미소는 별과 같습니다. 빛나고 무제한.
Your smile is like a star. Shine and unlimited.

***

Senyum manis Jungkook tiga hari lalu terngiang di benak Nara. Teringat senyum Jungkook membuat Nara jadi ikutan tersenyum.

Hari demi hari sudah terlewati. Sudah tiga hari terhitung Nara menangis setiap malam mengingat Hyeri. Sahabat yang sangat ia sayangi.

Tapi entah kenapa Nara sedikit merasa sudah mengkhianati sahabat sendiri. Bagaimana tidak? Jungkook lah penyebab Hyeri pergi menjauh ke Indonesia. Tapi kenapa Nara masih saja tak lepas dari Jungkook?

Mungkin sudah ikatan batin gumam Nara di dalam hatinya sambil terkekeh sendiri. Orang yang melihat Nara sekarang sudah pasti menganggapnya orang gila karena terkekeh sendiri. Tetapi untungnya Nara sedang di kamar apartemennya. Sendirian.

Terakhir kali Nara bertemu Jungkook adalah di saat Nara membuatkan makan malam untuknya. Tiga hari setelahnya , Jungkook dilanda kesibukkan yang harus diselesaikannya saat itu juga. Sehingga , mereka hanya bisa saling menghubungi melewati dunia maya.

Jika teringat tentang pacarnya Hyeri , Nara pun belum tahu menahu soalnya. Hyeri tidak pernah menceritakan soal kekasihnya kepada Nara. Jadi , Nara sangat bingung harus kemana ia menghubungi Hyeri.

Di sisi lain , Nara bingung kenapa ibunya Hyeri tidak sekhawatir yang ia pikirkan ketika kehilangan anak semata wayangnya. Tetapi Nara tidak terlalu menghiraukan itu. Karena sekarang yang terpenting adalah nomor baru Hyeri.

Nara mulai berguling tidak jelas di kasurnya. Ia memutuskan untuk pergi ke kantor Jungkook. Mungkin Nara bisa membantu menyemangati Jungkook.

Seperti biasa , Nara memakai angkutan umum untuk pergi ke tujuan yang ia inginkan. Lalu membayarnya menggunakan kartu yang biasanya dipakai di sana.

Nara menatap gedung yang sangat amat tinggi menjulang di hadapannya. Nara sampai mendongak melihat keindahan gedung di depannya itu.

Ini pertama kalinya Nara menginjakkan kaki di kantornya Jungkook. Sangat indah , hijau , desain menarik dan terkesan tidak dilebih-lebihkan. Nara suka.

Semilir angin siang itu sangat sejuk menurut Nara. Cocok dengan pakaian yang ia kenakan sekarang. Kaos crop dengan celana pendek jeans yang biasa dipakai perempuan-perempuan kebanyakan.

Sekarang Nara sudah menginjakkan kaki di lobby kantor tersebut. Banyak sekali orang yang berlalu lalang dengan simbol Jeons Company di dada sebelah kanan masing-masing seragam.

Nara sempat terpana melihat keramaian ini. Ia melihat per orangan di kantor ini adalah orang-orang yang penting dan tidak sembarangan orang. Jungkook pernah menceritakan kalau banyak yang melamar kerja di sini , banyak pula yang ditolak untuk berkerja dikarenakan akademik dan karakteristik yang tidak memenuhi standar.

Usai menikmati keramaian yang jarang ia lihat selain di kampusnya itu , Nara langsung menuju ke resepsionis untuk menanyakan di mana Jungkooknya berada.

"Permisi," ucap Nara sopan ke perempuan berseragam Jeons Company di hadapannya.

Perempuan tersebut mengangkat kepalanya , ternyata perempuan itu sehabis menulis sesuatu. "Ne?"

Nara menatap perempuan cantik di depannya. Uh , Jungkook pintar sekali memilih para perkerja batin Nara.

"Ada Jungkook?" tanya Nara langsung ke poinnya.

"Anda siapanya , ya?" tanya perempuan itu balik.

"Pacar Jungkook," jawab Nara enteng.

"Ternyata bos saya sudah punya pacar. Saya kira pacarnya Somi itu sekretarisnya , habisnya dekat sekali mereka," ucap perempuan itu. Nara tidak peduli. Ini sudah menjadi resikonya menjadi pacar seorang yang terkenal.

"Saya akan menghubungi sekretarisnya terlebih dahulu untuk mengetahui jadwal apa yang dikerjakan Jungkook sekarang," lanjut perempuan itu lagi sambil mengambil telfon dan mengetikkan nomor.

Nara pun menunggu di sana. Nara melihat resepsionis itu sedang berbincang ria di telfon , lalu beberapa saat lagi ditutup lah telfonnya.

Perempuan itu menaruh telfonnya dan menghampiri Nara. "Mianhae , Jungkook sedang ada meeting yang akan berlangsung hingga dua jam kedepan..."

Nara sedikit kecewa mendengarnya. "Ya sudah , nanti kalau Jungkook sudah selesai , kabari aku ya. Aku ada di Starbucks depan,"

Setelah melihat perempuan itu mengangguk , Nara langsung pergi ke Starbucks Cafe di depan kantor untuk menunggu Jungkook.

***

Hari sudah malam. Nara kebetulan sudah menghabiskan tiga cup green tea lattenya dan lima potong red velvet cake sejak siang tadi.

Ok , Nara jadi takut untuk melihat timbangan sehabis ini.

Nara akhirnya keluar untuk mencegah konsumsi yang akan membuat perutnya menonjol dan menipiskan dompetnya. Setelah keluar dari kafe , ia melihat kantor yang menjulang di depannya. Benaknya bertanya kenapa jam segini Jungkook belum menampakkan dirinya. Padahal ini sudah lima jam terhitung sejak Nara pergi dari tempat resepsionis itu.

Tak mau berlama-lama , Nara akhirnya kembali menemui resepsionis itu.

"Permisi , Jungkook sekarang ada? Saya ingin segera bertemu dengannya," sambar Nara dengan wajah yang masih ramah. Tidak ada kekesalan sepersen pun di wajah Nara sekarang. Padahal , di dalam hati Nara sudah meluap-luap emosi yang tidak terdefinisi.

"Ah , Anda yang tadi? Mianhae... Kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun company ini , dan barusan Jungkook sedang mentraktir karyawan-karyawan senior untuk makan di suatu restoran," ucap resepsionis itu dengan wajah menyesal.

Nara masih mempertahankan senyumannya itu. "Kalau boleh Saya tahu , di mana restorannya?"

"Saya kurang tahu." ucap resepsionis itu lagi.

Nara tidak bisa berkata-kata lagi. Cukup lama ia terdiam. "Ne , gomawo,"

Akhirnya suara Nara keluar dan setelah pamit , Nara langsung menuju luar untuk pulang. Hari ini sungguh penantian yang sia-sia.

Sekarang sudah jam sepuluh tepat. Nara tidak melihat satu angkutan umum pun di sini. Di mana kah angkutan-angkutan itu pergi?

Nara akhirnya memutuskan untuk jalan kaki saja daripada menunggu ketidak pastian.

Di sepanjang jalan sampai sini , Nara belum menemukan hal aneh seperti perampok , atau ada yang mengikutinya. Tidak. Itu semua mungkin hanya terjadi di novel-novel drama yang pernah Nara baca.

Tetapi , ada satu hal yang mampu memakukan kedua telapak kaki Nara di pertengahan jalanan. Posisi Nara sedang berada di trotoar dan sedang melihat ke samping kanan. Ke arah sebuah restoran terkenal di kotanya itu. Tapi bukan restorannya itu yang menarik perhatiannya , melainkan orang di dalamnya.

Dapat Nara lihat , di dalam ada Jungkook , perempuan yang ia pergok di kafe saat dengan Jungkook—yang katanya sekretarisnya itu—, dan beberapa rekan kerja Jungkook.

Nara melihat Jungkook yang melebur dalam tawa bersama perempuan itu. Ternyata senyum yang selama ini diberikan Jungkook untuknya dibagi bersama perempuan lain.

Nara berusaha melihat ke atas untuk menahan air matanya keluar. Tapi , dengan tidak sengaja , Nara melihat bintang yang begitu banyak di atas.

Setidaknya masih ada yang menemaniku malam ini. Dengan ikhlas dan dengan sinarnya batin Nara dalam hati sambil terus melanjutkan langkah menuju rumahnya. Dan , seperti yang kalian pikir , Nara tetap tersenyum walaupun takdir telah menggoreskan sedikit luka lagi di hatinya.

MoonwalkersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang