Lepas dari pelukan ibu, Bela memberikanku sebuah buku diary, yah dia tau kalau aku gemar menulis diary akhir-akhir sebelum aku akan putus sekolah.
"Cuma buku? Pulpennya mana? Bagaimana aku akan menulis tanpa pulpen, sungkawaaa!!??" bicaraku dengan nada yang mungkin sedikit nyeleneh.
"oh iya, maap,Nder. Aku lupa. Yaudah, aku keluar bentar yah"
"Sana cepat, dasar aneh. Dikira aku menulis pake upil apa"
Sekian menit, si bocah aneh ini telah kembali dan langsung memberikanku pulpen yang telah ia entah beli atau minta atau mungkin mencuri, aku tak tau, aku terima sajalah,daripada mubajir.
Petugas datang, dan memberitahukan bahwa waktu temu telah berakhir. Tibalah bibir Ibu mendarat mulus di keningku. Memelukku erat.
"Jaga dirimu baik-baik nak. Ibu akan selalu memanjakan doa untukmu"
Dan Ayah menepuk pundakku seroyak berkata "be a gentleman,captain", waduh, kursus dimana nih si Bapak, lancar betul inggrisnya. Hha,yaudahlah.
"Hati-hati, Ma,Pa. eh bocah, kamu gak usah hati-hati. Kalau mau nyebrang tiba-tiba ada mobil lewat, tidak usah ditunggu, tabrakin diri aja, dengan kehendak Tuhan, neraka menunggu dengan setia kok." Gurauku ke Bela. Sedang dia menendangku dengan sedikit keras ke kaki ku. "Etdah,bocah. Sana gih,bunuh diri. Tapi makasih yak buku dan pulpennya" lanjutku bercanda.
Untuk kali kedua aku tak dapat melihat mentari mengintip dibalik cakrawala. Salah seorang petugas datang ke tempatku dan meberikanku sepiring makanan.
"cepat dan bergegaslah, kita akan ke tempat sidang hari ini", katanya. Dan aku menganggguk mengiayakan.
Nasi,tempe dan sayur terpampang jelas diatas piring. Wahh, ini lebih baik dari makanan yang ada di rumah, haha. Siap disantap, siap mengenyangkan.
Bergaya depan cermin setelah membersihkan diri, terlihat rambut kini telah menyentuh ujung hidung. Didalam penjara bisa cukur tidak? Hmm, entahlah.
Kenapa yah? Kenapa aku tidak merasakan ketegangan dan cemas seperti pada sinetron-sinetron di televisi. Padahal aku akan disidang hari ini. Masa kehidupanku sebagai tahanan akan ditentukan nanti. Santuy sekali, dasar aku. Apakah mungkin karena kemarin telah bertemu dengan Ayah,Ibu dan Bela? Tiba-tiba adem. Yah entah karena apa, mensyukuri adalah tindakan paling benar untuk hal ini.
YOU ARE READING
Cerita dalam Derita
Teen FictionYanto Alexander harus putus sekolah dan membantu ayah ibunya untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Namun bagaimana ia bisa melakukan itu didalam dekapan dunia barunya yang mentari saja tak dapat ia lihat lagi?