2. Sirius

93 9 3
                                    

Bintang paling terang di langit malam
---

As human
We ruin everything
We touch

Including each other

-wordhue

---

Ruang Obrolan

Arsa
Ra?

Dyra
Ya?

Untuk beberapa menit, tanda tanya itu hanya terdiam. Si pengirim pesan menanti jawaban dengan kernyitan di dahinya. Sedang si penerima pesan, ia tak kalah bingungnya. Karena untuk kedua kalinya, pergerakan itu diluar kendalinya. Pikirannya yang mengetuk untuk mengirim sebuah pesan singkat yang tidak memiliki keinginan. Atau mungkin ada keingintahuan, yang belum pria itu sadari.

Arsa
Hm, nothing.
Sorry

Aneh. Dyra menatap layar ponselnya bingung.

Dyra
Okee

Tanpa berlarut-larut, Dyra segera berpaling menatap layar laptopnya. Melanjutkan aktivitas mengerjakan tugasnya. Di tengah fokusnya, ponselnya kembali memberi notifikasi pesan singkat.

Arsa
Ra?

Mata gadis itu langsung saja mendelik curiga.

Dyra
APA HEH??
Cepet gausah basa basi
Pasti mau nitip print makalah kan?
GAK GAK!!
Lo udah orang ketiga yang begini
Dikira gue tukang fotokopian??
Wle

Arsa berkerut dan tanpa sadar ujung bibirnya terangkat. Lucu. Batinnya.

Arsa
11.23
It's late
Tidur

Setelah mengirim tiga bubble chat tersebut, Arsa mematikan smartphonenya. Menaruhnya di atas nakas kemudian menarik selimutnya. Malam ini, ia terpejam dengan perasaan asing dan sebuah lengkung senyum di wajahnya. Meskipun belum ia sadari kenapa.

Dyra
????ha

Sedang di ujung sana, di atas kursi putih yang menghadap ke jendela yang setengah terbuka, Dyra melongo dan bergidik ngeri. "Buset ni orang kenapa?" Tanya Dyra lebih kepada dirinya sendiri.

Berada di sekolah Artisi sejak putih biru membuat keduanya sudah mengenal cukup lama, bahkan lebih lama sejak Nyebat Halal terbentuk. Sejak dulu, Arsa selalu tidak memiliki keberanian. Ia hanya akan menjadi pengamat di antara deretan penonton saat Dyra sedang perform di panggung, pun memandangi punggung Dyra dari kursi di pojok ruang kelas. Sejak awal, Dyra adalah gadis yang matanya selalu sendu dan keceriaannya terlihat palsu bagi Arsa. Setidaknya sejak kejadian itu. Dan entah sejak kapan rasa kasian itu tiba-tiba bergeser, walaupun Arsa sendiri belum tau sejauh apa pergeserannya.

Belum sempat gadis itu meletakkan kembali smartphonenya, benda kecil itu kembali bergetar.

Lami is calling


"Hah?" Jawab Dyra cepat.

"Kok sewot?" sahut Lami di ujung sana.

"Sorry sorry....itu tadi si ar-" Dyra mengurungkan niatnya untuk cerita pada Lami. "Hmm ngga...gapapa" lanjutnya.

"Apaan tuh?" Suara Lami menyiratkan kecurigaan yang dilengkapi dengan sebuah praduga. "Ar apa? Arsa, heh?" Tambahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To Life Is A GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang