Andreas 2

1.3K 75 3
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 2 siang, Iren terlihat sedang duduk di halte depan kampusnya. Sejak yang lalu ia baru saja selesai kelas. Dan sekarang ia sedang menunggu angkot.

Jika biasanya dia akan menunggu arka di parkiran, maka sekarang tidak. Ia masih sangat kesal pada arka yang menurutnya sangat over protektif.

Pelipisnya sudah mulai basah karena peluh yang mengucur, siang ini terasa begitu panas bukan hanya tubuhnya yang panas, tapi hatinya pun ikut panas.

Saat sedang asik memperhatikan jalanan sambil sesekali menengok ke kanan untuk melihat apa ada Angkot yang muncul atau tidak, ia memperhatikan seorang nenek yang sedari tadi tampak kebingungan saat ingin menyebrang jalan.

Niat ingin menyebrang ia mulai berjalan dengan pelan dengan tangan kanan yang terentang untung memberikan isyarat kepada pengendara yang melintas.

Sesaat setelah itu ia sudah sampai di sebrang jalan dan langsung menghampiri nenek tua itu.

"Siang nek" sapa nya ramah pada nenek tua yang tampak seperti orang berada itu. "Eh iya siang cu" balas  nenek itu tak kalah ramah. "Nenek mau nyebrang ya?" Tanya Iren. "Iya cu, tapi nenek takut dari tadi mobilnya melaju kencang sekali" ucap nenek tersebut.

"Mau Iren bantu?" Tanya Iren. "Boleh jika tidak merepotkan kamu" ucap nenek itu dengan senyum merekah. "Gak kok, ayo nek Iren bantu" ucapnya sembari memegang tangan nenek itu.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di sebrang jalan dekat halte. Nenek itupun tersenyum memandang wajah cantik Iren dengan raut berbeda.

"Terimakasih cu" ucap nenek itu. "Sama sama nek" balas Iren dengan wajah ceria khas nya. "Ngomong ngomong nenek mau kemana?" Tanya Iren. "Ini nenek lagi nunggu cucu nenek yang kuliah di kampus ini" ucap nenek itu. "Wah cucu nenek juga kuliah disini?" Tanya Iren. "Iya cu, namanya..." "Oma" panggil seseorang dari arah belakang Iren.

Iren dan nenek itupun menoleh, senyum nenek itu merekah sempurna namun berbeda dengan Iren yang malah bengong memandang seseorang tersebut.

"Andre.." cicit Iren. "Iren, kok bisa sama nenek ku?" Tanya Andre. "Loh ndre kamu kenal dengan Iren?" Tanya nenek. "Iren temen SMA Andre oma" ucap Andreas.

"Wah kebetulan sekali ya, ayo Iren ikut Oma dan Andre kerumah saja, hitung hitung buat berterima kasih" ucap Oma andreas. "Berterima kasih?" Tanya Andre tampak bingung.

"Iya ndre, Iren ini tadi bantu oma nyebrang jalan lagi padat makanya oma gak bisa nyebrang" ucap Oma.

"Gak berubah" ucap Andreas dalam hati dengan senyum samar sembari memandang Iren. "Iren kayaknya langsung pulang aja deh Oma" ucap Iren tak enak. "Yah padahal Oma pengen kamu ikut ke rumah" ucap Oma dengan mimik wajah yang di sedihkan.

"Oma jadi sedih" ucap Oma lesu. "I iya deh Iren mau ikut Oma" ucap Iren karena merasa tidak enak. "Benar? Yasudah ayu masuk ke mobil Andreas" ucap Oma langsung menarik tangan Iren.

"Iya oma" ucap Iren kikuk dan langsung menuruti Oma andreas. Andreas tersenyum sebentar lalu mengikuti kedua wanita berbeda usia itu dari belakang.

Selang beberapa menit mobil Andreas sudah melaju menjauh dari area kampus.

Tanpa Iren sadari sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan dirinya yang sedang bercengkrama dengan Andreas dan juga Oma nya.

∆∆∆

Pukul 7 malam Iren sampai di rumahnya dengan di antar oleh Andreas.

"Makasih ndre" ucap Iren saat baru keluar dari mobil Andreas. "Iya sama sama, sekali lagi makasih juga karena udah bantu oma aku" ucap Andreas dengan senyuman yang dulunya selalu Iren rindukan.

Arka's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang