A Taejin Fanfiction
By illeeegirl__
Tentu saja kita perlu menyadari esensi sebuah emosi. Namun kita tidak menyadari bahwa kita 'memiliki' perasaan yang tidak kita ketahui.The Unconscious
⁞⁞⁞⁞⁞
Tumpukan foto yang tadinya berada laci kamar berubah menjadi abu, ia membakarnya. Asap masih mengepul setelah api padam, seolah menertawakan pemuda manis di depannya. Menatap sisa-sisa abu dengan jejak air mata yang sudah kering kemudian satu helaan napas panjang berasal dari belah bibir penuhnya.
Langkah kakinya menaiki anak tangga, baru sampai anak tangga ke-delapan sapaan halus dari wanita setengah baya namun masih terlihat sangat cantik menyapa indra pendengaran yang lebih muda.
" Aku tidak berada disini saat makan malam, kurangi saja porsinya. " ia melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Membawanya ke kamar sudut lantai dua, kamar di dominasi warna putih adalah tempat ternyamannya. Jemarinya mengunci pintu dari dalam.
Sedikit bantingan ia merebahkan badan di kasur yang empuk. Sesekali mengulum bibirnya bersama benak yang menerawang kemana-mana. Ia tak mau terisak lagi, bisa-bisa suaranya habis dan tak bisa mengomel pada Hoseok. Lagi. Anak itu memang menjadi tempat untuk mengutarakan semua yang ia rasakan. Selain Hoseok adalah pendengar yang baik, saran yang ia berikan tergolong mampu membuat hati menjadi lega. Di sisi Hoseok menyebalkan, sisi lainnya adalah pribadi yang hangat.
Hari sudah mulai petang, jam setengah tujuh malam ia keluar dari kamar. Menuruni anak tangga dan melewati ruang makan yang masih sepi. Ia celingukan setelah mencapai depan gerbang rumah, mencari sosok dengan cengiran khasnya. Ketemu! Ia berlari kecil menghampiri Hoseok dengan mobil hitamnya berada lima belas meter dari jaraknya saat ini. Jemarinya mengetuk pintu kaca kemudi dua kali, Hoseok segera membuka central door lock-nya.
" Masuk, kak! " ujar Hoseok setelah menurunkan kaca mobilnya. Pintu mobil ditutup cukup keras saat pemuda manis itu berhasil duduk di sebelah Hoseok.
" Kau membuatku olahraga malam, Seok! " Hoseok terkekeh karena sudah menebak sebelumnya bahwa ia akan diomeli karena parkir terlalu jauh.
Laju sedang mobil Hoseok terhenti di B One Lounge Club; suatu kelab yang berada di Itaewon-ro, Yongsan-gu, Seoul. Langkah keduanya menuju arah pintu masuk, namun langkah Hoseok terhenti. Langkah yang sempat mendahului ikut berhenti.
" Kau yakin ikut aku kesini, kak? "
Lawan bicaranya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan yang Hoseok lontarkan.
Hingar bingar kelab terasa menusuk di telinga pemuda yang duduk memainkan gelasnya di meja bartender. Bibir penuhnya kadang mengerucut sebal karena Hoseok malah bersenang-senang dengan wanita yang tak henti memujanya. Kini, berakhir ia sendirian. Kepalanya menoleh ke arah Disc Jockey yang terlihat asik memainkan irama, terkadang matanya menangkap lampu warna-warni yang menghiasi kelab hingga matanya sakit karena terlalu menyorot.
" Sendirian? " suara berat namun terdengar sexy memancing perhatiannya, sebelah matanya memincing menyadari eksistensi pemuda yang terlihat dewasa.
" Boleh ku temani? " suara itu menyapa telinganya lagi.
Jujur ia malas meladeni orang yang asing baginya.
Dua jam sudah mereka menghabiskan waktu, hanya obrolan ringan tak ada acara sentuh-sentuhan seperti yang kalian harapkan. Tidak ada salahnya juga membuka diri sedikit, lagi pula orang yang menghampirinya tadi cukup menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTOIRE [TAEJIN]
FanfictionYang bisa menyembuhkan lukamu adalah dirimu sendiri.