A Taejin Fanfiction
By illeeegirl__
Bagi saya, berdosa bukanlah inti rasa tragis. Intinya adalah kesadaran tentang 'tepi'. Tepi bukanlah batas. Tepi mengandung sesuatu yang sepi, juga menunjukkan keadaan yang genting sebab siapapun akan sendirian ketika pelbagai sisi yang dihadapi, ketika seseorang tak berada di satu pusat yang mantap. Bukan saja karena terang dan gelap ada dimana-mana, tapi juga karena kedua-duanya mengandung bahaya.Goenawan Mohamad
⁞⁞⁞⁞⁞
" Taehyung?-
Seokjin menepuk pelan bahu pemuda yang duduk membelakanginya.
Maaf aku butuh waktu sedikit lama. "
Seokjin memasang senyum terbaiknya, upaya agar dalam hati lebih baik. Tadi pagi ia cukup dibuat kesal oleh adiknya, siapa lagi kalau bukan Jungkook?
Ayo kilas balik sebentar kejadian tadi pagi.
Saat sudah rapi dengan kemeja hitam motif juga padu padan celana denim, Seokjin tinggal melenggang pergi keluar rumah. Tapi mengingat ia belum sarapan mungkin mampir ke meja makan sebentar tidak ada salahnya. Dari kejauhan saat menuruni anak tangga kepalanya menoleh kesana-kemari, sepi. Seokjin menarik kursi yang terletak di ujung lalu duduk dengan nyaman, meraih roti tawar juga selai stroberi yang berada di sebelah selai nanas. Mengoleskan selai ke seluruh permukan roti dan menumpuk dengan roti tawar yang satunya, gigitan demi gigitan mengawali pagi Seokjin.
" Kau tak membangunkanku untuk sarapan? " Jungkook datang bersama segelas susu putih di tangan kanan, rambut dan wajah yang basah. Masih dengan piyama, Jungkook benar-benar bangun tidur. Tapi tetap terlihat tampan.
" Tahu diri sedikit, aku bukan babumu. " Seokjin tetap melahap roti selainya tanpa mengalihkan perhatian pada Jungkook yang kini berdiri di sebelahnya sambil meminum susu yang tadi diambilnya dari dapur.
" Sudah rapi saja. Mau kemana? " Akhirnya Seokjin melirik ke arah adik tirinya. " Kalaupun aku akan kencan itu bukan urusanmu. "
Jungkook semakin mengeratkan pegangan pada gelas di tangannya. Sedikit kecemburuan masih bersarang di lubuk hati Jungkook, mengingat dulu orang di hadapannya ini adalah kekasihnya. Telapak tangan kiri Jungkook menapak di meja makan dengan badan agak condong ke arah Seokjin yang hampir selesai dengan sarapannya. Tatapan tajam Jungkook ke arah Seokjin tidak ada artinya sekarang, punya hak apa kau, Jung?
Dengan senyum miring, Jungkook sengaja menyiram atasan yang Seokjin pakai. Lengket. Kepalan tangan Seokjin hampir menggebrak meja di depannya, kursi terdorong ke belakang lalu berdiri dan mengibaskan kemejanya setelah tersiram segelas susu yang Jungkook bawa.
" Benar. Aku tak perduli, lagi pula mana ada yang mau denganmu. " Jungkook meninggalkan Seokjin dengan langkah santai.
" Jeon Sialan Jungkook! Memang dulu siapa yang mengemis cintaku, huh?! "
Seokjin menghela napas atas ulah Jungkook. Ayo kembali ke pasangan belum resmi yang akan menghabiskan waktu bersama hari ini.
Taehyung menunggu Seokjin di Terarosa seperti biasa, hampir setengah jam akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Taehyung lega sebelumnya ia berpikir bahwa janji Seokjin tak ditepati. Namun pemuda manis yang kini duduk berhadapan dengannya mulai meminta maaf dan menceritakan apa yang menimpanya pagi tadi. Suaranya terdengar lucu dan renyah di telinga Taehyung. Kedua ujung bibirnya sesekali refleks tertarik hingga membentuk lengkungan ke atas.
" Tidak masalah, Jin. " Taehyung tersenyum tipis menanggapi alasan Seokjin.
" Aku harus mengganti bajuku yang terkena siraman segelas susu. Iblis sialan! " gumaman Seokjin masih terdengar jelas oleh Taehyung, mau tak mau Taehyung tertawa pelan karena keluhannya.