Chapter 2: Deuxième

1.7K 171 26
                                    

A Taejin Fanfiction
By illeeegirl___

Jika saya punya waktu 9 jam untuk menebang sebuah pohon, akan saya alokasikan 6 jam pertama untuk menajamkan kampak.

Abraham Lincoln

⁞⁞⁞⁞⁞

Hoseok masuk bersama kotak pizza merek kesukaan Seokjin kemudian mengusik pemuda manis yang sibuk dengan alat musik kesukaannya. Jemarinya berhenti menekan tuts piano, menatap tajam Hoseok sekali.

" Menyebalkan. "

Ke-sepuluh jarinya kembali menjelajah tuts, semakin menekan hingga menghasilkan bunyi keras. Di kursi berwarna merah tua, Hoseok memandang Seokjin lama.

" Memangnya dia siapa? "

Matanya terpejam seiring irama yang naik alunannya. Hoseok menyesap teh di atas meja. Tunggu! Itu milik Seokjin. Mengecap rasa manis lalu membuka kotak pizza di sofa panjang sebelahnya. Satu gigitan Hoseok bersama Seokjin yang masih menghentakkan kedua kakinya karena kesal.

" Ingin aku usir sumpah! "

Beberapa lembar berisi not balok mengalihkan atensi Hoseok, ia menyambar kertas tersebut. Ia sadar, ini adalah lagu yang belum selesai. Pemuda itu melirik bagian atas kertas sedikit usang dan kusut.

Tonight
by Kim Seokjin

Ah! Sebentar. Bagian kanan bawah kertas ini lebih membuat Hoseok cekikikan. Ia ingin tertawa keras namun mengingat malang nasib sahabat karibnya itu, Hoseok mengurungkan niatnya.

Untuk Jeon Jungkook
Love.

Astaga. Tawa Hoseok rasanya ingin lepas sekarang juga jika tidak mengingat Seokjin yang sudah berhenti memainkan lagu dan sedang menatapnya tajam. Lagi.

Seokjin mendekat ke arah sofa panjang berwarna senada dengan kursi yang Hoseok duduki. Menengadahkan kepala lalu memejamkan mata.

" Kak? "

Mata Seokjin terbuka tangan kanannya mengambil satu potong pizza kemudian memasukkan ke dalam mulutnya. Satu gigitan, ia kunyah hingga habis lalu menelannya. Matanya menangkap cangkir teh kosong di atas meja, posisinya pun sudah berubah. Padahal tadi masih penuh dalam benak Seokjin.

" Kau meminum tehku? " selidik Seokjin tak meleset. Tawa kecil Hoseok menjadi jawaban atas pertanyaannya.

Seokjin mengambil tas yang berada di meja dekat dinding ruangan. Satu botol air mineral sudah digenggam. Ia meneguk air tersebut sambil berdiri, lalu memasukkannya lagi ke dalam tas. Hal itu menuai protes Hoseok yang juga kehausan.

" Aku juga haus, kak. " dengan nada memelas Hoseok mengulurkan kedua telapak tangannya pada Seokjin.

Seokjin tidak perduli rengekan Hoseok meminta air minum, lagi pula salah siapa meminum minuman orang tanpa ijin? Seokjin membereskan kertas-kertas yang berada di atas meja dan di atas body pianonya, bersama pensil dan kacamata ia memasukkannya kembali ke dalam tas. Mereka keluar dari tempat kursus piano, Seokjin yang mengunci pintunya. Yang lebih muda hanya diam karena ia tak mau tersedak jika banyak bicara, diam-diam Seokjin menahan tawa.

Tangannya menarik resleting tas lalu merogoh mengambil botol air mineral yang ia minum tadi. Mengulurkannya pada Hoseok yang diam memandang jalan di depannya.

" Aku tak mau kau mati mendahuluiku. " tawa Seokjin keras melihat ekspresi Hoseok yang bingung. Setelahnya Hoseok langsung menyambar botol tersebut dan meneguknya. Ah, lega sekali.

HISTOIRE [TAEJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang