Chapter 5

2.3K 186 14
                                    

Hari ini Sang Mentari memulai tugasnya sebagai penerang dunia. Cahayanya perlahan-lahan menyinari bumi. Burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan. Seolah, menyambut datangnya pagi yang cerah. Taufan, terbangun dari tidurnya. Ia kaget melihat dirinya tertidur di sofa. 'Aku pasti ketiduran semalam, saat menunggu Kak Hali.' , batinnya.

Ia juga kaget ada selimut berwarna merah-hitam yang sedang menyelimuti dirinya. Ia yakin selimut corak ini pasti selimut Kak Hali. Ia heran, bukannya kemarin ia tidur dengan tidak menggunakan selimut? Lantas, siapa yang menyelimutinya? Taufan, tersenyum bak mentari. Ia yakin yang menyelimuti dirinya pasti Sang kakak sulung, Halilintar. Buktinya, mengapa ada selimutnya?

Taufan menyibakkan selimut Halilintar kemudian melipatnya dengan rapi. Aroma parfum Halilintar masih tercium tajam. Aroma mint yang khas tercium di indera penciumannya. Taufan beranjak turun dari sofa sembari membawa selimut sang kakak. Ia berniat mengembalikannya.

Taufan naik ke lantai 2 dan menuju kamar Halilintar. Kamar Halilintar berada tepat di samping kamarnya. Perlahan, Taufan membuka pintu kamar Halilintar. Taufan melihat kamar Halilintar yang begitu rapi. Tembok berwarna merah-hitam menghiasi dinding kamarnya. Di meja belajar, terdapat foto keluarga BoBoiBoy bersaudara. Taufan ingat betul foto itu di ambil ketika mereka masih berumur 8 tahun. Di sana terlihat Halilintar yang sedang tersenyum tenang, Taufan yang sedang memamerkan deretan gigi ompongnya, Dan Gempa yang tersenyum ramah, Kedua orang tua mereka memeluk mereka dengan hangatnya.

Jujur saja, Taufan rindu, begitu rindu dengan masa lalu mereka. Masa lalu yang penuh kehangatan dan canda tawa. Masa lalu yang penuh pertengkaran kecil yang setiap paginya di buat oleh Halilintar dan Taufan. Taufan tersenyum tipis. Ia melihat sisi lain dari meja belajar tersebut. Terdapat sebuah obat. Taufan dengan herannya mengambil obat tersebut. Ia membaca lekat-lekat label obat tersebut. Ia membaca nama Halilintar terpapang jelas dan dosis obatnya.

Saat akan membaca obat penyakit apa yang ada di bawah, tiba-tiba obat tersebut di rebut oleh pemuda ber-iris mata merah ruby.

"Untuk apa kau ada di kamarku?" tanyanya dengan dinginnya.
"A-aku ingin mengembalikan selimutmu." jawab Taufan. Ia menunjuk selimut Halilintar yang sudah ia lipat dengan rapinya.
"Dan kenapa kau menyentuh barangku?" tanyanya sorot matanya menatap tajam Taufan.
"A-aku hanya penasaran saja." kata Taufan sembari tersenyum tipis.
"A-aku ingin bertanya. Obat apa itu?" tanya Taufan sembari menunjuk obat yang di pegang Halilintar.
"Cih, itu bukan urusanmu."
"Tapi, itu juga urusanku. Nanti kau sakit bagaimana? Tunggu, apa kau memang sedang sakit?" tanya Taufan.
"Sudah, kubilang itu bukan urusanmu!" seru Halilintar.
"Ayolah, Kak, beritahu saja apa sih susahnya?" tanya Taufan watados.
"Cih, kau itu memang saudara yang paling menyebalkan." kata Halilintar. Suaranya semakin terdengar dingin.

Taufan terdiam, ia meletakkan selimut Halilintar di kasurnya. Ia tak pernah menyangka kalau Halilintar bisa berbicara sebegitu padanya. Padahal, Taufan sangat mengkhawatirkannya. Apa itu salahnya jika ia bertanya dan mengkhawatirkan nya?

Taufan berusaha tersenyum. Meskipun, hatinya terluka. Ia tersenyum ke arah kakaknya. Halilintar hanya memandangnya dengan tatapan dingin menusuk khasnya.

"Cih, jangan menipuku dengan senyuman palsumu itu."

Taufan menghilangkan senyumannya. Taufan merasa kalau kakak sulungnya itu tahu bahwa Taufan sedang berpura-pura. Taufan memandang sayu sang kakak. Di mata Taufan, Halilintar itu seperti singa,harimau atau bahkan beruang. Tidak ada sama sekali kasih sayang untuknya dan Gempa.

"Keluar dari kamarku sekarang!"
"Ti-tidak. Sebelum aku tahu kau sakit apa." Taufan bersih keras.
"Keluar sekarang!"
"Tidak!" kata Taufan tegas.
"Cih, satu kali lagi. Keluar atau..." kata-kata Halilintar menggantung.
"Atau apa?"
"Hhh..." Halilintar berusaha sabar dengan adik pertamanya. Tangannya mulai mengepal.

For You Brother~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang