👑 03. Pangeranku 👑

1.5K 159 1
                                    

(Namakamu) membaringkan tubuhnya di atas kasur bergambar bulan dan bintang yang berkilauan. Latihan drama tadi sangatlah melelahkan.

(Namakamu) bangun dari kasur miliknya dan melangkahkan kakinya ke arah Balkon. Senja yang indah pun menyapanya, angin sepoi-sepoi menusuk tubuhnya, ini lah yang selalu (Namakamu) sukai. Suasana tenang, sejuk, dan damai.

Tok, tok, tok!

Mendengar ketukan pintu itu (Namakamu) segera membukanya. Lalu, berdirilah seorang wanita tua yang merupakan Nenek dari (Namakamu). Nenek yang selalu menjaga dan menyayangi (Namakamu) di waktu orang tua (Namakamu) harus bolak-balik kerja keluar kota. 

(Namakamu) tersenyum ramah, "ada apa Nek?"

"Ini tadi ada yang ngasih surat, buat kamu katanya."

(Namakamu) mengeryitkan alisnya, "surat?"

"Iya, dari cowok. Tapi tadi Nenek nggak sempet liat mukanya, karena di tutupin pake masker."

"Emm, makasih ya Nek."

"Itu kayaknya surat cinta, Nenek dulu pas zaman muda sering dapet kayak gitu."

"Apaan si Nek."

Nenek pun tertawa, "yaudah, nanti kalo udah selesai jangan lupa makan dulu."

"Iya Nek."

(Namakamu) menutup kembali pintu kamarnya, lalu menatap bingung surat yang ada ditangannya.

Perlahan (Namakamu) membuka surat tersebut.

——————————————————
1. Surat pertama

capek ya? Semangat terus!                    
Makan, minum, tidur, jangan lupa. Aku nggak mau kamu sakit...

Salam,
Miss you.
——————————————————

"Maksudnya apa sih? Siapa juga yang ngirim ini coba."

👑

Iqbaal menatap nanar gerbang Sekolah yang sudah ditutup rapat. Ia memarkirkan mobilnya di parkiran luar sekolah. Lalu Iqbaal duduk di bawah pohon mangga, menunggu guru yang datang untuk menjemput siswa-siswi yang terlambat.

Sesekali ia memejamkan matanya. Sial, pusing menyerangnya.

"Iqbaal!"

Segera Iqbaal membuka kedua matanya, menatap seorang pria paruh baya dengan kumis tebal dan tatapan elangnya. Pak Roni namanya.

"Sudah berapa kali kamu telat?" tanya Pak Roni sambil membuka gembok gerbang yang berwarna hitam itu.

"Tiga kali."

"Hormat bendera!"

Iqbaal memejamkan matanya, "ayo Baal, lo nggak boleh lemah. Biar disayang jodoh."

"Ngomong sama siapa kamu?"

"Enggak Pak."

"Cepat! Hormat bendera sampai istirahat!"

Dengan langkah malas Iqbaal menjalankan hukuman tersebut. Mungkin cuaca sedang baik padanya, buktinya hari ini tidak begitu panas.

Pangeranku (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang