2?

7 3 0
                                    


"Rapat hari ini selesai, kalian bisa kembali ke pekerjaannya masing-masing. Terimakasih." tutup Johnny.

Semua karyawan yang ada diruangan segera bergegas keluar. Johnny masih diam diruang rapat, dia berdiri di dekat jendela, pandangannya lurus menatap gedung gedung disebrang.

Ia masih memikirkan ucapan mamanya yang rindu pada Minhyuk. Secara tidak langsung Johnny sudah berjanji akan membawa bocah itu pada mamanya, ia tidak mau membuat orangtuanya kecewa dengan janjinya.

"ARRGHH" Johnny memukul meja yang berada diruangan rapat, dan melempar kertas kertas yang ada di meja dengan asal. Emosinya tidak tertahan, ucapan dari mamanya mengiang ngiang di kepala, hingga menganggu konsentrasinya.

Ia sebenarnya sangat rindu dan sangat ingin bertemu dengan Minhyuk.

Malam ini untuk menghilangkan stressnya, Johnny mampir ke kedai untuk menenggak beberapa gelas minuman yang bisa memabukkan.

Sudah 7 botol Johnny menenggaknya, ia mulai tertawa dan mengobrol sendiri seakan akan ada seseorang didepannya yang diajak berbicara dan bergurau.

Baru saja Johnny akan menenggak botol ke 8, tapi langsung dihentikan oleh seorang wanita. Botol itu diraih wanita itu dan disimpan kembali ke meja. Samar samar Johnny melihat paras wanita itu, tidak lama matanya menggelap mungkin sekarang ia akan meninggalkan semuanya yang ada di dunia ini. Tapi samar samar juga ia mendengar suara wanita yang berusaha membangunkannya.

-//-

TRING

suara lonceng kedai berbunyi yang menandakan ada seseorang yang datang, entah pegawainya atau pengunjungnya.

Kali ini, seorang pelayan wanita yang baru memulai bekerja dari 2 minggu lalu, wanita itu baru saja datang dengan wajah berserinya.

"Maaf jika saya terlambat" ucapnya ke salah satu pegawai yang berada di meja kasir dengan senyum cantiknya

"Huhh cepat ganti baju mu dan gantikan aku, jadwalku seharusnya sudah habis tau!"

"Maaf, tadi ada kesalahan kecil di perjalanan kesini" jawab Hara pada Jinri.

Hara bersahabatan dengan Jinri atau Kim Jinri. Mereka memulai persahabatan sejak pertama masuk kuliah. Tapi Jinri sudah hampir 2tahun bekerja di kedai ini.

Hara menguncir rambutnya, dan duduk di hadapan meja kasir untuk menunggu pelanggan yang akan membayar. Matanya melihat lihat para pelanggan yang menikmati menu disini, tapi sekarang matanya terfokus oleh pria yang duduk di meja tengah.

Ia fokus memperhatikannya, mulai dari ia berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Hara mulai melihat botol botol yang ada dihadapannya, ada 7 botol yang dihadapannya, dan berarti sekarang ia akan menenggak botol yang ke 8.

Hara cepat cepat menghampiri seorang pria itu dan merebut botol yang akan ia minum lagi. Mata pria itu perlahan akan mulai terpejam sebelum akhirnya benar benar terpejam.

Hara berusaha membangunkannya, ia tidak tahu siapa nama orang ini, ia hanya membangunkannya dengan memanggilnya 'Pak'. Hara tau kalo pria ini belum cocok dipanggil 'Pak' karena parasnya yang masih terlihat cukup muda.

Hara izin pada atasannya dan cepat cepat mengambil tas yang berada diloker pegawai. Ia membopong pria ini ke tempat parkir untuk mencari mobil pria ini.

Setelah menemukannya, dengan cepat Hara membopong pria ini menuju mobilnya.

"Sadarlah pak, tubuhmu sangat berat." Hara membantu pria ini masuk ke mobilnya dan mendudukannya di kursi penumpang tidak lupa memasangkan seatbeltnya.

Hara sudah siap duduk di kursi pengemudi, tetapi ia baru saja ingat sesuatu. "Sialan! Kenapa aku sangat bodoh?! Kenapa aku berniat mengantarnya pulang sedangkan aku tidak tahu dimana alamatnya"

Hara menoleh pada pria disebelahnya "Permisi pak maaf menganggu ketidak sadarannya. Saya hanya bertanya dimana alamat rumah bapak?" Bodoh. Hara bodoh, ia masih menunggu jawaban pria yang sedang tidak sadar di sampingnya.

"Jalan SM, nomor 217" Hara terkejut, akhirnya tidak sia sia ia menunggu jawaban pria ini. Akhirnya Hara bisa mengantarnya ke rumahnya sebelum pria ini akan mati di kedai

TINGTONG.
"Permisi apakah ada orang?."
Baru saja Hara akan memencet bel lagi, tapi sudah ada seseorang yang membukakan pintunya.

"Ya Ampun Johnny!." Pekik wanita paruh baya dihadapan Hara, yang Hara bisa tebak ia adalah ibu dari pria ini.

"Maaf sebelumnya bu, saya yang mengantar bapak ini mengendarai mobilnya, maaf jika saya sangat lancang."

"Saya sangat terima kasih karena telah membawa anak saya pulang, nama anda siapa?"

"Nama saya Hara bu, kalau begitu saya akan pamit untuk bekerja lagi"

"Memangnya anda bekerja dimana, ini hampir larut malam"

"Saya bekerja sebagai pelayan, di Kedai tempat anak ibu mabuk tadi."

"Oh begitu, kamu naik apa kembali ke sana?"

"Ahh itu, saya bisa naik bus"

"Tidak tidak, saya akan menyuruh sopir untuk mengantar. Tunggu disini sebentar jangan menolak ya, karena ini sudah larut malam bahaya jika anda sendiri"

Hara hanya bisa menuruti ibunya pak Johnny ini, Ibunya sangatlah ramah pada orangbaru. Hara bisa menilai jika keluarganya pak Johnny ini sangatlah baik.

"Terimakasih pak, maaf merepotkan malam malam, sekali lagi terimakasih ya pa. Tolong sampaikan juga terimakasih saya pada ibunya pak Johnny" ucap Hara pada supir yang mengantarnya

"Iya sama sama, kalau begitu saya pamit"

Johnny membuka matanya karena cahaya yang memasuki kamarnya dari jendela.
Ia membuka selimut yang menutupi badannya. Ia terkejut karena sudah berganti baju dengan atasan baju tidur, tapi tidak dengan celananya.
Ia berusaha mengingat ngingat apa yang terjadi tadi malam.

Ia mabuk berat di kedai dan ia diantar dengan seorang wanita.

"APA DIA YANG MENGGANTINYA?!"

Pintu kamar Johnny terbuka, Mamanya masuk dengan membawa sarapan untuk anaknya.

"Kamu harus berterimakasih dengan Hara, coba kalau kamu tidak diantar pulang, mungkin kamu akan tergeletak disana atau di jalanan"

"Hara? siapa?"

"Perempuan yang mengantar mu pulang. Dia sangat ramah dari cara berbicaranya sudah terlihat kalau dia orang yang baik"

"Ma, a-apa dia meng-ganti baju ku?" Tanya Johnny gugup, karena malu.

Mamanya tersenyum jahil mendengar ucapan anaknya yang sedang menahan malu.

"Kalau iya kenapa?" Jawab mamanya dan bikin  mata Johnny membulat. Mungkin ini hal yang paling memalukan bagi Johnny.

"Ah sudahlah, mama ingin kamu menemuinya. Sekarang kamu tidak usah bekerja, Papa sudah menelfon Jisung"














Maaf banget chapter ini panjang, soalnya ngetiknya kebablasan. Kalau di potong ntar jadi lupa mau ngetik apaan)):
Pokoknya jangan lupa vote & comment ya.
Makasih banyak yang udah ngevote❤

MARITO "Johnny SeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang