TIGA

11.6K 271 3
                                    

"Wait, what?"

"No way!"

"You are not serious right?"

Arisa, Navisha kemudian Micha yang terakhir memberi komentar setelah Allie mengumumkan kalau dia adalah adik dari seorang Altan.

"No, I'm serious. Altan Dewangga itu kakak sulung aku. Dia dosen disini, tapi karena ada urusan bisnis dia harus ke Kanada dari baru pulang minggu lalu dan akan mulai mengajar lagi hari ini." Allie berusaha membuktikan kalau dia tidak bercanda soal Altan Dewangga yang adalah kakaknya.

"Tapi..." ucapan Arisa terputus karena tiba-tiba saja dia ingat kalau diantara mereka bertiga rumah Allie-lah yang belum pernah mereka kunjungi.

Maklum saja Allie itu termasuk baru dalam pertemanan mereka karena sebenarnya teman Arisa itu baru pindah ke kampus mereka di tahun kedua. Allie pindahan dari Kanada, menurut ceritanya sih dia pindah ke Indonesia karena dia tidak betah di negeri maple tersebut. Dan dari yang dia tau itu Allie tinggal bersama opa oma-nya di Indonesia karena kedua orangtuanya memilih menetap di Kanada. Ya walau keduanya sering pulang ke Indonesia, pernah tiga kali dia bertemu orang tua Allie. Dua kali saat ulang tahun Allie yang dirayakan di  hotel dan restoran dan satu kali saat mereka berpapasan di mall.

Seingat Arisa dari semua pertemuan itu, Altana tidak pernah ada disana. Hanya kakak kembar laki-laki Allie saja yang pernah mereka lihat. Arisa sudah akan bertanya tentang hal itu, tapi suara seseorang menginterupsinya.

"Ah... memang susah kalau punya jiwa murahan. Jadi sekali disodorkan akan langsung mau saja." Hanaya, salah satu mahasiswa yang sama mengambil kelas acara perdata dengan Arisan, Navisha, Allie dan Micha berbicara.

Terlihat seperti pada teman-temannya dia memang mengatakan itu, tapi keempatnya tau kalau itu jelas ditujukan pada Arisa. Ayolah posisi duduk mereka itu tidak jauh jaraknya jadi Arisa tau kalau apa yang dikatakan Hanaya tadi tidak berhubungan dengan pembicaraan barusan. Memang dasar Hanaya-nya saja yang Arisa yakini menguping, makanya perkataannya malah menyambung keomongan Arisa dan teman-temannya.

Sudah menjadi rahasia umum di kampus mereka kalau Hanaya sangat membenci Arisa dan Arisa tidak tau apa penyebabnya. Ada yang bilang ini masalah kepintaran, tapi rasanya tidak mungkin karena diantara mereka berempat Allie-lah yang paling pintar. Kalau berdasarkan IPK diantara mereka Allie ada diurutan nomor 1, lalu Navisha di nomor 2 dan untuk urutan 3 ada Arisa dan Micha karena secara ajaib mereka memiliki IPK yang sama. Kalau soal kepintaran Hanaya, Arisa akui gadis itu pintar walau tidak sepintar Allie.

Memutar bola matanya malas, Arisa jelas berniat membalas Hanaya. "Oh Tuhan tolong sadarkanlah orang yang tidak sadar disini daripada sibuk mengatai orang murahan dia lebih baik belajar memakai makeup yang benar." Sinis Arisa yang memang sepertinya mulai muak dengan Hanaya yang belakangan ini mulai sukai memprovokasinya terang-terangan.

"Lebih baik tidak pintar memakai makeup daripada murahan karena nggak laku-laku."

See, Arisa benarkan Hanaya memang menyindirnya.

Malas bertingkah pengecut dengan saling berbalas sindiran ketika posisi duduk mereka saling membelakangi, Arisa akhirnya berdiri dan mendatangi meja Hanaya dan keempat temannya. Micha, Navisha dan Allie tidak ikutan, mereka memilih menjadi penonton. Bukan karena mereka tidak setia kawan, tapi karena ini urusan Arisa. Beda ceritanya kalau teman Hanaya ikut-ikutan, ketiganya pasti ikut campur tangan. Meski mereka kalah jumlah, mereka yakin bisa mengalahkan Hanaya dan teman-temannya karena sebenarnya mereka empat itu lebih ganas dan sadis kalau ada yang mengganggu.

Kalian lihatkan Arisa yang duluan mendatangi lawannya.

"Excuse me, sebenarnya apa masalahmu denganku. Seingatku kita bahkan tidak pernah bersinggungan, lalu kenapa kamu sepertinya begitu membenciku dan selalu mencari masalah denganku?" Tanya Arissa menantang.

Mengabaikan keberadaan Arisa, Hanaya malah memasang wajah songong yang begitu menyebalkan. Jelas Arisa gondok setengah mati melihat tingkah kampungan Hanaya itu, apalagi kini teman-teman Hanaya ikut memanasi keadaan dengan ikut tertawa mengejek.

"Ah bodohnya aku berbicara dengan orang tidak tau malu. Seharusnya aku membiarkan saja orang tebal muka ini mengatakan apa yang dia mau karena alisnya yang seperti sprema saja dia tidak malu." Kata Arisa sadis yang membuat ketiga temannya tertawa sedangkan Hanaya menatapnya dengan tatapan yang sangat marah.

Arisa tidak bohong ketika bilang alis Hanaya seperti sperma karena nyatanya bentuk alis wanita dihadapannya itu seperti sperma. Bayangkan saja alis yang depannya gemuk bahkan hampir membentuk lingkaran didepannya dengan ujung tipis dan sedikit naik dibelakangnya. Seperti itulah bentuk alis Hanaya, tidak salahkan dia bilang itu alis sperma?

"APA KAMU BILANG?" Akhirnya emosi dan ego Hanaya terusik dan itu jelas membuat Arisa senang.

Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang jelas tertuju pada mereka.

Melipat tangannya sembari memasang wajah menyebalkannya, Arisa mengulang kalimat yang dia tau akan mengusik Hanaya.

"A L I S M U S E P E R T I S P E R M A." Eja Arisa.

Dan saat itulah Hanaya mengamuk, dia langsung menarik rambut panjang Arisa. Tidak mau kalau Arisa balas menjambak dan mencakar Hanaya. Entah karena rasa pertemanan yang cukup tinggi atau karena memang terbawa suasana, teman-teman Hanaya hendak ikut-ikutan melawan karena dilihat dari segimanapun Arisa menang dalam perkelahian ini. Namun gerakan mereka terhenti saat melihat Allie, Micha dan Navisha yang siap ikut menyerang kalau mereka ikut turun.

Sampai gebrakan meja terdengar.

PRAKKK

"Kalian pikir kalian dimana saat ini!"

Suara tegas dan berat itu langsung menghentikan Arisa dan Hanaya.

"Pak Altana," kata Arisa pelan. Terkejut karena keberadaan pria itu disana, apalagi sekarang dia tengah bertingkah memalukan.

"Kalian berdua ikut saya ke ruangan saya sekarang." Kata pria yang dipanggil 'pak Altana' itu tanpa peduli dengan tatapan mahasiswanya disana.

An: Sesuai request Calestine, judulnya aku ganti.

I Want You Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang