EMPAT BELAS

5.9K 193 6
                                    

Bibir Arisa mengkerucut sebal mendengar sindiran yang diberikan Allie padanya. Teman sekaligus calon adik iparnya ini memang paling pintar urusan sindir menyindir, membuat orang yang menjadi sasaran sindirannya hanya bisa diam tidak berkutik. Seperti yang terjadi pada Arisa sekarang, dia hanya bisa diam menerima kata-kata pedas yang dilemparkan Allie.

"Tapikan aku hanya ingin mempercayai pak Altana." Balas Arisa akhirnya karena tidak tahan dengan tatapan mencibir dari Navisha dan Micha. "Bukankah lucu kalau aku menunjukkan keposesifan aku saat hubungan kami bahkan belum jelas." Kembali Arisa membela dirinya dengan percaya diri karena dia merasa benar.

"Ya memang belum jelas, tapi bukannya kamu harus waspada ya?" Balas Navisha.

"Justru karena hubungan kalian belum jelas, makanya kamu harus waspada. Bukankah ini ibaratnya kamu dan mbak Sashi berlomba sekarang dan mbak Sashi punya start yang lebih dekat dengan garis finish?" Allie membuat perumpamaan yang lagi-lagi lagi-lagi tidak bisa dibalas Arisa karena lagi-lagi temannya yang bercita-cita jadi pengacara itu mengskakmatnya.

Lalu untuk kedua kalinya pula Arisa hanya bisa diam sambil mengkerucutkan bibirnya. Sebenarnya Arisa tau kalau dia salah kemarin karena sudah lengah dan tidak peka, padahal jelas sekali dia melihat ada yang berbeda dari cara Sashi melihat Altana kemarin. Hanya saja dia ingin mempercayai pria itu karena yang dia inginkan adalah sebuah hubungan yang dilandasi rasa percaya. Lagipula dia tidak mau Altana merasa dia menyebalkan kalau dia banyak mengatur dan menuntut.

Sampai Arisa mendengar desahan napas dari Allie. Tatapan dan perhatian yang tadi dia alihkan dari ketiga temannya dikembalikannya, terutama pada Allie yang dia tau akan berbicara dengan serius padanya kali ini.

"Sa, kamu tau diantara mbak Sashi dan kamu aku pasti mendukung kamukan?" Tanya Allie yang dijawab Arisa dengan anggukan pelan. "Ini bukan karena kamu adalah teman aku atau mbak Sashi itu jahat, tapi karena aku tidak mau kak Altana terluka lagi. Aku mau kak Altana bahagia dan menurutku kebahagiaan kak Altana bukan pada mbak Sashi, tapi pada orang lain. Dan aku berharap orang lain itu adalah kamu." Jelas Allie lalu menghembuskan napasnya lagi.

Menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi, Allie membuat suasana lebih santai dari sebelumnya. "Serious Sa, kalau kamu memang menginginkan kak Altana kamu nggak boleh lengah karena lawan kamu adalah mbak Sashi." Ternyata Allie masih melanjutkan nasehatnya, "Kalau mbak Sashi adalah wanita yang jahat seperti kebanyakan pihak ketiga di novel-novel atau drama, mudah buatmu mengalahkannya. Tapi mbak Sashi itu orangnya baik dan dewasa Sa, aku takut kalau kamu kalah."

Kembali semua orang di meja mereka terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masih walau objek pikiran mereka sebenarnya sama. Tepat ketika Arisa masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja dia mendengar Micha berceletuk. "Loh, itu bukannya pak Altana ya!"

Mata Arisa langsung menoleh kearah dimana temannya itu menunjuk. Senyum senang yang awalnya muncul saat mendengar keberadaan Altana, sedikit memudar ketika melihat siapa yang berada di sebelah Altana. Tapi segera digelengkannya kepalanya karena dia tidak mau pikiran-pikiran negatif memasuki kepalanya. Mungkin apa yang dikatakan temannya itu semua benar kalau dia tidak peka dan seharusnya waspada dengan keberadaan Sashi, walau begitu dia tidak boleh jadi orang yang picikkan?

Lagipula dia dalam tahap berusaha saat ini, jadi daripada sibuk membatasi Altana lebih baik dia memikirkan banyak cara untuk memiliki hati pria itu sepenuhnya.

I Want You Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang