Chapter 03

321 46 14
                                        

Pagi ini harusnya jadi pagi yang biasaㅡatau malah sangat biasaㅡjika saja roda belakang sepeda Namjoon tidak ditendang oleh oknum yang tidak tahu diri. Gara-gara itu tubuhnya limbung duluan, lalu jatuh ke tepi jalan dengan kepala terbentur pohon di sana. Namjoon ingin sekali mengumpat, f*ck bitch, sialan, keparat, manusia gila! Sementara si pelaku pura-pura memasang mimik terkejut dengan mulutnya yang terbuka.

Namjoon langsung bangkit dalam sekali gerak. Memunguti barang bawaan yang jatuh dari tas karenaㅡshit, aku lupa me-resleting tas. Tangannya meraba sisi kepalanya yang terasa begitu perih, berharap semoga tidak ada cucuran merah di sana.

“Itu kau, Namjoon?” Kim Taehyung, si tampan yangㅡsangat disayangkanㅡperilakunya tak sepadan dengan raut rupawannya. Bibir kotaknya dibuat-buat jadi bulat sembari melontarkan pertanyaan retorik, “Kau baik-baik saja ‘kan?”

Baik pantatmu! Akan kubuat persegi panjang sepanjang dua meter bibirmu itu!

Mulut Namjoon dikunci rapat-rapat. Sebab percuma saja dia tanggapi, pada akhirnya hanya akan ada seringai jahat tanpa niat untuk membantu. Namjoon mendirikan lagi sepeda yang bel-nya copot dan raib entah kemana perginya menggelinding. Kemudian berjalan menuntun sepedanya memasuki gerbang sekolah yang hampir tertutup karena dia sudah lambat. Sambil dalam hati tertawa melihat si alien yang tidak terburu masuk sebab keasikan meledek Namjoon.

*

Angin sepuluh pagi adalah hal terbaik dari apapun. Di mana waktu itu Namjoon beralibi bahwa daya tahan tubuhnya sedang terganggu sehingga kepalanya berdenyut nyeri dan butuh untuk memejam mataㅡhanya alibi. Padahal kakinya berpacu dengan tangga demi sampai ke rooftop yang tidak terjamah siapapun kecuali petugas kebersihan sekolah.

Pak Kim, hafal mati kebiasaan murid nakal yang satu ini. Saat semua mata mengantuk akibat dijejali banyak alfabet dan angka, Namjoon seringkali habiskan waktu di situ. Lantas sebatang sigaret menyembul dari saku celana, bersiap untuk diisap candunya. Gumulan asap mulai mengangkasa membawa jauh-jauh kepenatannya perihal hidup. Jika sudah puas, Namjoon akan kembali ke kelas dengan wajah lesu bertopeng culun.

Pak Kim tahu semuanya; kehidupan malam Namjoon, korenahnya yang selalu melanggar, atau apapun itu buruknya sisi Namjoon. Kendati dia tahu, dia tetap tidak akan melapor. Kalian tahu? Berurusan dengan seorang Kim Namjoon sama saja dengan menyerahkan diri ke kandang gorila.

Perihal alibi yang satu itu, Namjoon tentu jadi bahan hangat obrolan murid sepanjang koridor.

Dia penyakitan,”

Kalau yang dimaksud penyakit paru-paru akibat rokok, mungkin, iya. Masa bodoh, Namjoon tidak peduli, tuh.

Baru hendak mengisap sebatang, namun urung lebih dulu sebab rungu menangkap suara merintih dan terisak. Sigaret dibuang, kacamata bulat telah kembali disemat di muka. Netranya melebar tatkala lihat seonggok manusia lain di sana. Sembunyi di balik tumpukan meja-kursi yang tidak lagi terpakai. Surai pirangㅡbukan, sepertinya coklat. Ah, tidak, itu pirang. Pokoknya saat itu dihujani sorot mentari, membuat mata Namjoon terasa hampir bolong. Gadis muda itu duduk di atas pijakan tak beralas, membiarkan roknya berhias ribuan partikel debu. Membiarkan matanya jadi sumber air paling deras, sederas-derasnya.

“Kau kenapa?” Suara Namjoon kelewat kecil, sangat kecil nyaris hilang. Dia sangsi, dia belum pernah berinteraksi dengan wanita manapun di sekolah.

Yang ditanya terlonjak, kemudian mengusap kasar pipi merah yang basah. Lantas segera ditepis Namjoon dan berganti Namjoon yang mengusapnya lebih lembut. Setelah itu hening dalam atmosfer mereka. Tangan yang menggantung, mata yang sembab, dan kecanggungan luar biasa dahsyat.

“Ah, ma-maaf. Aku harus pergi.”

Si gadis berlari pergi, menyisakan Namjoon yang terdiam mematung di sana.

___________

S W I T C H
©2019, XZSHAO

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWITCH°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang