Bom Atom

22 3 0
                                    

"Hari itu aku bertemu sosok misterius penghuni rumah kosong, dia selalu menampakkan dirinya pada para tetangga baru yang pindah di samping rumahnya. Dahulu pernah terjadi insiden mutilasi di rumah itu. Asal kalian tau, pelakunya adalah anak paling muda dikeluarga baru itu, dan korbannya adalah keluarganya sendiri. Rumor mengatakan bahwa anak itu dirasuki penghuni rumah kosong itu. Dan akhirnya sang pelaku dihukum pancung."

"Cerita lo nggak asik, yang ada lo cuma bikin si murid baru jadi takut," kata Elly gadis berkucir satu yang duduk di sampingku.

"Biarin lah, cerita itukan cocok buat Alya yang jadi pendatang baru. Ya kan Al?" tanya Vanya gadis cerewet yang pertama kali mengajakku mengobrol. Penampilannya terkesan sangar dengan eyeliner hitam yang dia pakai, lengan seragam yang ia gulung dan senyuman jahat yang selalu ia lemparkan.

"Tapi Elly bener deh kayaknya. Lo jangan cerita gitu ya! Gua ini anak paling muda lo. Apalagi kata lo pelakunya dipancung lagi, sumpah ngeri gua."

"Lo tenang aja, Al! Soalnya tetangga lo itu jarang banget keluar dari rumah, paling dia keluar kalo mau berangkat sekolah doang!" Ucap Vanya sambil bersandar pada dinding kelas.

Seketika diriku tercengang karena kemarin aku sempat melihat sosok kacamata di jendela samping rumahku. Tersenyum lebar dan hilang dalam sekejap.

Jangan jangan....

"Eh, kemarin pas gue baru pindah gue liat ada cowok pake kacamata senyum ke gue terus hilang setelah gue ngeliat anjing lewat. Kalian pernah tau nggak tentang penghuni di sana?"

"Cowok? Umurnya kira kira berapa?" tanya Elly.

"Hmm... mungkin dia seumuran kayak kita deh, pake kacamata... waktu itu dia berdiri di dekat jendela di bagian tingkat."

Elly dan Vanya bertatap wajah. Saat mereka menatapku wajah mereka terlihat tegang dan kaget.

"T-tingkat?" Tanya Vanya. Aku pun mengangguk.

"Emang kenapa?"

"Al, samping rumah lo itu kos kosan, untuk yang bawah emang ada yang nempatin, tapi kalo yang tingkat...." Vanya menghentikan kalimatnya.

"Tingkat kenapa?

"Nggak pernah ada penghuninya." Sambung Elly. "Tapi mungkin juga mata lo lagi nggak bener waktu itu."

"Kalian ngarang cerita ya? Nggak lucu! Lagian apa coba maksud kalian ngatain mata gue nggak bener? Nggak usah nyeritain rumor yang gak bener deh, please!" Bentakku. "Udah ah, gue ke toilet dulu!"

Aku pun berjalan keluar dari kelas meninggalkan Vanya dan Elly. Tapi, aku tidak berniat untuk pergi ke toilet, melainkan ke surga para siswa yaitu kantin. Aku memutuskan untuk mengisi perutku dengan beberapa camilan. Aku duduk di kursi yang berdekatan dengan lapangan basket dengan hanya dibatasi oleh pagar besi. Sendiri. Awalnya baik baik saja, dengan semangkuk bakso dan segelas es teh di meja. Hingga kudengar suara gaduh dibelakangku, aku hanya mengabaikannya, mungkin hanya preman sekolah yang malak di kantin.

Bruuukk..., seseorang mendorongku dari arah belakang dan membuat seragamku kotor terkena kuah bakso dan es teh yang tumpah. Sumpah, rasanya mulai jengkel. Aku yang tadinya berdiam mulai bangkit lalu berbalik, bisa dilihat dua orang sedang berkelahi di tengah keramaian kantin. Aku berjalan ke keramaian menghadap dua orang yang sedang berkelahi, dimana salah satunya tergeletak lemah di bawah dan yang satunya diatas menggenggam kemeja musuhnya sambil menahan kepalan tanggan yang hendak ia ayunkan. Semua orang menatap kearahku termasuk kedua tokoh utama dalam keramaian. Hening.... Tanganku mengepal dan....

Buakkk..., buakkk..., tinju kuayunkan dan tendangan kulayangkan tepat mengenai wajah preman sekolah itu yang membuatnya terkapar di lantai. Jeritan terdengar gaduh dari berbagai arah, mungkin mereka kaget melihat sang preman dikalahkan oleh wanita yang tingginya di bawah preman tersebut. Tak lama, dia pun bangkit menatapku.

"Apa apaan lo? ngapain lo ikut campur?" tanya preman tersebut.

"Apaan lo bilang? Nggak liat lo ini di mana? Gara gara lo seragam gue jadi gini, punya mata nggak si lo, sampah?" Umpatku sambil memperlihatkan seragam yang basah dan kotor karena kuah bakso.

"Lo berani bentak gue? Nggak tau lo siapa gue, gue bikin babak belur lo nanti."

"Coba aja. Lagian cuma pengecut yang berantem sama orang lemah, di kantin lagi. Kalo lo berani berantem sama gue di ruang guru," ujarku.

"Kebanyakan bacot lo." Ia kemudian menganyunkan pukulan padaku. Dengan cepat kuambil kuda kuda dan menghindari pukulannya ke bawah, lalu kujigal kedua kakinya hingga ia tersanduk dan terjatuh ke tanah. Aku berlutut, menarik kemejanya dan kusiapkan pukulan, dan....

Priiiiitttt....

"Kalian ini apa apaan? Sekarang ikut saya ke ruang BP!" Ujar Pak Galeh, guru olahraga yang biasa berpatroli.

Dan, ya. Masalah itu berakhir di ruang BP, ruangnya pada pembuat onar. Dan yang benar saja, seorang Alya menjadi kriminal setelas beberapa hari yang lalu dinyatakan resmi sebagai murid baru. Kini aku duduk di depan Bu Ratna, guru BP paling killer dengan preman sampah duduk di sampingku.

"Jadi benar kalian berkelahi?" Kami hanya mengangguk. Bu Ratna menghela napasnya lalu menatap pria di sampingku.

"Stevan, sudah berapa kali kamu berhadapan dengan saya? Kenapa masih nggak kapok kapok?" Tanya Bu Ratna.

"Maaf bu!" Jawab pria yang mungkin bernama Stevan itu singkat. Bu Ratna menggelengkan kepalanya dan beralih menatapku.

"Dan Alya, saya tidak menyangka kalo kamu membuat keonaran di sekolah, kamu itu perempuan, kalo kamu ingin belajar bela diri lebih baik ikut ekstranya saja, jangan teman kamu yang dijadikan bantalan tinju," jelas Bu Ratna. Aku menunduk tak menatap, dan hanya mengangguk paham. "Mungkin untuk selanjutnya kamu harus ada pembimbing, saya tidak mau sampai ada satu lagi pembuat onar," lanjut Bu Ratna.

"Baik, bu." Aku dan pria Stevan itu mulai meninggalkan ruang BP dan menuju ke kelas kami masing masing.

sesampainya di kelas kulihat Vanya dan Elly masih duduk di tempat awal kami berkumpul. Aku menghampiri mereka dan duduk di samping mereka. Eitss..., jangan kalian pikir bahwa Vanya dan Elly akan mengabaikanku. Mereka ini adalah tipe orang yang setia dalam berkawan. Hal kecil tidal akan membuat mereka menjadi sosok yang kejam.

Saat aku duduk, aku menceritakan kisah horor nan mengerikan yang tak sengaja kuperbuat. Tapi mereka justru meresponku dengan candaan.

"Kayaknya ada bau bau cinta yang bakal tumbuh di kehidupan SMA Alya nih," goda Elly.

"Bau baunya sih gitu. soalnya lawan jenisnya ama bad boy. Bakal keren nih kayaknya," goda Vanya mengikuti.

"Kayaknya kalian kurang asupan deh, nggak sehat," ucapku sambil memalingkan wajah.

"Tapi ya, Al, Bu Ratna kan bilang bakal nyari pembimbing, lo yang sabar aja ya. Doa aja semoga nggak jelek jelek banget.

"Kayaknya gue jadi korban bully deh di sini, nggak ada target lain ya?" Mereka menggeleng sambil tersenyum kecil. Memang, mereka ini malaikat berkostum devil. Mungkin ini takdirku dipertemukan dengan orang orang ini. Aku harap ini yang terbaik.

Saat sedang bercanda di kelas mataku tertuju pada sesosok di luar jendela kelas.

Pria berkacamata.

***

Baru bisa begini nggak bisa yang berlebihan.

Saya suka typo :-)
Vote and comment!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tomboy Vs CulunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang