Kumpul Pertama 🐤

2.3K 516 88
                                    

Pencet ⭐ dulu yuk

Midam gandengan sama Wooseok on the way ke kedai kopi maju mundur yang belum lama dibuka. Karena memang tempatnya tidak jauh dari kos Midam, keduanya sepakat untuk jalan kaki dengan Wooseok yang menggandeng Midam dengan erat. Midam sih cuek aja, udah biasa Wooseok kaya gini. 

"Dam, nanti aku nginep di kamu ya. Teman kos pulang kampung semua."

Emang si Wooseok kalo berduaan sama Midam bawaannya ngalus mulu.

"Iya, kaya nggak biasa aja gitu."

Keduanya jalan terus sampe pertigaan belok kiri, pas sekali letak kedai maju mundur ini.

Midam mengedarkan pandangannya keseluruh kedai.

Nihil.

Belum ada yang berangkat. Sedangkan sekarang sudah pukul 7 lebih 20 menit. Bahkan Seungwoo juga belum datang.

"Dam, kamu mau pesan apa?" Wooseok datang dan bawa buku menu. "Pesan coklat panas aja ya?" tanya Wooseok sambil nunjuk dibuku menu kedai ini.

"Boleh tidak aku pesan kopi?"

Oke kalo Midam udah aku-kamu an, pasti ada maunya.

Wooseok senyum manis.

"Tentu.."

Midam menatap antusias Wooseok.

"... tidak boleh."

Senyum Midam luntur sedangkan Wooseok mengembangkan senyumnya. 

"Kamu udah janji bakal ngurangin minum kopi ke aku kemarin. Janji adalah janji."

Iya, memang Midam ini bandel banget. Dia terlalu sering minum kopi. Pagi hari, siang, sore, malam bahkan tengah malam. Midam bisa menghabiskan 5 cangkir kopi dalam sehari. Tentu saja, Wooseok sebagai sahabat yang baik melarang dengan keras kebiasaan sahabat tersayangnya ini.

"Tapi aku udah dua hari nggak minum kopi."

Dan Wooseok tetap menggelengkan kepalanya.

"Sekarang, biasain kamu minum coklat yaa, aku cuma nggak mau kamu sakit." Wooseok mengangkat tangannya dan mengelus rambut Midam sayang. Turun kebawah dan kemudian mengusap pipi cubby di depannya.

Midam memerah.

Walaupun sesama pihak bawah tetapi tetap saja diperlakukan selerti itu membuat Midam malu dan mengubah warna pipinya menjadi merah merona. 

"WOY! JANGAN PEGANG PEGANG! "

Okey, suara ini cukup mengganggu kegiatan mari mengusap pipi Midam yang dilakukan Wooseok.

Keduanya - ah maksudnya seluruh pengunjung kedai yang mayoritas mahasiswa, mengedarkan pandangannya ke arah sumber suara.

Ada, dua lelaki tampan berdiri di pintu masuk.

Hangyul sama Jinhyuk.

Tapi tadi hanya suara berat nan seksi Hangyul.

Keduanya menatap Midam dan Wooseok seperti mempergoki pacar mereka selingkuh. 

Tapi mereka lupa yang mereka hadapi itu Kim Wooseok, mana mungkin dia takut sama dua makhluk jadi jadian macam Hangyul apalagi Jinhyuk.

"Eh elu nggak usah pegang-pegang Midam dong. Pacar gue jangan di sentuh-sentuh."

Hangyul duduk disamping Midam dan memeluk sepupunya posesif.

Wooseok menatap malas Hangyul yang duduk di samping Midam. Sedangkan Jinhyuk duduk disampinya anteng.

KKN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang