Dan Mira yakin jika dia akan gila kalau melanjutkan kegiatan ini.
-------------
Mira meneguk ludahnya kasar saat pria itu menurunkan boxer nya dan menampakkan sesuatu yang baru pertama kali dilihatnya seumur hidup. Mira merasa wajahnya panas, entah sudah semerah apa dia.
"Ya Tuhan, apakah sebesar itu milik laki-laki? Bagaimana nanti jika tidak muat masuk didalam kewanitaanku?" Tanya Mira cemas dalam hati.
Pria itu tersenyum kemudian mulai menanggalkan pakaian dalam Mira satu persatu.
"Obat sialan!" Umpat Mira dalam hati saat dirinya menerima diperlakukan seperti itu.
"Kita pemanasan dulu ya, baby." Bisik pria itu.
Entahlah, Mira merasa pria itu terus menggodanya karena pria itu suka berbisik di telinganya.
"Ahhh..." Mira mengerang saat bibir pria itu mengecup pelan buah dadanya. Perasaan yang juga baru pertama kali dirasakan nya. Geli tapi enak.
Mira meringis saat pria itu menjambak rambutnya, membuatnya menggeram kesal kemudian menatap tajam pria itu.
"Desahkan namaku. Lukman." Ucap pria itu.
Mira tidak terima.
"Memang kau siapa? Ini adalah mulutku, terserah aku ingin mendesahkan nama siapa!"
"Ooh begitukah?" Tanya pria itu.
Mira berteriak saat pria itu mengigit putingnya dengan brutal. Antara marah dan nikmat.
"Apa yang kau lakukan ahhh... Stop bermain di bagian itu, kau busuk!" Pekik Mira.
Pria itu mencium Mira dengan ganas untuk meredam segala umpatan yang akan keluar dari wanita dihadapan nya.
"Kau sungguh nikmat, ooh baby.." pria itu juga ikut mengeluarkan desahan.
"Slow down, please."
"Call, me, Lukman!" Teriak pria itu sambil mencengkram leher Mira.
"Uhukk..uhukkk... Kau gila! Kau ingin membunuhku, lepaskan aku!" Teriak Mira marah.
Mira mendorong tubuh pria itu dari dadanya kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut.
"You are crazy asshole! I hate you." Teriak Mira.
Amarah itu membuat rangsangan akan obat perangsang itu menghilang, sekarang tertinggal amarah yang membuncah.
"Kau pyscopath!" Kata Mira.
Pria itu mendekati Mira dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ya Tuhan, aku dalam masalah." Pekik Mira dalam hati.
Mira mundur perlahan, wanita itu benar-benar takut. Mira mengambil pakaian nya dengan cepat kemudian memeluknya dengan erat. Wanita itu tidak mau terus-terusan bersembunyi di balik selimut.
Brak!
Mira terjatuh dari ranjang dan kini dia merasa punggung nya menyentuh sesuatu. Sesuatu yang dingin dan membuatnya mati kutu.
"Mampus, mati aku!" Pekik Mira dalam hati lagi.
Pria itu mendekat, dengan dada yang berkobar-kobar karena jantungnya berpacu dengan cepat. Wajahnya yang datar membuat ketampanan itu menghilang dalam sekejap.
Mira menutup mata erat-erat saat pria itu sudah berada di hadapan nya, nafasnya membuat keringat dingin keluar dari tubuh Mira.
Pria itu menatap lekat-lekat wajah Mira yang sedang terpejam, hingga saat membuka mata, Mira menahan nafas.
Pria itu memeluknya, memeluknya! Membuat Mira syok berat.
Baik Mira maupun pria itu, mereka sama-sama tidak bicara. Mereka diam.
Pria itu membenamkan wajahnya pada curuk leher Mira, "Aku bisa memperkosa mu sekarang, di kamar ini, di tempat ini. Tapi aku selalu ingat untuk tidak menjadi seorang brengsek yang akan memaksa wanita untuk bersetubuh denganku. Aku ingin kau dan aku sama-sama ingin melakukan nya." Kata pria itu kemudian melepaskan selimut yang membungkus tubuh Mira secara perlahan.
Mira mematung, dia benar-benar takut dengan semua ini.
"Kau...kau bisa meminta jalang lain untuk memuaskanmu, aku..aku tidak bisa." Bisik Mira dengan lirih, sangat lirih.
"Kamu bisa, aku tahu kau ingin menikmatinya bersamaku. Kau hanya gengsi."
Gengsi? Ooh yang benar saja! Mira tidak pernah gengsi. Mira adalah tipikal orang yang brutal dan frontal dalam menghadapi sesuatu.
Semakin lama, gelayar rasa panas itu kian memenuhi tubuh Mira. Mira tidak tahan, dia tidak ahli dalam hal ini.
Mira memeluk leher pria itu, kemudian menciumnya.
"Kau harus bisa memuaskanku, jangan buat aku kecewa!" Kata Mira kemudian menunduk lesu.
Mira bodoh. Sekuat apapun dirinya menahan obat perangsang, dia tidak akan kuat menahan nya. Obat itu dirancang dengan dosis tinggi untuk menggali rangsangan dalam tubuhnya.
Pria itu tersenyum kecil, "You can believe me." Kata pria itu kemudian mengangkat pantat Mira dan mengingkarkan nya di pinggang nya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
She
ChickLitBecause destiny. Because one day. Because one night. Because her! I walk into you, heart. Writing, 14 Juli 2019