PROLOG

4 2 1
                                    


"Ayo sini kejar!" teriak seorang anak kecil berumur 7 tahun kepada temannya yang tertinggal di belakangnya.

"Luna tunggu!" teriak temannya,

Luna semakin mempercepat larinya,

"Luna jangan lari nanti ja--"

Bugghh

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, anak kecil tersebut melihat Luna terjatuh di depannya.

Luna terjatuh di tanah dan menangis dengan
kencang.

Anak kecil tersebut menghampiri Luna yang menangis karena lututnya berdarah akibat berbenturan dengan batu.

"Luna udah jangan nagis." anak tersebut mencoba menenangkan Luna.

Tangis Luna semakin kencang,

"Lutut kamu berdarah, Agam obatin ya." Agam, anak kecil yang berumur sekitar 7 tahunan berlari masuk ke dalam rumahnya dan mengambil kotak P3K.

Agam kembali ke halaman belakang rumahnya dan menghampiri Luna yang masih saja menangis.

Agam mengambil plester yang terdapat di dalam kotak P3K dan menempelkan ke lutut Luna yang berdarah.

"Udah Luna jangan nangis." Agam mencoba menenangkan Luna kembali.

Tangis Luna akhirnya mereda. Agam tersenyum manis karena Luna akhirnya berhenti menagis.

Luna tersenyum mengingat kenangan bersama Agam di masa kecilnya.

"Kamu kenapa senyum - senyum sendiri sayang?" Wanita paruh baya tersebut menghampiri Luna yang sedang terduduk di kasur.

"Eh bunda, gak papa bun." jawab Luna sambil tersenyum kikuk.

"Kamu lagi mikirin cowok ya? Atau mungkin mikirin pacar?" goda Bunda Ana.

"Ih enggak apaansih bun, Luna gak punya pacar." elak Luna.

"Atau kamu lagi mikirin Agam?" goda Bunda Ana sekali lagi.

"Ih apaansih bunda kok jadi ke Agam sih."

"Ciee bunda ngomong Agam pipi kamu langsung merah."

Luna menutup pipinya dengan tangannya,

"Apaansih bunda enggak." bela Luna kepada dirinya sendiri.

"Iya terserah kamu aja deh."

"Yaudah bunda mau ke dapur lagi yaa." ucap bundanya.

"Iya bunn." jawab Luna sambil menganggukan kepalanya.

Bunda Ana melangkah keluar kamar Luna dan meninggalkan Luna sendiri di kamarnya.

Luna tersenyum mengingat godaan yang dilontarkan bundanya.

"Kok gue jadi kangen dia ya." gumam Luna sambil tersenyum manis.

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang