Warning: Adegan berdarah, 18+, mohon untuk bijak dalam membaca. Tidak untuk ditiru. Terimakasih, review and vote ya guyss :)
--------------------------------------------------------------------------------
Perkenalkan namaku Amy Fischer, dan berumur 22 tahun. Kau pasti bosan ya mendengar standar perkenalan yang aku ucapkan itu? Hahaha, sorry :) ngomong-ngomong apa aku sudah katakan kalau aku punya kembaran? Ya aku memang punya kembaran dan kami identik. Sangat-sangat mirip hingga bagi orang tua kami pun untuk membedakan terasa sulit. Itu baru orang tua kami, belum juga orang luar. Aku tidak masalah sih dengan hal itu, atau sebenarnya... aku cukup mempermasalahkanya.
Ugh, apakah aku harus menyebutkan namanya? Karena jujur saja aku sangat membencinya. Dia merebut segalanya dariku. Aku sangat-sangat membencinya, mengingatnya saja membuat kepalaku mendidih. Baiklah, tapi untuk kejelasan cerita aku akan menyebutnya. Namanya adalah Ester. Ester dan aku, kami cukup banyak menghabiskan waktu bersama seperti kembar pada umumnya. Ketika dia sakit, tidak lama setelahnya aku juga sakit hingga ibuku repot untuk mengurus kami berdua. Kami sering bermain bersama meskipun yang terjadi sebenarnya adalah aku yang menjahilinya ketika bermain. Boneka Barbie kesukaannya pun tidak luput dari aksi kejahilanku, pernah juga aku cukur rambut boneka itu sampai habis. Dia pun menangis sejadi-jadinya.
Kalian mungkin berpikir, kenapa aku bisa sekejam itu. Well, memangnya aku melakukannya bukan tanpa alasan? Meskipun kami kembar identik tapi kami benar-benar berbeda, sifat kami sangat bertolak belakang. Termasuk juga perlakuan orang tua kami berdua yang berbeda. Kadang aku selalu dijadikan yang kedua, mereka lebih memperhatikan Ester dibandingkan aku. Ester yang selalu dinomor satukan, sementara aku? Kebutuhanku pun mereka selalu lupa, kadang mereka membeli barang-barang hanya satu, sementara aku juga sama-sama membutuhkannya. Jadi aku harus berbagi dengannya, walaupun kadang di akhir tetap saja dia yang lebih dominan memiliki barang itu.
Tidak hanya sampai itu saja, dia adalah si pintar ranking satu dan aku adalah si ranking dua... dari bawah. Tentu saja setiap penerimaan rapot aku tidak pernah datang karena aku takut dengan pemandangan itu. Pemandangan mengerikan dimana orang tuamu yang tersenyum, bertepuk tangan, dan memeluk badanmu ketika namamu disebutkan di podium sebagai juara terbaik murid berprestasi di sekolah. Kemudian kau tahu, bahwa tepuk tangan dan senyuman juga pelukan itu bukan untukmu. Bahkan bukan namamu yang dipanggil, tapi sialnya yang berjalan ke atas podium itu mirip sekali denganmu. Tersenyum mengejek ke arahmu.
Kenapa tidak bertukar peran saja? Aku tinggal memintanya untuk berpura-pura menjadi dirinya kan? Lalu setelah itu kau akan mendapatkan semua pujian itu kan? Yah tidak semudah itu, karena dia orang yang kejam. Dia senang melihatku menderita, dia menolak mentah-mentah untuk pertukaran peran itu sehari sebelum acara kelulusan besok. Saat itu aku mengunjungi kamarnya.
"Amy, kau sudah gila? Mereka pasti akan mengetahuinya. Sama saja kau membuat malu kita berdua Amy!" Ujarnya dengan tangan gemetar. Aku tidak bisa lagi berpikir dengan jernih, maka kujambak rambutnya yang juga mirip denganku.
"Kau pikir rambutmu ini berbeda denganku hah?! Lihat ke cermin sialan, bahkan kita sulit dibedakan!"
Amy mendorongku sampai aku terpental ke samping kasur. Ia kemudian beranjak menuju meja belajarnya dan menarik sesuatu dari lacinya. Sebuah gunting yang kemudian ia gunakan untuk menggunting rambutnya sendiri.
"Sekarang kita berbeda!" Ujarnya menggunting rambbutnya dengan serampangan.
Aku yang tidak terima pun lalu menghampirinya dan berusaha untuk merebut gunting itu. Kami saling merebut gunting itu dengan sengit, benar-benar sudah gila ya dia, dasar bocah sombong! Bahkan untuk sekali saja aku merasakan perannya naik ke podium saja ia tidak mau, dan lagi aku meminta hanya untuk sekali saja.
Tiba-tiba gunting itu menggores pergelangan tangannya dan menimbulkan darah yang berceceran. Ia berjalan terhuyung dan jatuh bertekuk lutut. Luka yang cukup lebar dan memanjang.
"Amy tolong..." Ia menjerit namun suaranya tidak dapat keluar.
Aku hanya bisa terpaku dan bergetar melihat darah yang dengan cepatnya merembes keluar. Aku tidak melakukannya kan? Dia yang melakukannya kan? Aku kemudian cepat-cepat mengeluarkan hp ku dan cepat-cepat menelpon 911. Tapi kemudian rencanaku berubah seketika, dan aku menelpon ayahku."Halo?" Aku tau pasti ayah sedang menyetir disana.
"Ayah! Kumohon cepat pulang, Ester dia...dia melakukan bunuh diri." Ujarku dengan nada yang kubuat seolah kaget dan panik.
"Apa?! Kau tidak sedang bercanda kan? Ayah dan ibu akan segera kesana!" Kemudian sambungan telepon terputus. Bagus, ini artinya semua hanya murni seperti bunuh diri kan? Aku melihat Ester melotot padaku dan berusaha mengucapkan sesuatu karena pasti kesadarannya sudah mulai habis.
"Nah, Ester mulai saat ini tidurlah yang tenang ok?" Ucapku sambil tersenyum meremehkannya.
"Kau hk.. Pem,bunugh.. ugh." Bagus ia sudah terkapar sekarang.
______________________________________________________Untungnya orang tuaku percaya karena memang kejadiannya tidak seperti pembunuhan. Ditambah dengan sedikit surat buatan yang kubuat seolah menandakan bahwa Ester sendiri yang melakukannya. Surat yang bahkan tulisan tangan Ester pun bisa aku tiru dengan mudahnya, karena memang tulisan kami yang mirip. Kau tahu apa yang terjadi ketika guru-guru mengetahui hal ini? Sekolah pun melakukan pengunduran acara kelulusan itu selama lima hari demi menghormati Ester yang ternyata menjadi lulusan terbaik dengan nilai tertinggi kembali. Well, tapi kali ini berbeda karena setelah itu orang tuaku merangkulku dan mengajakku untuk mendatangi acara kelulusan itu. Ini adalah kali pertama sejak aku memutuskan untuk tidak ikut acara akhir semester seperti ini sejak aku lulus sekolah dasar. Semua orang menatapku ketika aku sampai di lorong menuju aula sekolah dengan membawa foto berbingkai dengan wajah Ester.
Beberapa orang menghampiri dan menghambur ke dalam pelukanku yang padahal aku tahu bahwa mereka tidak pernah dekat denganku sebelumnya. Aku pun hanya bisa memaksakan sendiri untuk menangis dihadapan mereka, padahal jauh di dalam hatiku tersedia rasa kelegaan yang sangat luar biasa, seolah aku terlahir kembali. Tak disangka, aku diundang ke atas podium untuk memberikan sambutan mewakili Ester. Ini adalah kesempatan yang akhirnya bisa kudapatkan! Ester, kau benar-benar bodoh mempertahankan egomu seperti itu. Sampai-sampai aku menggantikan peranmu ini untuk selama-lamanya.
Itu semua sudah berlalu sekitar lima tahun yang lalu, dan kini aku menjalani kehidupanku dengan sangat tenang. Perasaan bersalah? Aku pun berusaha untuk merasakannya tapi nyatanya aku tidak bisa, tidak ada sama sekali. Perasaan yang ada adalah kelegaan dan juga kebahagiaan, mungkin? Dan dengan tulus Ester, kukatakan padamu aku benar-benar berterimakasih karena kau telah memberikanku kesempatan untuk menikmati hidup sebagai diriku sendiri, tanpa adanya kehadiranmu. Ibu dan ayah mencintaiku,mereka sangat memperhatikanku. Aku juga memiliki teman-teman yang sebelumnya tidak pernah kudapatkan, karena aku selalu redup dihadapan mereka jika aku berada disampingmu. Sekarang aku memiliki semua yang harusnya kumiliki sebelumnya. Impianku terwujud.
Karena mereka sebenarnya menganggap kau yang mati, AmyDiam! Berhenti mengucapkan kalimat itu!
Kau adalah penggantiku, Amy. Si nomor dua.
Aku bilang diammm! Ugh kenapa suara itu selalu saja terngiang di kepalaku.
Aku lihat pantulan diriku di cermin, tapi yang kulihat adalah bayangannya, dengan rambut yang lebih pendek dariku. Menatapku dengan senyuman yang mengerikan seolah menantangku. Kau ingin menyatakan perang? Baiklah kita lihat nanti siapa yang akan menang, aku atau kau? Kita buktikan siapa yang menang. Aku akan hidup, Ester!
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Dark Stories
Mystery / ThrillerMempunyai kembaran bagi sebagian orang adalah hal yang menyenangkan, tapi bagi sebagian lagi justru menjadi malapetaka. Orang-orang melihat kami penuh dengan canda tawa dan hal konyol yang selalu mewarnai hari kami. Tapi... tidak semua cerita sesemp...