sleep is son of the death

387 31 4
                                    

Taehyung mengendarai mobilnya lebih cepat ketika sirine polisi semakin nyata didengar. Dengan gesit dan terlatih, Taehyung membawa mobilnya melewati beberapa pengendara lainnya. Membalap satu persatu kendaraan lain begitu lincah. Jungkook di sampingnya bolak-balik melihat kaca mobil, lalu belakang, lalu jalanan. Mengerutkan kening antisipasi apabila mobil polisi semakin dekat.

Ketika sedetik sebelum lampu merah menyala, Taehyung berhasil lolos menerobos persimpangan jalan kota. Membuat mobil Polisi yang mengikutinya tak lagi mampu mengejarnya karena tertinggal lampu lalu lintas. Lantas keduanya berteriak girang seperti kehilangan beban, "Hahahaha bedebah keparat!". Melajukan mobil hitam kembali pada atap yang mereka singgahi.


Jungkook mendeguk colanya sesaat setelah menghisap lintingan tembakau di jemarinya. Asap nikotin mengepul bergabung dengan asap dingin di malam hari. Ia asik duduk pada jendela besar kamar, menatap sahabatnya, Kim Taehyung yang sibuk mencari suatu berkas, entah apa. Manik jelaganya benderang mengikuti tiap gerakan yang Taehyung ciptakan. "Ngapain?" Keingintahuannya meluap bersama kepulan asap.

"Nyari sesuatu."

"Iya apa?"

Taehyung melirik Jungkook sekelebat, kemudian kembali sibuk dalam tumpukan kertas yang membukit di ujung ruangan. "Ada pokoknya, nggak usah ikut mikir. Kalo ngantuk tidur aja." Perkataannya halus, seakan mengatakan bahwa dirinya memang tidak perlu ditunggui.

"Ngapain tidur. Sleep is son of the death."

Menatap remeh, Taehyung tertawa. Tawanya yang dalam hitungan detik membuat Jungkook mendecih tidak suka. Kaleng colanya ia lempar ke tong sampah dekat pintu hingga menimbulkan bunyi kelontang nyaring. "Ngga usah ketawa. Lo jelek kalo ketawa."

"Dih kok body shaming."

"Emang. Kenapa? Nggak suka?"

"Nggak karena lo salah. First, ketawa gue bagus, second, gue nggak jelek."

Manik jelaga dirotasi malas. Jungkook tak sudi membahas kepercayaan diri Taehyung yang setinggi langit. Ia memilih mengambil segelinting rokok baru lalu dinyalakan menggunakan ujung rokok miliknya yang masih menyala. "Taehyung," panggilnya.

Pemuda yang sudah selesai berkutat dengan kertas-kertas itu menyahut. Menyambut uluran batang rokok yang sudah disiapkan Jungkook. Menghisapnya dalam lalu membuangnya lewat lubang hidungnya.

"Hari ini nggak ada makan malam, Jek." Taehyung mengambil alih udara kosong di samping Jungkook untuk duduk. Menjentik jemarinya di asbak hitam untuk membuang abu rokok.

"Apa yang perlu lo ekspektasikan dari dua manusia nggak ada kerjaan, Tae? Uang nggak jatoh dari surga lewat langit. Itu pun kalo lo percaya ada surga." Jungkook terkekeh remeh. Mencoba membuat candaan di malam menjelang paginya yang sunyi. Menatap Taehyung yang menyesap rokoknya tanpa jeda.

"Gue nggak pernah ekspektasiin apapun, Jungkook. Termasuk mikirin surga ada atau enggak,"

Hening merambat pada atmosfer keduanya yang dilingkupi kabut asap rokok. Detik jam berbunyi nyaring di antara perkataan Taehyung yang mengambang. Jungkook menunggu, gesturnya tenang seperti biasa.

"Tapi urusan biologis kayak makan, kadang masih nggak bisa kita dapet. Sampe kapan ya kita gini terus?"

Jungkook menoleh terkesiap, "Kita kan pernah ngomongin ini? Santai aja kali? Gue nggak pernah keberatan sama hal apapun, santai aja. Lo jangan ngurusin ginian deh, buktinya sampe sekarang kita masih bisa makan? Bisa ngerokok?"

"Ya karena Tuhan masih baik sama kita."

"Anjing sejak kapan lo percaya Tuhan?"

Taehyung lalu tergelak tertawa. Tawa bariton yang menggema di tiap-tiap sudut kamarnya yang penuh oleh barang-barang berserakan. Jemari lentiknya lihai mencubit kecil pipi Jungkook, memadamkan api sobatnya yang mudah tersulut emosi. "Aduh, Jungkookie marah ceyem iihhh."

Jungkook segera menyingkirkan jemari sahabatnya itu dari pipinya. Menggusak rambutnya yang panjang agar lebih berantakan, membuatnya terlihat lebih manly. "Besok urusan besok. Sekarang jalanin apa yang bisa dijalanin." Ia menekan ujung rokok agar benda itu padam. "Udahlah gue ngantuk, mau tidur. Besok mulung."

Lelaki di sampingnya mengangguk setuju. Ia terkekeh pelan menanggapi ocehan Jungkook. Separuh setuju, separuh lagi pura-pura setuju. Sebelum Jungkook membaringkan tubuhnya di ranjang, Taehyung berceletuk, "Hari ini gue yang tidur deket tembok ya Jeykey."

"Nggak dih! Ini minggu ke berapa? Jadwal gue tidur deket tembok. Enak aja." Jungkook sewot sendiri, alisnya menukik tajam serta bibirnya mengerucut tidak suka. Taehyung juga ikut sewot, perasaanya berkata bahwa ini ialah jadwal Taehyung tidur dekat tembok. Pemuda pirang itu terburu-buru mengambil selimut untuk menerjang ranjang di depannya.

Keduanya berakhir bertubrukan di sisi ranjang yang diperebutkan. Dengan Taehyung yang berada di atas tubuh Jungkook dalam keadaan terlentang. "Anjing Taehyung berat bangsat. Minggir!" Jungkook berteriak di bawahnya yang kesulitan bernapas. Mencoba menyingkirkan badan Taehyung yang sama besarnya dengan miliknya.

Tidak mau mengalah, Taehyung bersikukuh dengan posisinya. "Gue yang di sini! Lo minggir!" Seprai di bawahnya dipegang erat agar Jungkook lebih sulit untuk bergerak. Alhasil keduanya justru bertengkar. Dua lelaki berumur 18 tahun itu berhasil menciptakan ranjang kusut dan bunyi gedebuk kuat yang berisik.

Kemudian lima menit setelahnya hening kembali membumbung di dinginnya petang malam. Dua sahabat itu lelah bertengkar dan memilih tertidur. Tak peduli bagaimana posisinya meski kaki Jungkook berada di kepala Taehyung, dan kaki Taehyung berada di kepala Jungkook.


Sowwy slow update.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ribs • TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang