Pemberontakan [1]

16 1 1
                                    

Hidup yang begitu sulit dimulai  saat para pejabat memuaskan kesenangan mereka akan harta dan kedudukan. Demi kepentingan mereka, rakyat yang menjadi korban.

Di kota ini, kota yang tadinya makmur sejahtera, kini telah porak - poranda. Kobaran api dimana - mana, reruntuhan rumah menghiasi setiap jalan, mayat - mayat tergeletak begitu saja. Sungguh tragis. Pergulatan antara penguasa tetapi korbannya rakyat yang tak tahu apa - apa.

Seorang lelaki berkuda terlihat berjalan melintasi kekacauan itu, setengah wajahnya ditutupi kain hitam, tampak alisnya berubah menjorok ke dalam saat melintasi mayat - mayat yang hampir membusuk.

" Cih, rakyat lemah!, segini saja sudah K.O! "

Bersama decihan itu ia memacu kudanya dan berjalan lebih cepat.

***

Satu bulan berlalu, kota itu masih tidak lebih baik, sebaliknya berubah menjadi kota mati, terkadang hanya burung hering yang terlihat melintasi kota satu dua kali demi membersihkan sisa - sisa mayat berserakan, selain itu debu tebal juga hampir menutupi permukaan kota.

Kota ini telah lumpuh, istana raja yang berada di tengah kota telah runtuh, kedua pihak yang berseteru juga telah mati, tinggallah rakyat tanpa pemimpin yang berjuang sendiri - sendiri demi bertahan hidup. Lahan - lahan telah terbakar habis, sumber air telah tercemar, hujan tak ada tanda - tanda akan turun, satu demi satu yang bertahan pun habis, tak ada jalan keluar dari kota kecuali harus menyebrangi laut untuk mencapai kota lain.

Dengan wilayah yang serba kesatuan -satu kota satu negara-  semua menjadi begitu kelam, dari yang hijau rimbun menjadi kuning gersang. Tak terlihat lagi tanda - tanda kehidupan. Sungguh tak akan menyangka bahwa di kota itu masih ada yang tersisa, satu keluarga arsitek dan beberapa tentara pemberontak yang menduduki istana.

Keluarga ini tak tahu apa yang terjadi di luar sana, sebab mereka telah mendekam di sel tahanan milik raja sejak sebulan tepat hari pertama pemberontak meletus.

Sebulan yang lalu.

" Tuan menteri, pembangunan benteng telah selesai, jebakan bawah tanah juga telah terpasang, tinggal menunggu aba - aba dari anda, Tuan.. " lapor seseorang dengan tubuh kekar sambil membungkukkan tubuhnya menghormat.

" Baiklah, kerjamu bagus, sebentar lagi kita akan memporak - porandakan istana dan orang - orang idiot itu! Lalu kita akan mengubah dunia ini sesuka hati, hahahaha... "

Lelaki yang dipanggil tuan menteri itu tertawa puas, hasrat terbesarnya akan tersalurkan sebentar lagi.

" Jenderal, kurung arsitek itu dan keluarganya di penjara paling dalam milik istana, tak boleh ada yang tau mengenai pemberontakan ini. Biarkan dia merasa bersalah telah membuat mesin penghancur bangsa sendiri. Hahaha!!!. "

Sungguh malang keluarga itu, mereka diseret ke dalam penjara terpencil bawah tanah, tanpa sinar matahari dan udara yang cukup, terdengar percakapan mereka yang menyedihkan,

" Eli, maaf. Aku tak mengira akan jadi seperti ini. Kukira ini perintah raja, ternyata si menteri itu. Apalah daya, anak kita satu - satunya jadi ikut menderita, kasihan, baru lima tahun sudah begini saja.. " si arsitek itu mengusap rambut sang anak yang tampak sedang tertidur pulas.

" Biarlah Arow, semua sudah berlalu, yang terpenting anak kita bisa terus hidup dengan baik, kita harus memikirkan rencana.. "

Manusia OntaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang