Siapa?

6 0 0
                                    

Sudah 1 bulan sejak Anasia keluar dari rumah sakit. Dokter bilang, beruntung tidak ada cedera yang serius pada Anasia.

Saat ini, orangtua Anasia tidak mengijinkannya mengendarai mobil sendirian. Trauma, katanya. Meskipun Anasia mencoba meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

Selain masalah dilarang mengemudi sendirian, ada satu hal yang Anasia rasa berbeda dari sebelum kecelakaan.

Apa aku bisa melihat hantu?

Setiap malam Anasia selalu terbangun, dan melihat sosok itu. Sosok laki-laki yang ia temui di rumah sakit, tepat saat Anasia baru saja tersadar dari komanya.

Apa Anasia takut? Tentu saja. Bahkan hampir disetiap tempat Anasia bisa melihat sosok itu.

Anasia sempat menceritakannya kepada orangtua dan sahabatnya, namun tidak ada yang percaya.

"Makannya, kamu harus rajin berdo'a sama Tuhan," begitu kata Mama nya.

Seperti malam ini, Anasia terbangun dan merasa tenggorokannya kering.

Ia berdecak sebal, pasalnya kamar Anasia ada di lantai atas sedangkan dapur ada di bawah.

Anasia melihat sekeliling kamar, sosok itu tidak ada. Biasanya tiap malam Anasia akan melihatnya berdiri di pojok ruangan dekat pintu kamar mandinya, lalu Anasia akan berteriak, mengganggu tidur kakak laki-lakinya, Yohan, yang kamarnya berada tepat disamping kamar Anasia.

Anasia sempat meminta Mama atau Yohan menemaninya tidur, namun hanya berjalan beberapa hari. Karena tentu saja, mereka berpikir bahwa Anasia hanya masih mengalami masa pemulihan setelah kecelakaan, dan akan sembuh seperti biasanya.

Sejak kecelakaan, Anasia tidak pernah mau mematikan lampu kamarnya. Bahkan semua ruangan di rumah ini harus terang, takut-takut kalau hal seperti sekarang terjadi-Anasia terbangun dan kehausan di tengah malam-.

Anasia tidak beranjak dari kasurnya, ia diam, menajamkan indera pendengarannya, berharap mendengar kakak atau Papa nya sedang begadang menonton TV di bawah.

Samar-samar Anasia mendengar suara, sepertinya kakak sedang menonton bola, ia sangat senang setiap kali merasa haus ditengah malam dan mendapati kakak laki-lakinya itu sedang menonton pertandingan bola yang entah mengapa tayang di tengah malam.

Anasia tersenyum, ia langsung beranjak dari kasur dan setengah berlari menuju lantai bawah.

Sebelum turun, Anasia menengok sebentar ke arah sofa TV lewat tangga. Benar saja, kakaknya sedang menonton TV.

Buru-buru Anasia berlari ke bawah dengan rasa lega.

Namun, ruangan itu sepi.

Tidak ada yang menonton TV. Tapi TV nya menyala, dan bukan acara bola.

Ah mungkin sedang iklan, dan Yohan sedang k kamar mandi.

Anasia berusaha meyakinkan hatinya, walaupun sebenarnya ia tidak yakin Yohan akan beranjak dengan cepat dari sofa menuju kamar mandi yang berada dekat dengan dapur.

Dapur! Ah ya, Anasia ingin minum.

Ia berlari menuju dapur, mengambil gelas lalu membuka kulkas.

Deg-degan. Itu yang Anasia rasakan, entah mengapa hatinya gelisah.

Ia ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya.

Diambilnya botol air itu tanpa menuangkannya terlebih dahulu ke dalam gelas.

Tepat saat Anasia menutup pintu kulkas.

JLEP.

Semua lampu di rumah ini mati. Gelap.

PRANG!

"AAAAAAAAH!" Anasia takut, sungguh, ia tidak suka gelap. Gelas dan botol yang dipegangnya jatuh begitu saja dilantai.

Anasia mundur dan mendapati meja makan dibelakangnya, ia berjongkong dan menutup mata dan telinganya, berharap seseorang mendengar suara teriakannya dan berharap juga, ia tak mendengar apa-apa.

"PAH! MAMAAH!  KAK YOHAAAAN!" Anasia masih berusaha berteriak dengan mata tertutup.

Jantungnya berdetak sangat cepat.

Ya Tuhan, ia ketakutan sekarang.

Anasia menangis, kenapa sejak kecelakaan ia menjadi penakut seperti ini?

Karena Anasia menjadi bisa melihat hantu?

Apa indera ke enamnya tiba-tiba saja terbuka setelah ia mengalami kecelakaan?

Sungguh, Anasia telah memikirkan itu berulang kali, bahkan bercerita pada orangtuanya, namun tidak ada jawaban selain, "kamu itu masih dalam masa pemulihan, masih banyak menghayal," begitu kata Papa nya.

Anasia masih pada posisi semula, ia masih menangis, sampai tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"Anas!??!"

"AAAAA JANGAN MENDEKAT!"

"Anas! Anasia ini kak Yohan!"

Samar-samar Anasia mendengar suara kakaknya, ia mencoba membuka mata.

Benar saja, kak Yohan sudah berada di depannya dengan wajah yang kentara sekali sangat khawatir.

Anasia langsung memeluk kakaknya, takut jika tiba-tiba saja kakaknya meninggalkannya sendirian.

"Anas takut kak!"

"Iya sudah ini ada kakak, udah yu kita kamar"

Yohan melihat sekeliling, botol minum dengan tutup terbuka sehingga airnya tumpah kemana-mana, dan gelas plastik gambar minion kesukaan Anasia, sudah berada dekat kolong rak piring.

Yohan membantu adiknya itu berdiri, Anasia ini adiknya satu-satunya. Yohan menyayangi Anasia melebihi ia menyayangi pacarnya saat ini, Trisya.

Saat menaiki tangga, tiba-tiba saja langkah Anasia terhenti. Yohan menoleh, "ada apa?", Anasia tidak menjawab, wajahnya pucat, matanya telihat ketakutan memandang ke lantai atas.

Yohan mengikuti arah pandang adiknya itu, lukisan tua bergambar sosok kakek dan neneknya yang sampai sekarang masih hidup, apa yang membuat Anasia takut?

"Nas, yuk ke kamar, kakak temenin."

Anasia masih terdiam kaku, sampai akhirnya.

"AAAAAAA!"

Anasia berlari menuju kamar orangtuanya, meninggalkan Yohan yang masih kebingungan dan akhirnya menyusul adiknya itu yang sekarang pasti sudah mengganggu aktivitas tidur Papa dan Mama nya itu.

Yang tidak Yohan tau adalah, sosok itu menunggu Anasia tepat dianak tangga teratas. Menatapnya dengan penuh kebencian.

Apakah Yohan tidak melihatnya? Mengapa Yohan tidak ketakutan?

Mengapa, indera ke enam ku terbuka?

*********

Nulisnya sambil degdegan karena aku penakut juga:(

Fyi, skrg ini lagi berada di bulan yang sangat sibuk-sibuknya.

Sampai-sampai waktu yang diberikan panitia lomba #WWF2019 ini rasanya terbuang siasia:(

Tapi semoga masih bisa melanjutkan, dan harus bisa!!!!

FIGHTING!!

Ssssut jangan lupa vote n coment, karena dia ada di sekitarmu.

I WILL BE FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang