Four

963 108 20
                                    

"hyung" panggil Jeongin kepada Woojin.

Posisi mereka sskarang berada di depan televisi dan beberapa meja yang disatukan sehingga menjadi sebuah meja yang panjang.

"apa?" tanya Woojin yang menoleh kearah Jeongin.

"kenapa kita ke dalam?" tanya Jeongin dengan polosnya.

"bodoh! Kenapa kau tak tahu perihal mereka yang saling merindu satu sama lain" kesal Hyunjin.

"aku tau, hyung!"

"jika kau sudah mengetahuinya, mengapa kau bertanya kepada Woojin hyung ha? Haruskah dia menjelaskan sesuatu yang sangat runtut didepanmu, sedangkan kau tak mengerti apa-apa?" celoteh Hyunjin kembali.

"jangan marahi dia, Hyunjin" tutur Woojin.

"aku tak memarahinya, hyung" tolak Hyunjin.

"diamlah" tutup Woojin.

Hening menyelimuti mereka bertujuh.

Sedangkan yang berada di luar, mereka saling memandangi satu sama lain.

Memenuhi segala kerinduan yang selama ini mereka pendam. Tak ada perbincangan, hanya sebuah tangan yang saling menggenggam.

"sayang" Chan membuka suara.

"hm?" Minho menghiasi wajahnya dengan sebuah senyuman yang menghangatkan hati seorang Bangchan.

"aku tak tahu apa yang harus ku bicarakan saat bersamamu, hanya kerinduan saja yang ada dipikiran ku" Chan menangkup wajah Minho dengan tangan besarnya.

"aku juga, Chan" kembali lagi, gigi putih milik Minho mulai memperindah senyumannya.

"aku berjanji akan membahagiakan mu suatu hari nanti" yakin Chan.

"baiklah"

"sebaiknya kita masuk, Chan"

Suara Minho sangat lembut, Chan menyukai itu. Dia ingin sekali setiap saat mendengarkan suara itu. Ketahuilah, bahwa yang paling disukai dari seorang Lee Minho adalah wajah kucingnya, mata indahnya, suara lembutnya, sekaligus dia pintar menyembunyikan perasaannya.

Minho akan beranjak dari tempat duduk, namun Chan menahan tangannya.

"tunggu" cegah Chan.

"ada apa, Chan?" Minho mengerjap mata lucu.

"aku ingin menciummu"

Setelah kata-kata itu terucap, Chan mencium bibir milik kekasihnya itu.

"sudah cukup, Chan" Minho yang melepas dahulu tautan mereka.

"aku masih ingin menciummu" rengek Chan.

Minho mengusap rambut Chan pelan.

"saranghae" ucap Minho.

Sebuah senyum tertanggal di wajah Chan. Setelah semua pekerjaan dan kewajibannya selesai, bukannya dia lelah, tapi dia malah bersemangat karena perlakuan sayang dari Minho.

"sebaiknya kita kedalam, mereka pasti sedang menunggu eomma nya" goda Chan.

"Chan" malu Minho.

"mianhae, sayang"

Minho masuk terlebih dahulu dan disambut oleh Jeongin yang sedari tadi merengut kesal.

Diikuti Chan yang masuk dan disambut oleh Changbin.

"hyung... Kita masih punya banyak tugas" kata Changbin.

Melihat Changbin berkata seperti itu, Felix menyikut Changbin.

Happy Ending? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang