D-2

3.4K 123 3
                                    

WARNING!!!
Jangan mau jadi silent reader!! Untungnya buat kamu apa? Hargailah karya author dengan memberikan voment. Lagian vomentkan gratis nggak mesti bayar. Sebuah voment itu memiliki arti tersendiri bagi penulisnya.











2 bulan kemudian

Aku mengerjapkan mataku. Aku merasa kepala ku sangat berat, pusing. Setelah membuka mata, aku melihat ruangan yg ber cat putih.

Aku berusaha melihat kesamping, disampingku aku melihat ibuku,dan nenek yg sedang duduk di sofa sembari tidur.

Aku melihat tangan ku, kenapa banyak sekali kabel?

Oh tidak aku salah, itu bukan kabel, tapi melainkan infus rumah sakit.

Jadi, sudah berapa lama aku disini?

Ceklek

Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunan ku.

Aku melihat seorang pria yg mungkin berumur 20an. Ya, aku kenal dia. Dia om ku. Anak terakhir nenek ku.

"SILVI?!?!"

Sontak aku, dan orang yg sedang tertidur tadi, terbangun.

"SILVI?! KAMU SUDAH SADAR NAK?!"

"DOKTER!"

Setelah ibuku memanggil dokter, aku dicek terlebih dahulu.

"Dia tak apa-apa, tapi untuk kebelakangnya, jangan terlalu sering membuat gaduh di kamar ini, silvi bisa saja merasakan pusing kembali"

"Baik dok"

"Yasudah saya pamit kluar dulu, ayo sus!"

Dokter dan suster yg berada disini, telah keluar untuk menjalan kan tugasnya yg lain.

"Mah, sudah berapa lama aku disini?"

"Sudah 2 bulan"

"Kenapa selama itu? Memangnya aku sakit apa?"

"Kamu koma sayang"

Aku bisa melihat ibuku tersenyum, walau aku tau itu adalah senyum palsu.

"Kenapa koma mah?"

"Kamu kecelakaan"

Aku hanya menganggukan kepala saja.

"Yang lain kemana mah? Kakek kemana?"

"Kakek dan yang lain di depan"

Aku. Silvia. Anak satu satunya dari pasangan, hendra dan lilis.
Aku cucu pertama, aku paling disayang oleh nenek dan kakek ku. Begitupun dengan ku. Aku sayang sekali dengan nenek dan kakek ku.

Tapi jujur saja, aku lebih sayang dengan kakek ku. Selain baik, kakek ku jg pintar matematika. Kakek ku tak melarang keinginan ku untuk menjadi seorang dancer.

Tapi nenek ku? Dia malah menolak aku menjadi dancer, dia malah ingin aku menjadi guru di sekolahan.

Huuftt

Jika aku menentang nenek ku, aku akan dicap sebagai cucu durhaka, pastinya aku tak mau itu.

Tapi aku jg sangat-sangat-sangat ingin menjadi seorang dancer!

Tak apa aku jalani saja. Aku percaya pada tuhan. Dia sudah menentukan mana yang baik dan mana yg buruk bagi ku.

----

Hari ini aku dijenguk oleh kakek ku.

Rasanya sungguh sangat senang!

"Silvi, kamu udh gapapakan?"

"Gapapa kek, silvi udah baikan"

"Syukurlah kalau begitu"

"Tapi kek, aku heran kenapa aku bisa melihat asap yg berwarna hitam, merah, abu. Dan banyak lagi, pokoknya setiap orang dengan asap berbeda! Seperti kakek, aku melihat asap hitam di tubuh kakek, aku merasa kakek tidak lama lagi akan meninggal kan ku selamanya"

"Yang benar?!"

''Iya kek!"

"Sepertinya kamu diberi karunia yg berbeda oleh tuhan, kau berbeda dari semua orang, kau punya kemampuan yg luar biasa"

"Kemampuan apa kek?"

"Kau harus tau dengan sendirinya"

Heran.











hai gaes.
Kayaknya terlalu formal ya bahasanya? Heehee:)
See u next time

SANTET!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang