Chapter 1

12 0 0
                                    

Kaia shinta almira

Pagi ini seperti biasa, kaia bangun dengan wajah lesuh. Karena, semua hari bagi kaia adalah sebuah mimpi buruk. Tak habis habis orang menganggap remeh dirinya. Karena penampilan, ekonomi, ah semuanya. Bagi orang di sekitarnya, kaia adalah seonggoh sampah tak berguna.

Lama ia termenung, kaia sadar kalau mengeluh bukanlah hal yang tepat untuk dirinya. Tidak cocok sekali seorang kaia manusia pemberani cuman bisa mengeluh pada takdir. Sungguh tidak berguna.

Kaia akhirnya memutuskan untuk mandi bersiap pergi ke sekolah.

***

"Kai, besok gantiin ibu jualan ya?" Tanya wanita yang sedang sibuk menguleni sedikit nasi di atas kompor. Namanya bu amel, ibu dari kaia. Kaia senang masih bisa merasakan kasih sayang ibu seperti sekarang ini. Sedangkan ayah kaia, beliau wafat beberapa tahun setelah kaia lulus sekolah dasar. Bu amel, menjual berbagai macam sayuran dari ladang punya tetangga kaia yang bisa dibilang cukup mampu. Hal itu tentu bisa membuat kaia makan kenyang meski kadang hanya telur dan mie saja.

"Ibu sakit lagi ya punggungnya ? Mau kai bawa ke dokter saja ? Kai punya tabungan yang lumayan bu, buat tambah tambah biaya pengobatan ibu" kaia tersenyum tulus. Ia benar benar menyayangi wanita di depannya ini lebih dari apapun. Baginya, ibu adalah nyawa nya. Jika ibu tidak ada, maka untuk apa kaia ada ?

"Tidak usah nak, ini cuman sakit punggung biasa kok. Uang nya kamu tabung saja untuk kuliah" bu amel terkekeh mendengar penuturan anaknya. Kaia memang anak yang sangat pengertian dengan banyak hal termasuk dirinya. "Sudah sana berangkat jangan sampai kamu telat"

Kaia akhirnya menyelesaikan ikatan sepatunya lalu menyalimi tangan ibu nya "kalau ada apa apa ibu ke bu ratna saja ya bu, telpon kaia melalui hp bu ratna, assalamualaikum bu, kai berangkat"

Kaia akhirnya melengos pergi dari pekarangan rumah nya. Tetangga kaia memang terbilang cukup ramah pada ia dan ibunya. Tak jarang juga ada yang memberi beberapa bahan makanan dari ladang punya mereka. Kaia tersenyum menyapa semua orang yang ia lewati, tak pandang kenal atau tidak kenal menurut kaia, menyapa bukan persoalan kita kenal dengan orang tersebut, tapi tentang kita yang tulus ingin membangun tali silaturahmi dengan orang lain.

Kaia tersenyum setelah sampai di depan gang kompleksnya yang terbilang cukup kumuh. Mudah mudahan hari ini, sakit hati yang akan di dapati oleh kaia lebih sedikit dari yang kemarin.

💀💀💀

Kaia akhirnya sampai tepat di depan gerbang sekolah nya yang menjulang cukup tinggi. Selepas membayar uang bajaj yang mengantarnya tadi, kaia turun sedikit berlari untuk masuk ke dalam sekolahnya.

Seperti biasa, tatapan orang orang sangat remeh memandang kaia, bahkan tak jarang orang lewat lalu menertawai penampilannya. Baju kaia memang terbilang kumuh dan terlihat bekas pakai. Warna kuning luntur putih, tas nya yang sudah robek di bagian resleting, sepatu kumuh murah dengan robek yang menganga di bagian samping, rambut yang di gerai dengan jepitan ala kadar di anak rambutnya, tak ada polesan make up bahkan bedak di wajah kaia. Benar benar sederhana, tak apalah tujuan kaia kesini memang untuk belajar bukan mencari teman atau untuk mendapat pujian.

Karena semakin risih dengan tatapan tak suka oleh murid di sekolah nya, kaia mempercepat langkahnya dengan menundukan kepalanya. Hingga tak sadar bahu kaia bertabrakan dengan bahu orang lain. Kaia sedikit mendongak melihat siapa yang tidak sengaja dia tubruk itu.

'Siapa dia ?'

"Maaf ya, aku ga sengaja" kaia menundukan badannya lalu melangkah maju untuk beranjak dari sana.

"Eits, bentar"

"Kenapa ya ? Maafin aku, aku bener bener ga sengaja" kaia merapatkan kedua tangannya meminta maaf. Lelaki yang dia tabrak tadi terkekeh pelan lalu menarik tangan kaia berjalan berbalik arah.

"Anterin gue ke ruang kepala sekolah ya, gue gatau arah jalan disini"

Kaia bingung, kenapa harus dia ? Terlebih lagi kalau kaia boleh jujur laki laki yang sedang menarik tangannya ini adalah laki laki yang perfect. Wajah tampan, rahang nya tegas, jangan lupakan mata elang pria itu, kaia deg deg an di buatnya.

Lama termenung, kaia akhirnya sadar kalau dia adalah pusat perhatian murid di sekolahnya saat ini. Kaia memperhatikan sekelilingnya, tepat. Dia memang pusat perhatian saat ini.

"Oy, jangan bengong ini jalannya kemana gue ga nemu dari tadi"

"A...ah ruang kepala sekolah ya ? Sini aku anter. Tapi tangan kamu boleh di lepas dulu ga ? Semua orang liatin kita" kaia berusaha melepaskan tautan tangannya dengan pria itu. Mau tak mau saja kaia melakukan itu, daripada harus dapat pembullyan masalah baru. Apalagi penyebab pembullyan itu, sudah menatapnya haus darah di ujung koridor sana. Kaia main aman saja, lagipula tidak pantas sekali tangan kotornya menggenggam tangan lembut kekar milik laki laki di samping nya ini.

"Yaudah, ini kemana"

"Ikut aku"
.
.
TBC
Kalau nda malas 🙏🏽

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KaiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang