4

4.9K 371 12
                                    




6 Years later>>



Gadis tomboy dengan pakaian kantor itu berlari dengan tergesa-gesa. Dalam dekapannya terdapat proposal perencanaan pembangun apartemen yang harus diserahkannya kepada direktur perusahaan tempatnya bekerja.

Sebenarnya bisa saja diserahkan besok, namun ia ingin segera menyerahkannya agar tugasnya yang lain bisa ia selesaikan dengan cepat.

Netranya menatap jam tangannya, ia tak sempat memperhatikan ke depan sehingga ia menabrak seorang pria. proposalnya yang belum tercover langsung berhamburan, bajunya juga basah karena minuman yang dibawa pria itu.

Ia merasa jengkel. Ia mendongak menatap pria jangkung didepannya itu dengan sengit. Namun belum sempat ia berteriak marah, ia malah terpaku.

Lelaki didepannya begitu tampan memikat, hidung mancung bak perosotan, juga bibir tipis yang sensual. Rambut cokelatnya yang panjang membuat kharisma yang khas baginya. Begitu tak tercela.

"Kau tak apa?"

Tenten segera menunduk, ia merona. "A-aku tak apa-apa."
Ia berjongkok untuk mengambil proposalnya yang berhamburan. Pria tersebut juga ikut membantu.

"Baju dan kertas ini basah."

"T-tak apa, aku masih mempunyai soft file nya. Tinggal diprint saja."

Mereka berdiri setelahnya.

"Ayo, ke rumahku."

Wajah Tenten langsung merah padam. Belum apa-apa sudah diajak kerumah!

"Rumahku ada disekitar sini. Aku akan meminjamkan mu baju adik ku juga mengeprint ulang proposal mu."

Oh, ternyata.

"Ba-baiklah."

Tenten mengikuti dengan langkah kaku. Wajahnya merona. Tenten sudah menembakan panahnya pada lelaki tampan berambut cokelat itu. Ia harus mendapatkannya!

Tak sampai limabelas menit lamanya. Mereka sampai di sebuah rumah besar tanpa pagar dan halaman luas. Dibanding terkesan mewah, rumah tersebut lebih terkesan antik, kuno, tapi menakjubkan dan indah.

Interiornya mungkin diperbarui dan dibuat semirip mungkin dengan yang dulu agar tak terkesan kuno sekali.

Tenten dibawa memasuki rumah besar yang begitu lenggang dan sepi.

"Hinata? Bisa kau bantu aku?"

Suara berat nan seksi itu terdengar menggelegar dirumah sepi tersebut. Namun bukan hal itu yang membuat Tenten terpaku. Tapi sesosok perempuan yang dipanggil pria bernama Neji tersebut.

Pantas saja ia merasa familiar dengan iris Neji. Ternyata hampir mirip dengan teman sekelasnya dulu.

Hinata yang Tenten kenal dulu adalah gadis penggoda dengan dandanan yang berlebihan. Namun kini dihadapannya, ia mendapati sesosok malaikat dalam diri Hinata.

Hinata begitu cantik dengan wajah natural tanpa make up nya. Helaian indigo panjangnya begitu memesona. Pakaiannya yang panjang dan tertutup membuat Tenten tak bisa berkata-kata akan penampilan Hinata sekarang.

"Hinata, bisa kau pinjamkan bajunya untuk Tenten?"

Ah, mendengar namanya disebut dengan merdunya oleh pria tersebut membuatnya melayang. Ia bahkan lupa tadi ia sudah berkenalan.

Hinata menoleh kearahnya dengan senyum manis. "Oh, Tenten-san! Lama tak jumpa."

Tenten berjengit melihat keramahan Hinata.

Bitch?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang