BAB #3

15 0 0
                                    

---Keesokan harinya---

Pagi hariku di sekolah diawali dengan keramaian dan kehebohan seisi kelas bahkan seisi sekolah, apalagi kalau bukan karena si anak baru itu. Ya, anak baru itu akan memulai kegiatannya sebagai siswa baru hari ini.

Akhirnya wali kelasku datang bersama dengan anak baru itu. Dan benar saja! Penampilannya kacau. Seragamnya dikeluarkan, kancing seragam yang tidak dikaitkan hingga terlihat kaos hitam yang ia pakai di dalamnya, tasnya hanya dislempangkan kepundak dengan satu tangan, rambutnya acak – acakan. Ih! Aku gak tahan lihatnya. Walaupun teman – teman cewek di kelas menganggap penampilannya keren, tapi tidak denganku.

“Kenalin, nama gue… eh maksudnya nama aku Benzio Pradikto. Terserah mau panggil apa, tapi gue… eh aku lebih suka dipanggil Ben.”
Dia memperkenalkan dirinya dengan logatnya yang benar – benar membuktikan kalau dia anak Jakarta.

“Udah punya pacar belum?” Tiba – tiba Ody nyeletuk dengan pede.

Anak baru itu bukannya menjawab pertanyaan Ody tapi malah tersenyum angkuh hingga membuat Ody kesal.

“Oke, sesi perkenalannya sudah dulu, bisa dilanjutkan nanti sembari kalian membantu Benzi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Nak Ben, ada dua bangku kosong, yang satu di pojok belakang dan yang satunya bangku di depan Bella.”

Demi apapun, aku gak mau kalau cowok tengil itu duduk di depanku, bisa muntah karena gak tahan sama ketengilannya nanti.

“Tapi Bapak mau kamu duduk di bangku depannya Bella saja, agar kamu bisa mengobrol leluasa dengan teman – teman barumu.”

What? Wah kacau! Bisa gila aku kalau begini caranya. Apalagi Ody penggemar berat tuh cowok tengil, gak kebayang kalau selama pelajaran harus dengerin Ody ngoceh tentang ketampanan cowok yang ada di depanku. Ya Tuhan, bantu aku kali ini.

“Mmm, maaf Pak, tapi saya ingin duduk di bangku pojok itu saja, saya rasa akan lebih nyaman untuk saya saat ini.” Ucap Ben sambil menunjuk bangku yang di pojok.

Betapa bahagianya aku saat ini hingga ingin lompat – lompat rasanya, tapi tak mungkin kulakukan.

“Baiklah kalau itu lebih membuatmu nyaman di kelas ini, silakan duduk.”

“Baik, terimakasih, Pak.”

Selama pelajaran berlangsung, satu kelas kecuali aku tidak bisa fokus terhadap pelajaran, mereka terlalu sibuk berbisik dan mengamati Ben, anak baru itu.
Dan seperti yang aku duga, dia tidak peduli dengan sekitarnya. Ben hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru yang mengajar, entah itu benar – benar memperhatikan atau hanya agar terlihat sebagai siswa yang patuh.

---Bel Istirahat---

“ody, aku laper nih, makan soto yuk!”

“Engga ah, males. Enak juga di kelas, bisa kenyang langsung tanpa makan.”

“Hah? Kamu ngomong apaan sih, gak paham deh.”

“Tuh, liat deh! Ada pangeran duduk sendirian di pojok. Liatin dari sini aja udah bikin kenyang, Bel.” Oceh Ody sambil menatap Ben yang sedang duduk sambil memejamkan matanya. Sepertinya dia sedang mendengarkan lagu lewat airpod nya.

“Aduh, Ody… Please deh gak usah halu gitu, ntar laper baru tahu rasa kamu.” Aku mencoba menyadarkan Ody dari kehaluannya yang tingkat dewa.

“Beneran deh, Bel. Gue males ke kantin.”

“Ah yaudah aku ke kantin sen….” Belum selesai ngomong, tiba – tiba Ben berdiri dan keluar dari kelas. Sepertinya dia terganggu karena keributanku dengan Ody.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Retta & BenziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang