Desingan peluru terakhir yang dimuntahkan pistol yang ia pegang membuat Justin menyeringai puas. Sesosok pria yang-tadinya-sempat memberontak di hadapannya sekarang sudah terkapar tidak bernyawa di lantai semen kasar yang ia pijak. Darah membasahi kepalanya yang ditembus oleh proyektil peluru. Ia berakhir dengan mengenaskan. Ekspresi ketakutan tampak masih kentara di wajah pria yang sudah menjadi mayat itu. Di belakang jasadnya, empat sosok mayat rekannya bergeletakan. Semuanya mati dengan penyebab yang sama. Timah panas yang menembus tengkorak kepala mereka.
Seringai kejam kembali terpulas di wajah Justin. Ia menatap kelima tubuh tanpa nyawa itu dengan pandangan merendahkan. Sampah. Kata itu bergema di dalam kepalanya. Ya, lima jasad di hadapannya ini bukanlah orang-orang yang pantas dibiarkan hidup. Orang-orang yang berani mengusik segala sesuatu yang berhubungan dengannya pantas dibinasakan. Bukan sekali ini saja Justin melakukan perbuatan yang serupa. Ini untuk yang kesekian kalinya.
Justin tetaplah Justin. Ia tidak akan segan-segan mengotori tangannya sendiri dengan darah orang-orang yang melawannya. Ia tahu ini perbuatan ilegal, tetapi ia sendiri menyukainya. Seperti ada kepuasan tersendiri di dalam hatinya ketika mendapati ekspresi orang-orang yang meregang nyawa karena ulahnya. Gangguan jiwa? Justin sendiri mengakui jika ia mungkin memang begitu. Sekali lagi, Justin tetaplah Justin. Ia tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengganggunya. Ia tidak peduli apabila nantinya dicap sebagai pengidap gangguan kejiwaan atau apapun itu. Ia tidak butuh komentar orang-orang terhadap hidupnya.
Pistol yang tadinya berada dalam genggaman Justin kini berpindah ke tangan Mark. Dengan sigap Mark menangkap pistol itu saat Justin melemparkannya padanya. Tatapan Justin masih terpaku pada tumpukan jasad di hadapannya. Kali ini ekspresi wajahnya kembali datar. Hanya kilatan tajam dari bola matanya yang menandakan jika amarahnya belum pupus sepenuhnya. Bodoh dan nekat. Justin masih tidak mengerti mengapa lima orang yang sudah tidak bernyawa di hadapannya ini mau menerima pekerjaan untuk menyabotase dan membakar gudang miliknya. Ketika diinterogasi, lima orang itu berkata jika mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya orang-orang yang memerintahkan mereka untuk melakukan itu. Mereka diiming-imingi bayaran mahal dan diberikan uang muka dengan nominal tidak sedikit. Mereka menyetujui tawaran itu tanpa mencari tahu dahulu siap sebenarnya orang yang memerintahkan mereka dan apa tujuannya.
Justin sebenarnya tidak puas dengan jawaban mereka. Tetapi, mau bagaimana lagi. Menyiksa mereka sampai setengah mampus juga tidak akan membuahkan hasil karena kenyataannya mereka benar-benar tidak tahu. Mereka hanya sekumpulan anggota mafia kecil dari daerah tetangga yang tergiur begitu saja dengan bayaran besar. Ini membuat Justin muak. Ia benci jika menemui jalan buntu seperti ini. Jadilah ia melakukan penembakan seperti tadi. Nyawa orang-orang tidak akan terlalu berharga baginya.
"Musnahkan mayat mereka," ucap Justin dengan nada dingin. Ia berbalik lantas berjalan ke luar dari areal gudang di mana ia berada. Ini adalah gudang perlengkapan miliknya yang kesekian. Letaknya tepat di tepi laut dan tidak terlalu jauh dari areal latihan tembak yang ia miliki.
Bawahan Justin mengangguk mengerti. Salah seorang dari mereka mengambil wadah minyak yang berisi kerosin lalu menyiramkannya ke atas tumpukan mayat itu. Jarak Justin sudah lumayan jauh ketika jasad-jasad tak bernyawa itu mulai hangus oleh kobaran api. Aromanya yang mencekam padat memenuhi udara. Beberapa bawahan Justin yang tampak belum terbiasa dengan hal-hal semacam ini kontan bergidik ngeri. Mereka mengusap lengannya masing-masing dan menggelengkan kepala berkali-kali.
Justin bergumam tak acuh ketika melihat respon para bawahannya itu. Ia sengaja membawa beberapa anggota baru untuk mengurusi masalah ini. Menurutnya mereka perlu belajar. Bukan dengan simulasi, tetapi dengan tindakan langsung seperti ini. Anggaplah seperti tes tidak langsung. Yang bertahan akan terus diperkerjakan oleh Justin. Sedangkan yang tidak akan dipulangkan olehnya dengan keadaan masing-masingnya disumpal dengan sejumlah uang agar mereka tetap tutup mulut. Kegiatan semacam ini ilegal, 'kan? Tentu Justin harus menjalankannya dengan serapi mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope and FALL
RomanceKenekatannya dalam mencari pekerjaan demi mengumpulkan uang untuk membantu sang ibu angkat melunasi hutang membawa Angelique bertemu dengan sosok Justin, seorang tuan muda yang memiliki sifat terlalu perfectionist. Ia bekerja sebagai pelayan pribadi...