Ini semua diluar perkiraan Angelique. Ia tidak menyangka jika Leon berada di apartemen. Kakak laki-lakinya itu duduk di sofa sembari menatapnya tajam. Pertanyaannya tadi masih terngiang-ngiang. Bukannya menjawab, Angelique malah diam. Entah mengapa secara tiba-tiba ia kehilangan kemampuan untuk menjawab. Leon yang sudah menantikan jawabannya dari tadi tampak geram karena Angelique tidak merespon sedikitpun.
"Dari mana saja kau, Angelique?!!" Leon benar-benar marah. Ia beranjak dari posisi duduknya, mendekati Angelique dan mencengkram pundak adiknya itu.
"Kau punya mulut untuk menjawab!" Leon berseru lagi. Ekspresinya yang diliputi kemarahan membuat Angelique tidak berani menatapnya.
"Aku, aku ...." Hanya itu yang diucapkan Angelique, gadis itu menggigit bibirnya dan tidak tahu harus mengatakan apa.
Leon menghentikan cengkraman tangannya dan menghembuskan napasnya gusar. Ia mengusap wajahnya perlahan, benar-benar tidak menyangka jika emosinya bisa memuncak seperti ini. Angelique bahkan tidak berani menatapnya dan Leon yakin adiknya itu ketakutan.
"Dua minggu penuh tidak menghubungiku, kau tidak ada di apartemen, kau juga tidak ada di tempatmu magang, bahkan aku mendapat kabar jika kau pindah magang. Mengapa kau tidak mengatakan semua itu? Ke mana saja kau selama ini? Kau tahu seperti apa cemasnya aku, hah?"
"Maaf, Leon." Angelique merasa bersalah sekarang. Ia terlalu sibuk dengan semua urusannya dan tidak meyempatkan untuk memberi kabar pada Leon.
"Permintaan maaf tanpa penjelasan tidak akan cukup, Angel." Leon membawa Angelique agar mereka berdua sama-sama duduk di atas Sofa.
Posisi duduk mereka berhadapan, dengan keadaan Angelique yang masih tidak berani menatap Leon. Ia meremas telapak tangannya, merasakan jika permukaan telapak tangannya itu berkeringat dan dingin.
"Jelaskan, Angel."
Angelique mengangkat kepalanya, menatap wajah Leon yang sudah berekspresi normal. Ia menghela napas sejenak, lalu mulai berbicara, "Aku memang pindah tempat magang sejak dua minggu yang lalu. Sebenarnya, itu sudah kurencanakan sejak awal bulan. Perusahaan yang menjadi sponsor acara kampus tempo hari menawariku posisi magang di sana, tentu aku tidak menolaknya."
"Ke mana kau pindah?"
"Erchanhardt Corporation."
Raut wajah Leon berubah drastis setelah mendengar itu. Seakan-akan ia tidak percaya dengan apa yang diucapkan sang adik. Ia merasakan suatu hal yang janggal namun ia tidak mengerti di bagian mana hal janggal itu.
"Lalu, apa yang membuatmu tidak menghubungiku sampai selama itu? Semua panggilan, pesan singkat, dan juga chat tidak ada yang kau balas sama sekali."
Pertanyaan ini ingin sekali Angelique hindari. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan alasannya tanpa terdengar mengada-ngada. Apakah Leon akan percaya jika ia mengatakan jika ia sibuk? Meskipun kenyataannya tugasnya sebagai asisten pribadi Tuan Justin benar-benar sangat padat, Angelique tidak yakin jawabannya bisa membuat Leon puas. Walau bagaimanapun, ia masihlah mahasiswa magang. Sulit dipercaya jika pekerjaannya bisa menyita waktu.
"Aku mengambil pekerjaan sampingan selain melakukan kegiatan magang." Angelique menelan ludahnya setelah mengatakan itu. Ia siap jikalau Leon akan meledak karena mendengar perkataannya.
"Apa?!" Benar saja, Leon kembali menyentak dengan nada tinggi.
"Itu benar, Leon. Aku menjalankan tugas magang sebagai asisten pribadi untuk Mr. Erchanhardt, dan pekerjaan sampingan yang aku ambil yaitu menjadi pelayan pribadi yang memenuhi segala kebutuhannya juga mengawasinya."
Berbeda dengan perkiraan Angelique yang menganggap Leon akan marah dengan jawabannya itu, kakak laki-lakinya itu ternyata malah terdiam. Raut wajahnya menandakan jika ia sedang memikirkan sesuatu. Tangannya terkepal erat ketika memikirkan segala sesuatu perkiraan di dalam kepalanya. Leon hanya bisa berharap, jika Mr. Erchanhardt yang dimaksud oleh Angelique bukanlah dia. Bisa saja itu Erchanhardt yang lain. Mengingat Erchanhardt Corporation adalah perusahaan keluarga, tentu bukan hanya pimpinan perusahaan saja yang menyandang nama belakang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope and FALL
RomanceKenekatannya dalam mencari pekerjaan demi mengumpulkan uang untuk membantu sang ibu angkat melunasi hutang membawa Angelique bertemu dengan sosok Justin, seorang tuan muda yang memiliki sifat terlalu perfectionist. Ia bekerja sebagai pelayan pribadi...