5. Kenapa aku?

876 126 0
                                    

Haiiii manteman

🦋🦋🦋

"ini namanya kencan?" Batin Runa kembali berseri.

Saat ini mereka, Runa dan temannya Jeven baru saja mendarat di sebuah cafe, setelah tadi puas bermain di alun alun kota, kini mereka beristirahat.

"Nanti ceritain yang sebenarnya sama Erlan ya" Itu Jeven membuka suara, setelah memesan makanan mereka terdiam agak canggung

"Dia bakal marah"

"Dia juga bakal tau apa alasannya"

Runa tersenyum, tangannya tak lagi di pangkuan kakinya melainkan di atas meja berbentuk kotak itu. "Makasih ya."

"He'em, jangan sungkan kalo mau cerita lagi"

"Iya iya, Jeven emang terbaik" Runa terkekeh, dibalasnya senyuman pede dari lawan bicaranya itu.


Pada akhirnya pertemuan mereka berpisah di depan rumah Runa, Jeven mengantarnya pulang lagi, karna mungkin baginya memang sudah tanggung jawabnya jika membawa seseorang untuk pergi.

Setelah Si cantik itu benar benar masuk ke rumahnya, Jeven pergi dengan motornya pelan, agar tidak mengganggu orang dengan suara motornya, Karna posisinya sudah malam, kurang lebih 3-4 jam dia bersama Runa tadi. Menurutnya itu pengalaman seru.

Tak lama setelah dirinya merebahkan di kasur kesayangan, ponselnya yang disimpan di atas nakas itu berdering menandakan masuknya telepon dari seseorang.

"Halo?" Jeven mengawali sapaan.

"Kamu dari mana aja?" Suara familiar di sebrang sana menanyakan sesuatu pada Jeven.

"Jalan jalan, mau ajak kamu tapi gabisa di hubungin"

"Kenapa kamu ga bilang dari kemarin, Tadi siang kamu ke runah ya? sorry banget aku lagi sama temen temen."

"Iya gapapa kok, Nanti kapan kapan lagi"

"Makasih banget udah ngertiin Jev" Pemuda itu yang mendengarnya hanya tertawa kecil, sedikit tersanjung. Mengapa juga harus marah padanya, toh dia gak salah main ke rumah temennya doang,kan?

"Iya Jina" Ucap Jeven yang nada nya super lembut.

"Ehm, Besok boleh antar aku?"

"Boleh dong, kemana?" Ya, padahal Jeven belum tahu apakah besok dirinya sibuk atau tidak.

"Tempatnya besok aku omongin, Makasih ya Jev aku tutup dulu" Akhirnya sambungan telepon diputus salah satu dari mereka, Jina terdengar seperti sedang buru buru.

"Mana, Ma?" Jina terlihat mencari cari sesuatu, Setelah mendengar teriakan Mama-nya yang memberi tau sesuatu dari bawah sana, Jina turun menghampirinya.

"Di meja depan, dari siapa sih?"

"Dari Givan, hihi." Jina berbisik pada diri sendiri, tertawa geli setelahnya.

Dibawanya paket tersebut ke lantai atas, ia menuju kamarnya dan akan membukanya disana. Setelah mencari cari Gunting, Jina mulai membuka paket tersebut perlahan.

Friendship ; eunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang