Title : Time of Our Life
Genre : Family, Romance, Humor, Drama, Slice of life.
Rated : T - Semi M
Cast: Fajar Alfian, Rian Ardianto, Kevin Sanjaya, Marcus Gideon, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, and others.
WARNING : YAOI (MALE X MALE), GAY STORIES, ALTERNATIVE UNIVERSE, EYD AND TYPO.
Cerita ini hanya fiksi belaka. Tidak suka? Tinggalkan atau silahkan beri kritik.---------
Sore hari...
Rumah Sakit Century.
Anthony sudah akan pulang, jika saja tidak mendengar teriakan dari arah unit gawat darurat.
"Cepat panggilkan dokter!"
Anthony segera berlari menghampiri salah satu bangsal yang dikelilingi oleh dua orang suster. Salah seorang suster terlihat memasang infus, sementara yang satunya terus menekan ambubag untuk mengalirkan oksigen ke pasien. Anthony memperhatikan pasien yang terkapar di ranjang. Beberapa luka terlihat di bagian pelipis kepala dan kakinya. Anthony mengeluarkan senter, kemudian mengarahkan cahaya ke mata pasien. Terlihat pupil mata bergerak, menandakan pasien masih punya kesadaran
"Jelaskan secara singkat," pinta Anthony sambil memeriksa bagian dada pasien dengan stetoskop.
"Kecelakaan motor tunggal. Pasien terjatuh saat menerobos lubang. Kakinya diduga patah," jelas suster yang memasang infus.
Begitu penjelasan suster selesai, Anthony mendengar suara yang tidak normal dari bagian kiri pasien. Ia terdiam sejenak. Jika dugaannya benar, gumpalah tersebut adalah darah. Ini berbahaya!
"Suster, lakukan USG dan persiapkan operasi darurat! Panggil dokter Axelsen dari bagian bedah," perintah Anthony tegas.
Ternyata perkiraan Anthony tepat, begitu dilakukan USG terlihat pendarahan di bagian lambung. Tanpa buang waktu, operasi segera dilakukan. Operasi yang dilakukan memakan hampir 4 jam karena harus menghentikan pendarahan sekaligus mengoperasi kaki yang patah.
Begitu operasi selesai, Anthony dan Axelsen segera dihampiri oleh seorang wanita paruh baya.
"Bagaimana kondisi jojo? Anak saya baik-baik aja kan?"
Anthony tersenyum, "Anak ibu sudah mendapatkan perawatan dan dipindahkan ke kamar pasien. Jika tidak ada masalah, anak ibu akan sadar begitu obat biusnya habis," jelasnya.
Wanita itu memegang tangan Anthony sambil terus berterima kasih. Membuat Anthony merasa canggung. Karena sebenarnya ia tidak terlalu suka melakukan skinship.
Menyadari tingkah Anthony yang tak nyaman, Axelsen segera mengambil alih, "Sama-sama bu. Kalau begitu kami pergi dulu. Jika terjadi sesuatu, bisa beritahu suster atau kami di ruangan sana," Axelsen menunjuk ke arah ruangan dokter di samping meja registrasi. Wanita tersebut mengangguk mengerti.
"Kalau begitu kami permisi dulu," lanjut Axelsen.
Anthony mengekor Axelsen menuju ruangan dokter.
Setibanya di sana, Anthony merebahkan dirinya di sofa panjang dan memejamkan mata. Tak perlu waktu lama, hingga Anthony jatuh tertidur karena kelelahan. Axelsen yang melihat rekannya tertidur segera mengambil selimut yang memang sengaja disediakan bagi para dokter yang berjaga. Dengan hati-hati, ia menyelimuti Anthony.
"Selamat tidur Ony," ucap Axelsen pelan.
Sudah menjadi rahasia umum di rumah sakit, kalau sebenarnya Axelsen menaruh hati pada Anthony.
-------
Tidur Anthony terganggu begitu seorang suster mengguncang tubuhnya.
"Dokter Ony, pasien kamar 102 sudah sadar dan dia sekarang mengamuk," kata suster ber-nametag Fitriani.
Anthony bergegas menuju kamar 102 dengan setengah berlari. Disusul suster Fitriani dan beberapa suster lainnya.
Begitu Anthony tiba di depan pintu kamar, ia mendengar teriakan cukup kencang. Disusul dengan bunyi benda-benda di lempar.
"BULAN DEPAN JOJO HARUS TANDING BU! KALO KAKI JOJO KAYAK GINI, GIMANA JOJO BISA IKUT!"
Sial bagi Anthony, begitu ia membuka pintu sebuah bantal mengarah tepat ke wajahnya. PLUK! Bantal tersebut merosot jatuh dan menunjukan wajah Anthony yang kesal.
Si pelaku pelemparan terduduk diam di ranjang sambil menatap ke arah dokter yang tengah menghampirinya.
TAK! bunyi ketukan di kepala Jojo. Tidak diduga kalau Anthony baru saja menjitak pasiennya. Sementara, Jojo meringis sakit sambil mengusak bagian kepala yang dijitak.
"Berhenti bersikap kekanak-kanakan dan jangan kasar pada ibumu. Kakimu akan membaik setelah 6 bulan perawatan." tegas Anthony.
"Tidak bisa dipercepat? 6 bulan itu lama sekali! Dokter tidak tahu ya, saya ini atlet bulutangkis kebanggaan negara, Jonathan Cristie. Apa jadinya kalau saya harus istirahat selama 6 bulan! Nggak bisa, dokter harus membuat kaki saya sembuh bulan depan! Saya akan bayar berapapun!"
Anthony menatap jengah. Dia paling malas kalau harus berhadapan dengan pasien yang keras kepala dan sombong begini. Siapa tadi namanya? Jonathan Cristie? oh, peraih medali emas di asian games yang sempat bikin heboh para wanita karena adegan buka bajunya itu.
"Begini ya Jonathan. Kamu baru saja mengalami fraktur tulang betis. Istilah mudahnya patah tulang betis. Lalu kamu juga baru saja menjalani operasi karena ada pendarahan di dalam perutmu. Menurut perkiraan saya, kamu baru bisa sembuh total kurang lebih 6 bulan. Itu pun kalau tidak ada komplikasi lanjutan," jelas Anthony.
Jonathan terdiam. Bulan depan sudah turnamen india open, bulan berikutnya swiss open, disusul rusia open dan thailand open, dan 5 bulan lagi ada indonesia open. Tidak mungkin dia melewatkan banyak turnamen besar sekaligus! Namun ia sadar, tidak ada cara cepat untuk membuatnya sembuh. Seandainya saja, ia lebih fokus saat mengendarai motor. Seandainya saja ia cukup tidur. Semua ini tidak akan terjadi. Dia akan tetap bisa mengikuti turnamen yang diimpikannya.
Kepala Jonathan tertunduk. Tak lama terdengar isakan kecil yang cukup bisa didengar Anthony.
"P-padahal sedikit lagi. Aku sudah mempersiapkan segalanya. Tapi kenapa..."
Tangan Jonathan mengepal erat selimutnya. Ibu Jonathan yang sedari tadi ada di sana pun ikut merasa terpukul. Namun sama seperti Jonathan, ia tahu tidak bisa melakukan apapun.
Anthony menghela nafas. Sebagai seorang dokter, moment seperti inilah yang paling ia benci, moment ketika ia melihat pasiennya terpuruk.
"Mungkin aku bisa membantu penyembuhan mu lebih cepat. Tidak dalam waktu dekat. Tapi kalau berhasil, kamu bisa ikut Indonesia open."
Di telinga Jonathan, perkataan Anthony ibarat oasis di tengah gurun. Sebuah harapan...
Jonathan berhenti terisak. Ia menatap lekat dua saphire hitam milik Anthony, Kemudian beralih memandang name tag yang bertuliskan nama panjang Anthony, Anthony Sinisuka Ginting.
"Terima kasih dokter Anthony."
"Panggil saja dokter Ony."
----continue----
Chapter berikutnya tentang Marcus-Kevin.
YOU ARE READING
Time of Our Life [FAJRI, MARVIN, JOTING]
Fanfic{cover by: @canva} Semua kisah pasti bermula dari sebuah pertemuan. Hanya saja, terkadang pertemuan itu tidak pernah terbayangkan sekalipun. Rian, Kevin, Anthony, dan kisah mereka masing-masing. Warning: bxb , kapal lokal, penepuk bulu angsa cast:...