Cerita baruku. Semoga suka!
Happy Reading!
🥀
Suara decakan kesal lagi-lagi terdengar dari bibir tipis Adelie. Dikeluarkannya sebuket bunga mawar merah yang masih terlihat segar dari dalam tasnya. Sebuah kertas kecil terselip bersama buket bunga yang kini ia genggam.
'Pagi :)'
Hanya sapaan singkat yang tertulis dikertas itu. Tanpa sadar, rasa kesalnya sedikit berkurang yang tergantikan sebuah senyuman tipis yang hampir tak terlihat. Sebuah tepukan dibahu membuatnya tersadar dan senyuman tipis memudar. "Ehh"
"Kenapa?"
"Ngga apa" jawab Adelie acuh.
"Yuk keluar, bentar lagi upacara mulai tuh" ajak Elen, sahabat Adelie. Adelie hanya mengangguk.
Elen Serena, yang kerap dipanggil Elen. Mereka sudah menjalankan pertemanan dari kelas 7 SMP. Satu-satunya sahabat yang selalu ada dalam keadaan apapun. Selalu menerima kekurangan Adelie. Katanya sih "Di dunia ngga ada yang sempurna. Makanya manusia itu disatukan untuk saling melengkapi". Dan Adelie selalu memutar bola mata jengah. Walaupun, hatinya tengah menghangat melihat sahabatnya yang benar-benar tulus.
"Bentar" singkat Adelie.
"Bunga lagi?!" Pekikan yang tak wajar membuat banyak pasang mata menatapnya. Ya siapa lagi kalau bukan Elen. Bagi Adelie, Elen itu cerewet, menyebalkan, suara cempreng, rempong, hidup lagi.
"Elen" geram Adelie dengan tatapan tajam, menahan kesal. Yang ditatap hanya menunjukkan deretan giginya tanpa dosa. "Peace! Hehe"
Adelie hanya memutar bola mata malas, dan memasukan bunga ke dalam tasnya. Dirogoh tasnya, mencari barang yang akan dipakainya. Seketika matanya membola, ia menepuk keningnya.
"Ya ampun gue lupa ngga bawa topi Len! Aduh gimana inii?!" Ucapnya
"Kok bisa sih? Lupa naruh kali Del. Coba cari lagi deh!"
"Ihhh beneran ngga ada" Adelie mengobrak-abrik tasnya. "Terus gimana dong?" Tanya Elen polos.
"Ya ngga tau lah dodol"
"Ihh kok lo ngatain gue sih?!"
"Lo berisik!"
"Gue panik lah bege" Kesal Elen. Adelie hanya memutar bola mata jengah. "Gue yang ngga bawa, ngapa lo yang panik?"
"Dasar teman tak tau rasa diuntung" dengan kesal Elen meninggalkan Adelie. Adelie yang melihat itu membulatkan mata.
"E--ehh ngapa lo ninggalin gue?"
"Ya teruss?" Kini giliran Elen yang memasang wajah sok polosnya.
"Bantuin cari topi lah"
"Cari sendiri lah!" Kata Elen meninggalkan Adelie yang menatapnya cengo, tak percaya.
"Sialan"
🥀🥀
Matahari terik begitu menyengat kulit. Peluh keringat menetes di dahinya, diusapnya kasar. Menghela nafas lelah, sudah setengah jam lebih upacara berlangsung. Matanya menyipit melihat keatas mimbar, dimana seorang guru masih memberi pengumuman yang tidak begitu penting baginya. Ya karena hanya sekilas itu-itu saja? Tanpa adanya topi diatas kepalanya benar-benar membuatnya tersiksa. Salahkan saja dirinya yang begitu ceroboh. Elen benar-benar meninggalkan dirinya berbaris di depan, tepat beberapa siswa yang terlambat dan tidak memakai atribut lengkap.
Menghela nafas lega, akhirnya yang ditunggupun tiba. Upacara selesai beberapa menit yang lalu. Semua murid diperbolehkan memasuki kelasnya, tetapi tidak dengan dirinya dan murid-murid yang berbaris di depan. Mereka harus merasakan konsekuensinya, melaksanakan hukuman yang diberikan oleh guru piket.
🥀🥀🥀
Adelie berjalan sembari mengelap keringat di dahinya. Adelie membuka pintu kelas perlahan. Adelie mengerutkan dahi melihat keadaan kelas yang benar-benar kosong.
Adelie dengan cepat berjalan menuju tasnya mencari handphone. Kerutan indah kembali menghiasi di dahinya. "Elen! Lo dimana? Ngga usah bercanda deh!" teriaknya kesal. Adelie membuang lipatan kertas yang tadi ia baca. Dengan cepat, Adelie berlari keluar kelas. Tetapi naas menghampiri. Belum sampai menggapai pintu, sebuah tangan menggenggam erat lengan Adelie sehingga ia meringis. Adelie berbalik sembari menghentakkan tangannya agar terlepas, tetapi tidak berhasil. Adelie tidak bisa melihat jelas wajah orang yang sekarang berada dihadapannya. Pakaian serba hitam, wajah hanya terlihat matanya saja, dan hal itu membuat rasa takut Adelie menghampiri.
"Kamu s--siapa? Lepas!" bukannya melepas tetapi orang tersebut mempererat genggaman di lengan Adelia.
"Lepas! Tolong" Adelie membulatkan mata melihat apa yang dipegang di tangan orang itu.
"Ti--tidak t-tolong! Aah!"
🥀
Partner
sibambankCover by
heyyojennThank you 🙃

KAMU SEDANG MEMBACA
Setangkai Bunga
Teen Fiction'Cantik. Seperti orangnya, yang lagi baca :)' Adelie Resha Lagi. Adelie menghembuskan nafas kesal. Pasalnya, ini sudah berkali-kali terjadi padanya. Ia mendapatkan bunga misterius yang entah dari siapa dan selalu menemukan didalam tasnya. Tasnya, bu...