CDJ_01

58 11 3
                                    

Diluar udara masih sangat dingin. Semburat warna jingga memberi kesan bahwa baru saja malam telah usai. Bukan lagi bulan atau bintang yang menghiasi langit. Malam telah tenggelam. Meninggalkan kelam yang berganti dengan temaram hangatnya sang Fajar.

Seorang gadis duduk di dalam kelas. Baris ke empat bangku terdepan dan dekat jendela adalah tempat favorit gadis itu. Sunyi, sepi bahkan sendiri adalah hal yang paling disukainya.

Ia tersenyum, dibawah hangatnya cahaya yang menyilaukan. Lalu matanya tertuju keluar jendela yang terbuka. Senyumnya tak pernah luntur tatkala menikmati beribu-ribu nikmat keindahan ciptaan Tuhan. Terutama saat matahari terbit dan tenggelam, sunset and sunrise dua hal yang paling gadis itu sukai.

Tak ada yang mengusik sampai ruangan sunyi itu pecah oleh suara nyaring seorang gadis yang baru saja datang dari arah pintu.

"Senja Anantha, akhirnya lo sekolah juga! Gak tau apa? Gue serasa jadi jomblo beneran! Duduk di bangku depan sendirian." Sembur Mega dengan wajah cemberutnya.

"Mega kamu bikin aku kaget saja, lain kali ucap salam." Ucap Senja sedikit kesal pada sahabatnya itu.

"Maaf, abisnya gue seneng banget lo sekolah hari ini. Gimana keadaan lo udah baikan? Tadinya sore ini gue mau jenguk ke rumah lo."

"Udah gak papa kok, lagian cuma demam dikit doang."

Mega duduk di samping Senja. Beberapa buku ia keluarkan dari tas ranselnya, tak lama kemudian bel masuk berbunyi, Bu Rita sang guru Bahasa Indonesia datang dengan membawa beberapa lembar kertas di tangannya.

Sebelum belajar Randi sang ketua kelas memimpin doa. Berdoa adalah rutinitas yang di lakukan sebelum dan sesudah belajar di sekolah SMA Taruna. Setelah selesai berdoa, Bu Rita mengabsen seperti hari-hari biasa sambil menyerahkan hasil ulangan murid-muridnya minggu kemarin.

"Senja Anantha."

Saat namanya di sebut, Senja mengangkat tangan kanannya seraya mengucapkan kata hadir.

"Senin kemarin kamu tidak ikut ulangan, nanti jam istirahat kamu bisa ikut susulan di ruangan ibu."

"Baik bu."

◆◆◆

Jam istirahat Senja berjalan ke ruangan Bu Rita untuk mengikuti ulangan susulan mata pelajarannya.
Bukan hanya Senja yang menyusul mata pelajaran tersebut. Ada tiga orang siswa laki-laki dan satu orang perempuan, mereka semua dari kelas yang berbeda.

"Senja, kamu duduk disini." Bu Rita mempersilahkan Senja duduk di bangku yang di tunjuknya.

"Ini soal-soalnya." Senja menerima kertas ulangan yang di berikan Bu Rita.

Gadis itu tersenyum, tidak sulit baginya mengerjakan soal-soal di hadapannya ini. Selain pintar ia juga sangat menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia.

"Ssssstt"

"Sssssssst"

Senja menoleh sambil mengerutkan dahi kearah laki-laki yang duduk bersebrangan dengannya.

"Tau definisi teks eksposisi?" tanyanya sambil setengah berbisik.

"Kamu nanya..." Senja menujuk dirinya sendiri.

"Iya, masa gue nanya tembok, tau nggak?" Tanyanya sekali lagi.

"Sekarang lagi ulangan, takut dosa." ucap Senja sambil kembali fokus pada kertas ulangan miliknya.

"Lo juga bakalan dosa, nggak nolongin sesama muslim yang lagi kesusahan."

Senja menghembuskan napasnya kasar, manusia satu ini apa tidak liat betapa repotnya juga ia mengerjakan soal-soal miliknya sendiri.

"Mana kertas ulangan kamu?" Ucap Senja sedikit geram dan di ikuti gerakan tangan laki-laki itu menyerahkan selembar kertas ulangannya.

"Belum ada satu soal pun yang di jawab? Kamu ngapain aja dari tadi?" Tanya Senja sedikit kaget dan kesal.

"Liatin kamu."

Gadis itu menoleh memastikan pendengarannya, namun yang pertama kali tertangkap matanya adalah senyuman hangat milik laki-laki tersebut, membuatnya berhenti sejenak dan terlena saat melihatnya. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

"Bercanda." ucapnya lagi membuyarkan Senja saat itu juga.

Debar tak wajar.

Buru-buru Senja memalingkan wajahnya dan menormalkan detak jantungnya ia kembali fokus pada selembar kertas di tangannya. Ekor mata Senja melirik tulisan tangan di atas kertas itu.

Nama : Ghavino Fajar Pranatha
Kelas : XII IPS-B
Ulangan harian B.Indonesia

Lekungan senyum terukir manis di bibir Senja, satu kata dalam nama itu. Ia sangat menyukainya.

Cerita Dibalik JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang