Selama beberapa saat rasanya hampa. Chloe tak bisa merasakan tubuhnya namun kesadarannya tetap terjaga. Matanya terbuka namun tak ada apa-apa di depannya, hanya gelap. Ia berusaja mengerjap dan berharap terang akan datang, namun mengerjap pun rasanya tak bisa. Seketika itu juga kilasan-kilasan muncul di depannya, berasal dari benaknya yg menyeruak keluar dalam visi-visi mengambang di kegelapan itu.
Saat pertama kali ia berangkat sekolah.
Saat mendapatkan piala pertamanya.
Saat berlibur bersama orang tuanya ketika ia masih kecil.
Saat membuka pintu rumah dan hanya ia seorang.
Saat pertama kali mengenal Tara.
Dan saat-saat yang lain yang terus membanjiri kegelapan dengan warna-warni.
Ia ingin menggerakkan tangannya untuk menggapai visi-visi itu. Namun tak bisa, ia tak merasakan tangannya. Ia seperti berada di kehampaan bersama memori-memorinya yang semakin mangabur.
Saat memori-memori itu mengabur ia seperti tertarik suatu gaya entah dimana, rasanya seperti dililit. Udara terasa cepat diambil dari paru-parunya. Ia terjun bebas.
Ia merasakan permukaan keras di bawahnya dan Chloe sadar ia jatuh terduduk. Seketika itu juga ia berdiri dan menyadari bahwa pakaiannya telah berganti, dari celana jeans, kaos dan cardigan menjadi tunik putih polos. Rambutnya hitamnya tergerai dan kakinya menapak tanpa alas. Merasakan bahwa permukaan di bawahnya amatlah dingin, dengan perlahan mulai terasa membekukan.
Kamu akan mendapatkan kesempatan kedua, untuk memperbaiki semuanya.
Entah darimana datangnya suara itu, menggema ke seisi ruangan tanpa batas. Chloe berusaha mencari sumber suara, menengok kesana-kesini namun nihil, ia tetap sendiri.
Atau kau akan meneruskan perjalananmu. Menerima apa saja yang sedari awal sudah menjadi konsekuensinya.
Suara itu tetap tanpa wujud. Tetap menggema hingga terasa menggelitik. Untuk menghilangkan ketakutannya, Chloe pun menutup mata. Membiarkan suara itu untuk terus ada.
Kau akan kembali ke 40 hari sebelum kau datang, perbaiki semuanya dan biarkan kami memutuskan.
Pintu kanan yang haruslah kau ambil untuk kesempatan kedua itu.
Pintu kiri untuk melanjutkan perjalanan dan kau tak akan tahu harga yang harus dibayar.
Suara itu akhirnya berhenti. Lamat-lamat dipikirkannya apa yang terjadi pada dirinya. Seketika Chloe sadar bahwa ia telah mati dan entah sekarang berada di mana. Ia mati tertabrak mobil dan sekarang ia harus memilih antara dua pintu.
Mata Chloe terpejam. Tiba-tiba perasaan seperti ditarik datang lagi. Angin berdesir kencang di sekelilingnya dan Chloe terus memejamkan mata. Selama beberapa waktu ia masih dalam pusaran angin, tertarik, tergelitik, dan tetap terpejam. Sampai beberapa saat sensasi itu berhenti. Chloe serasa menginjak rerumputan hijau dan kerikil kecil. Ia akhirnya membuka mata. Memperhatikan lamat-lamat apa yang ada di sekelilingnya.
Ia sedang berada di pemakaman.
Dari jauh, ia melihat sekumpulan orang berbaju hitam sedang berkumpul, mengelilingi satu pusara yang telah digali. Chloe terasa terhenyak. Ia melihat mama dan papanya. Chloe melihat Tara. Dorongan untuk mendekat tiba-tiba saja membuatnya melayang menuju mereka. Orang tuanya yang menangis kehilangan putri semata wayangnya, Tara yang tertunduk dan terisak, guru-guru di sekolah yang menyukainya karena ia pintar, dan beberapa sanak saudara ada disana. Tapi tak banyak. Kemudian entah bagaimana, itu pusaranya.
Kemudian ia melihat orang-orang mulai menutup pusara itu dengan tanah. Mamanya jatuh berlutut. Dengan berat hati turut menaburkan tanah. Chloe ingin berteriak bahwa ia disana. Bahwa Mama tak perlu menangis, orang-orang tak perlu mengiringi jasadnya ke pemakaman. Tapi nihil, ia tetap tak terlihat.
Saat tanah sudah menutupi liang lahatnya, perlahan orang-orang mulai pergi. Dimulai dari gurunya, sanak saudaranya, dan akhirnya hanya tersisa kedua orang tuanya dan Tara. Tara masih menangis tertunduk. Isakannya teredam sapu tangan yang dipegangnya erat-erat.
"Maafin gue. Maaf, maaf, maaf. Thank you for being my only friend. Karena gue...." Perkatan Tessa itu terputus. Isakannya semakin menjadi. Chloe hanya terdiam.
Kenapa karena Tara? Apa Tara yang menabrakku malam itu? Tidak, Tara belum bisa menyetir mobil. Lantas, kenapa Tara menyalahkan dirinya sendiri? Apakah ia merasa bersalah karena tidak menemaniku malam itu?
Diantara pertanyaan itu, hal yang paling membuatnya bersedih adalah bahwa Tara menganggapnya teman selama ini meski ia tahu bahwa bagi Chloe, Tara bukan siapa-siapa. Chloe ingin sekali memeluk Tara, mengatakan hal yang sama. Bahwa Tara adalah temannya, bahwa ia juga berterima kasih karena Tara tetap bersamanya selama 4 tahun ini. Ia ingin meminta maaf kepada Tara dan membangun pertemanan mereka kembali. Namun sayang, ia sudah mati.
Tara kemudian berbalik. Dengan masih menunduk ia menjauh dari pusara Chloe. Bahunya bergetar karena isakannya yang tak kunjung berhenti. Sedangkan Chloe, tak bisa berbuat apa-apa. Hanya memandangi Tara yang semakin menjauh. Chloe melepas kepergian Tara meski hatinya merasa menyesal. Ia kemudian memandang kedua orang tuanya. Mamanya yang berlutut dan menangis diatas pusaranya dan Papanya yang berusaha tegar dan menguatkan Mama.
Chloe mendekat. Mengamati kedua orang tuanya lekat-lekat. Teringat semasa hidupnya yang jarang sekali memperhatikan mereka. Orang tuanya selalu sibuk karena profesi mereka sebagai dokter, namun Chloe yang lebih jahat. Setiap orang tuanya di rumah, ia akan mengunci kamarnya dan melakukan hal lain. Tak banyak interaksi yang ia lakukan dengan mereka. Dan sekarang ia menyesal, mengetahui bahwa kedua orang tuanya sangat mencintainya dan sedangkan Chloe tak pernah ada untuk mereka. Sangat menyesal.
Ia ingin kembali. Ia ingin memperbaiki semuanya. Ingin bersama Mama dan Papa, ingin bermain bersama Tara, dan ia ingin membuat kenangan indah sebelum waktu 40 hari yang diberikan habis. Ia sadar, hari ini di pemakamannya, tak banyak orang yang datang. Ia tak punya teman lain selain Tessa yang begitu setia, guru-guru hanya menyukainya karena pintar dan bukan karena ia baik ataupun ramah. Ia ingin memperbaiki itu.
Jika ia mengambil kesempatan itu, ia akan memperbaiki hubungannya dengan orang tuanya.
Akan memulai pertemanan kembali dengan Tara.
Akan menjadi murid yang pintar dan juga baik hati.
Akan memiliki banyak teman.
Ia akan melakukan hal-hal baik. Ia tak akan melewatkan kesempatan ini
Seketika setelah ia menamatkan tekadnya, ia kembali lagi ke ruangan gelap dengan dua pintu itu. Sekarang ia tahu pintu mana yang akan pilih.
Pintu kanan.
***
- Ren -
![](https://img.wattpad.com/cover/195192800-288-k47296.jpg)
YOU ARE READING
AVERSE
FanfictionWhen Chloe is given the second chance. For her to redo everything. [A StrayTwice AU]