Is this First Night?

14 4 1
                                    

Sesosok wanita ayu berbalut baju pengantin menuruni anak tangga dirumah yang megah dan mewah ini, matanya memancarkan sinar bahagia hingga mampu menembus ulu hati para penatapnya, senyumnya mengembang mengudara menggambarkan bahwa ia sedang bahagia tak terkira, bagaimana tidak? Hari ini ia akan melepas masa single nya dan menjalani kewajiban baru sebagai istri, ia adalah Shanaya sedang calon pengantin pria terlihat beberapa kali menyeringai, ia seperti tengah merencanakan sesuatu yang tidak kecil, tapi yang pasti saat ini, ia ingin segera membawa Shanaya kerumahnya dan memberikan banyak kejutan untuknya.

Dua jam berlalu, dan kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama, shanaya bahagia tidak terkira, ia sangat mencintai Juan, lelaki yang menjadi suaminya saat ini.
“Bisakah aku membawamu pulang sekarang Shanaya?” suara bass yang familiar menyentuh indera pendengarnya.
“Emmm... baiklah juan....”
Shanaya tidak pernah merasakan hidupnya sebahagia ini, selama ini ia merasa hidup seorang diri dan itu yang membuat dia bertemu dengan juan, juan adalah pria yang baik, yang selalu ada saat apapun menerpa nya. Ia merasa hidup kembali saat juan menyentuh hidupnya, berkali-kali ia mencoba mengakhiri hidupnya, tak terhitung berapa banyak dan dengan cara apapun, ia hanya ingin bertemu dengan kedua orang tuanya yang meninggal dalam kecelakaan setahun silam, Shanaya adalah anak tunggal, bukan hal yang aneh jika ia merasa kehilangan, terlebih orangtua nya selalu memanjakannya selama ini, tapi kini ia menyesalinya, juan adalah harapan baru baginya. Ia bahkan ingin hidup seratus tahun untuk pria sebaik juan.

Juan memarkirkan mobilnya didepan mansion besar miliknya, membuka pintu mobil shanaya dan mengendong shanaya seperti seorang putri, shanaya yang diperlakukan seperti itu dalam keadaan tidak siap hanya bisa pasrah dan tersipu malu, dengan seringan kapas juan membaringkan tubuh shanaya di ranjang, dan menatap keindahan kota mumbai dari dalam kamarnya.
“Kau tahu shanaya, apa yang membawamu sampai ditempat ini?” tanyanya dalam
“Aku tidak tahu pasti juan, tapi aku pikir cinta yangmembawaku kemari”
“Hahahahaha” Tawa itu terdengar dalam dan sarat akan luka, shanaya berjengit kaget karena selama yang ia kenal, juan tidak pernah tertawa seperti itu. Juan berbalik menatap shanaya.
“Kau benar, cinta seorang kakak terhadap adiknya, masihkah kau ingat dengan Aluna?” seketika tubuh shanaya menegang, aluna adalah sahabatnya saat SMA, aluna memilih bunuh diri karena kekasih yang ia cintai berselingkuh dengan shanaya. Se ingat shanaya, aluna tidak memiliki kakak.
“Kau... Siapa?”
“Aku kakak nya , dan kau pembunuh nya...!”
Shanaya beringsut mundur, dan juan mengetahui pergerakan gadis mungilnya itu, juan mulai mendekat, selangkah demi selangkah.
“Aku tidak bersalah juan, tolong dengarkan aku...”
“Aku tidak ingin mendengar apapun darimu,...!”
Dengan gerakan cepat shanaya turun dari tempat tidur, karena gerakannya terlalu mendadak membuat tubuhnya menghantam lantai, shanaya mengabaikan rasa sakit di tubuhnya dan memilih bangkit untuk berlari menuju pintu kamar. Tangannya berhasil meraih pintu tapi kemudian ia merasakan tarikan kasar pada rambutnya yang membawanya kembali ke atas ranjang. Shanaya tidak berdaya memberontakpun tidak akan menang melawan juan. Mungkin hanya keajaiban yang mempu menolong nya saat ini.
“Juan, please...” Ujar Shanaya dengan putus asa
Juan merangkak diatas tubuh shanaya dan mengunci pergerakan shanaya menyentuh shanaya dengan kasar, sorot matanya yang sarat akan kebencian cukup membuktikan bahwa juan bukanlah laki-laki yang selama ini shanaya kenal. sesungguhnya juan benar-benar lelah menjadi juan yang baik hati. Tapi sekali lagi ia harus memikirkan bagaimana menderita nya aluna saat lelaki yang ia cintai ternyata selingkuh dengan sahabatnya sendiri. juan ingin sekali membunuh wanita dibawahnya ini dengan cepat, tapi tidak puas jika hanya membunuh, sepertinya menyenangkan jika ia bermain-main dulu dengan wanita itu dan membakarnya saat ia sudah bosan nanti.
“Akhhh...” Shanaya menjerit, entah jeritan yang berapa kali nya, jangan pernah berharap juan berbuat lembut, karena pada nyatanya ia adalah seorang iblis, bahkan sampai akhir percintaan mereka, shanaya tidak merasakan apapun selain rasa sakit yang teramat sangat, sakit yang tidak terlihat tapi begitu menyayat.
Shanaya menangis pilu, ia tidak pernah merasa se rendah ini didalam hidupnya, shanaya mengumpulkan kekuatannya sambil meraih gaunnya yang sedah tidak berbentuk itu untuk menutupi sebagian tubuhnya dan pergi ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa milik juan yang menempel pada tubuh nya, sedangkan juan dengan tanpa dosa sudah tertidur setelah klimaks. Dengan berjalan tertatih ia akhirnya berhasil duduk di bath up, menenggelamkan sebagian tubuhnya di air hangat adalah pilihannya saat ini. Lihatlah bahkan Tuhan tidak mengizinkan ia bahagia, shakila begitu membenci takdirnya dan ia juga membenci Tuhan yang telah menuliskan takdirnya seburuk ini, shanaya kembali meringis , ia merasakan nyeri di bagian bawahnya setiap kali bergerak.

Lemme GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang