Hi, author lagi baik nih *sombong* jadi author publish 3 part langsung, Maaf untuk yang kurang suka ceritanya, tapi ini murni dari imajinasi author hehe, yang suka kuy baca!
Selamat membacaaa!! eittttsss,, Vote dan Commentnya boleh dong yaa biar makin semangat upload.. thank You \(^o^)/
\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/
Author POV
Pagi ini ada yang berbeda.. sepasang anak manusia sedang tidur berpelukan. Padahal baru kemarin salah satunya membuat keributan.
Enzy terkejut saat mendapati dirinya telah melewati guling yang ia jadikan batas. Terlebih lagi saat ini kepalanya berada diatas dada bidang seorang laki-laki.
Gak mungkin aku dan Satria kan? Batinnya, ia tak berani menatap si empunya dada bidang.
Selama ia berpacaran dengan Satria ia yakin masih dalam batas yang wajar, tidak pernah tidur seranjang, ataupun berciuman- mereka hanya sebatas cium pipi saja- selebihnya hanya berpegangan tangan dan sesekali berpelukan. Sekelebat cuplikan kejadian tadi malam berputar dikepalanya.
FEDI!! teriaknya dalam hati setelah mampu mengingat semuanya. Ia merutuki dirinya yang melampaui batas.
Mungkin aku kelelahan makanya jadi lasak gini. Batinnya mencari pembelaan.
Masih dengan mata terpejam, Enzy menggeser tubuhnya menjauh dari Fedi. Tak perduli apakah Fedi menyadarinya atau tidak. Ia membalikkan badannya memunggungi Fedi.
Pantesan dah nyaman banget tidurku! Batinnya.
Sementara si empunya dada bidang hanya bisa menatap langit-langit sejak ia terbangun, mungkin sekitar 2 jam yang lalu. Akhirnya ia bisa bernafas lega saat Enzy tak lagi memeluknya.
Ntah siapa yang mulai tapi ia yakin itu bukan dirinya. Fedi bangun, duduk di pinggir tempat tidur, lalu meminum segelas air- yang sudah menjadi rutinitasnya setiap bangun tidur- kemudian ia berjalan menuju kamar mandi. Tak lupa ia membawa baju gantinya.
"Huh.. Untung aja" gumam Enzy seraya mengelus dada saat ia mendengar suara pintu kamar mandi tertutup.
"Kok bisa sih aku seceroboh ini!! Kalau dia macem-macem gimana Zy!" Omelnya pada diri sendiri.
Hari ini hari minggu, itu artinya keluarga besar mereka akan berkunjung ke apartemen, itu yang diucapkan ibunya sebelum mereka pamit pulang.
Dilihatnya jam yang terletak dimeja samping ranjangnya. Ternyata sudah pukul 04.55 WIB, ia memutuskan untuk bangkit mengambil bajunya, dia akan mandi setelah Fedi.
Suatu kemajuan diawal pernikahannya, biasanya ia akan tertidur lagi jika terbangun walaupun sudah mendengar adzan Subuh.
Begitulah Enzy, pemahamannya tentang agama masih sangat kurang. Ibadah wajib saja masih sering ia tinggalkan. Terutama Subuh dan Isya, karena ia lebih sering larut dalam pekerjaannya membuatnya sulit untuk bangun pagi."Mau kemana?" Tanya Fedi saat melihat Enzy terpaku ditempatnya.
"Mau gantian mandi lah" sungutnya jutek lalu masuk ke kamar mandi dengan cepat.
"Kenapa harus marah sih?" Gumam FediFedi duduk di pinggir ranjang, sudah dengan mengenakan sarung, ia menunggu Enzy untuk sholat subuh berjamaah.
"Kok anda ngeliatin aku gitu banget sih?" Nyolot Enzy saat ia baru saja keluar dari kamar mandi, dan mendapati Fedi menatap kerahnya tanpa berkedip.
"Lama banget! Lain kali bangun lebih cepat biar bisa sholat awal waktu!" Marahnya
Ntah kenapa ia jadi kesal sendiri melihat Enzy yang jutek sedari bangun tidur."Hubungannya saya bangun lama, terus saya gak sholat tepat waktu sama anda apa?" Tanyanya kasar.
Memang dasarnya Enzy yang sudah membangun Benteng permusuhan dengan Fedi sejak awal mereka dijodohkan maka semua yang dikatakan Fedi akan sangat menganggunya."Aku nungguin kamu untuk sholat berjamaah, udah cepat pakai mukenamu!" Pintanya lalu mengambil barisan untuk mengimami Enzy.
Walaupun Enzy kesal bukan main, ia tetap menjadi makmum, mengamini semua doa yang diucapkan oleh Fedi. Lalu saat Fedi mengulurkan tangannya untuk bersalaman, Enzy mau tak mau menerimanya.
Seharusnya pagi itu sangat indah dilihat untuk sepasang pengantin baru. Tapi tidak untuk Enzy, baginya pernikahannya dengan Fedi adalah kesalahan terbesar dihidupnya.
"Mami dan ayah akan datang hari ini, orang tua mu juga kan?" Sebenarnya ia tak mau memulai duluan, tapi ia takut kalau saja Fedi lupa keluarga mereka akan datang.
"Orangtuaku juga orangtuamu" hanya itu yang dijawab Fedi sebelum ia keluar dari kamar.
"Apaan sih tuh orang! Rese banget" gerutu Enzy kesal.
Tak terima ia mengikuti Fedi ke dapur.Fedi tampak asik menyedu kopinya, ditemani dengan beberapa biskuit yang sempat ia beli sebelum menikah.
Fedi memang suka menyiapkan segala sesuatunya lebih dahulu. Belanjaan untuk memenuhi kulkas sudah ia lakukan- bukan, bukan ia yang belanja, ia hanya minta tolong pada bi Ina untuk menyiapkan semuanya- Fedi sangat suka cemilan, maka rumahnya akan penuh dengan biskuit dan roti serta snack lainnya.
"Anda kalau orang masih ngomong tuh yah didengerin dong! Bukannya malah ditinggal" omel Enzy panjang lebar.
"Bisa gak sih kamu ngomongnya santai aja?" Fedi bersuara setelah ia menyeruput kopinya.
"Kalau gak suka cerai kan aja" Enzy tak bermaksud begitu, kalimat itu spontan keluar dari mulutnya.
"Enak aja kamu minta cerai baru juga sehari nikah! Kamu pikir nikah itu permainan?" Fedi yang awalnya diam malah tersulut emosi mendengar kata CERAI.Ia tahu semakin lama ia disitu maka mereka akan kembali berdebat, Enzy memang dibesarkan dengan terlalu dimanja jadi ia tak pernah mau kalah.
"Aku mau beli sarapan" Fedi bergegas mengambil kunci mobil, dan pergi sebelum Enzy sempat menjawabnya.
Aduuuhh!! Bodoh banget! Kok bisa-bisanya aku minta cerai baru sehari nikah! Enzy merutuki dirinya yang sudah salah bicara pagi ini, membuat dirinya dan Fedi semakin runyam saja.
Ia menunggu Fedi dengan perut yang sudah keroncongan, jari-jarinya terus saja menekan angka diremote tv tanpa tahu mau menonton apa.
Kulkas kan penuh bahan makanan, kenapa dia gak masak aja? Lagi-lagi Enzy menggerutu dan menyalahkan Fedi, ia lupa kodratnya sebagai wanitalah yang harusnya memasak, menyiapkan sarapan pagi.
Enzy memang sering terlambat bangun, biasanya ia akan sarapan pagi jam 9, itupun di kantornya. Sekretarisnya akan dengan sigap menyiapkan sarapannya setelah ia memintanya.
Tapi ini baru pukul 7 dan perutnya sudah konser! "Sabar ya cing, kutukupret lagi beliin kalian makanan" imbuhnya sambil mengelus perut ratanya.Sementara yang ditunggu belum juga memunculkan batang hidungnya sejak pergi 15 menit lalu. Enzy sungguh tidak sabar! Ia berganti baju berniat untuk mencari sarapannya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/194512746-288-k504468.jpg)
YOU ARE READING
MENYESAL AWAL DARI SEGALANYA KAH??
Short StoryDari dulu author selalu nulis cerita yang genrenya romance terus nikah-nikahan, EIITTTTTTTSSSSS! bukan karena author ngebet mau nikah ya! wkwkwk tapi emang idenya disitu-situ mulu.. yang penasaran cuss silahkan dibaca karena author malas buat intron...